HALLOW, HAI, VRENNN.
GIMANA KABAR KALIAN, BAIK KAN?
OKE, SELAMAT MEMBACA❤️❤️
🌻🌻🌻🌻
-Ilusi hati yang menipu otak-"Busettt yang habis berduaan di taman belakang sama dedek gemes."
"Woeee Abang Las gue dari tadi ngomong sama lo bangke," mengkal Afghan. Pasalnya sedari tadi dia tidak berhenti ngoceh, tapi Atlas tidak menghiraukan celotehannya sama sekali. Cowok dingin itu justru asyik bermain game di ponselnya, kurang hajar emang.
"Abang Las ...," rengek Afghan sembari menggoyang-goyangkan bahu Atlas.
Atlas yang sudah muak mengembuskan napas gusar. Cowok itu berhenti memainkan ponselnya dan menatap Afghan yang duduk di sebelahnya. "Apa?"
"Males gue ah," cemberut Afghan.
"Najis banget lo Af," celetuk Jeff---teman sekelasnya.
XI IPA 2 saat ini Atlas berada. Bel istirahat baru saja berbunyi sepuluh menit yang lalu membuat teman-teman sekelasnya sudah berhamburan keluar kelas, tapi tidak untuk Atlas, Afghan, dan beberapa teman yang lain seperti Jeff, Bimo, Excel, juga Ariel.
"Diem lo curut," jawab Afghan nyolot.
"Dedek gemes haduh makin gemes," lanjut Afghan menggoda Atlas. Dua tangan cowok itu dia gunakan untuk menopang dagunya. Matanya tidak lepas menatap Atlas dengan mata yang tidak berhenti berkedip-kedip manja.
"Siapa yang lo panggil dedek gemes?" tanya Atlas, kepo, tapi pandangannya tidak lepas dari ponselnya.
"Abang Las kan kemarin bilang gemes ke Starla, yaudah sekarang Dedek Afa juga manggil dedek gemes ke Starla," jelas Afghan.
Jeff---teman sekelasnya bergidik ngeri mendengar ucapan Afghan yang seperti banci jalanan. "Jijik banget gue denger lo, Af. Emang dasar anak mami," celetuk Jeff lalu kembali menyisir rambutnya.
"Nyamber aja lo. Dasar anak curut," balas Afghan.
"Eh Abang Las, dedek gemes kalo diperhatiin tuh cantik bener tahu," lanjut Afghan kembali semangat empat lima.
"Nggak usah macem-macem lo!" Atlas menatap Afghan sengit.
Afghan yang ditatap seperti itu sontak menelan ludahnya susah payah. "Busettt santai Abang Las, Dedek Afa kan cuma bilang kalo dedek gemes cantik."
"Terserah!" Atlas menggelengkan kepalanya, tidak peduli. Cowok itu kemudian melanjutkan bermain ponselnya kembali.
"Tapi emang cantik kan? Cantik iya kan? Kalo nggak cantik nggak mungkin Abang Las ngejar-ngejar dedek gemes kayak gitu." Afghan masih saja terus-terusan menggoda Atlas membuat Excel yang masih duduk di bangku depan mejanya mendengkus.
"Lama-lama gue tendang ke neraka, mau lo?" ancam Excel. Gadis dengan kardigan pink itu menatap Afghan yang berada di belakangnya.
"Busettt Mami, gue nggak lagi ngomong sama lo ya. Terus ngapain lo marah-marah?"
"Berisik!" sahut Ariel yang duduk di sebelah Excel. Cowok itu juga ikut menengok ke belakang --- menatap Afghan sengit.
"Wlewlewlewle. Abang Las---"
"Af, bisa diem?!" potong Atlas membuat Afghan jengkel.
"Ck, nyebelin ah. Kenapa semua orang nyebelin," kata Afghan dengan suara sudah mirip banci.
"Makanya cari cewek sana!" celetuk Ariel. Cowok itu kemudian merampas ponsel yang dimainkan Excel.
"Kan lo tahu sendiri kalo gue udah sering buka lowongan untuk para cewek montok, semok, bahenol buat jadi pacar gue. Tapi nggak ada yang tertarik sama gue, belum tahu aja mereka kalo gue anak tunggal kaya raya," jelas Afghan panjang lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
ATLASTA | SELESAI
Teen FictionPart masih lengkap "Ilusi hati yang menipu otak." ••• Ini adalah kisah Atlas dan Starla. Atlas Sagar Alvieto. Ketua OSIS dengan sifat dinginnya yang selalu melindungi Starla Lavena, yang notabennya seorang bad girl. Starla suka memalak golongan kela...