12 - SELEMBAR TIKET KONSER

544 34 0
                                    

❤️Hallow❤️

🌻🌻🌻
-Ilusi hati yang menipu otak-

"Bu Dara kenapa lagi sih, Las?"

"Kurang tahu," jawab Atlas sekenanya.

"Ck, tuh orang apa nggak capek nyari kesalahan anak Osis terus. Nggak lega kayaknya kalo anak-anak nggak dimarahin," cicit Alma.

Pagi ini Atlas tengah bersama Alma, menyusuri koridor yang berisik karena langkah kaki siswa-siswi menuju kantin. Bel istirahat baru saja berbunyi, tapi Atlas dan Alma merelakan waktu istirahat mereka demi melaksanakan rapat mingguan OSIS.

Alma sedari tadi tidak berhenti mengeluh, pasalnya Bu Dara --- guru pembina OSIS, barusan mengumumkan kalau anggota OSIS disuruh ke ruang OSIS untuk melaksanakan rapat mingguan. Padahal rapat mingguan biasanya dilaksanakan sabtu sore, dan itupun tanpa Bu Dara.

Atlas sedari tadi hanya menanggapi ocehan Alma sekenanya, membuat Alma semakin mengkal.

"Las ...." Alma menyikut perut Atlas, membuat Atlas meringis.

Cowok itu menatap Alma yang lebih pendek darinya. "Kenapa lagi Alma?"

"Starla tuh," kata Alma --- menunjuk kedatangan Starla dengan dagunya.

Alma menggigit bibir bawahnya ketika Starla berjalan ke arahnya. Dia tidak mau berurusan dengan Starla yang notabenenya preman sekolah, walaupun sekarang Starla sudah berhenti memalak, karena tersebarnya berita tentang ayahnya yang seorang pembunuh. Tapi bagi Alma tetap saja Starla adalah seorang preman yang suka malak Marsya, dan beberapa teman sekelasnya.

"Starla mau ke mana?" tanya Atlas ketika Starla sudah berada di depannya.

Starla berhenti lalu menatap Alma dan Atlas bergantian. "Neraka, mau daftarin lo berdua," jawab Starla sengit, kemudian melenggang pergi begitu saja.

Alma meneguk ludahnya susah payah. "Las, samperin sana cewek lo. Takut gue."

"GUE PSIKOPAT. GUE BISA NEBAS KEPALA LO KAPAN AJA, BAHKAN GUE JUGA BISA MOTONG TUBUH LO JADI LIMA," teriak Starla judes.

Starla tidak tuli, dia mendengar dengan jelas perkataan Alma. Starla tidak suka dengan Alma. Kalau ditanya kenapa, Starla juga tidak tahu, yang pasti dia tidak suka dengan Alma.

Atlas terkekeh mendengarnya, apalagi melihat raut wajah Starla yang menahan amarah. Alma yang melihat Atlas mengerutkan dahinya bingung.

"Udah ayo Alma, kasihan yang lain pasti udah nungguin," kata Atlas yang sudah berhenti tertawa.

Alma mengangguk, gadis dengan rambut sebahu yang di gerai itu melirik Starla sekilas. Starla masih di sana, entah apa yang membuat gadis itu tidak kunjung pergi.

"Lo beneran nggak mau nyamperin Starla dulu?" Alma bertanya pada Atlas. Saat Alma mengangkat pandangannya tiba-tiba Atlas sudah berada di depan Starla, membuat gadis itu meneguk ludahnya sendiri.

"Itu apa Starla? Kamu bawain aku cireng lagi?" tanya Atlas yang menatap totebag mini di tangan Starla.

"Kenapa otak lo isinya cireng semua? Sekali-kali---"

"Sekali-kali mikirin kamu? Udah Starla, hampir tiap hari aku mikir kamu," ujar Atlas memotong perkataan Starla.

"Mikirin gue?"

"Gue mau ke ruang Osis. Habis ini langsung ke kantin, Starla. Nanti gue nyusul," kata Atlas.

"Gue?" Starla bertanya bingung, karena tiba-tiba saja Atlas tidak menggunakan aku-kamu lagi.

ATLASTA | SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang