07 - LOKER NOMOR 35

656 47 0
                                    

Selamat membaca, Vrennn😍💖

1 vote + komen kalian, semangatku!!!
Follow Instagram fitriyarmd_ & wp_ayaaa

Enjoy!

🌻🌻🌻
-Ilusi hati yang menipu otak-

"Habis ini gue yakin itu cewek nggak berani seenaknya sendiri."

"Apalagi lihat Marsya di video itu, keren banget nggak sih?"

Starla hanya melirik dua cewek yang berpapasan dengannya. Saat ini Starla sudah berada di depan lokernya, berita tentang pertengkarannya dengan Digo dan Marsya di kelas XI IPS 5 cepat sekali tersebar, entah siapa yang merekam dirinya barusan.

Starla hanya bisa mendesah resah, mau membalas juga hanya akan menambah masalah. Bukannya dia tidak lagi berani membalas, hanya saja Starla tidak mau perbuatannya nanti akan membuat dirinya masuk ruang BK lagi.

Kemarin saat di kantin, Starla tidak sengaja dengar kakak kelas ceweknya terang-terangan menggunjing dirinya. Starla langsung saja menampar kakak kelas ceweknya itu, namun dia tidak terima hingga membuat suatu pertengkaran, dan kakak kelas cewek itu mengadu pada orang tuanya, yang berakhir Starla masuk ruang BK pun dengan Dela --- bunda Starla yang juga ikut dipanggil.

"Gue bukak nggak ya?" gumam Starla sembari memainkan kunci loker.

"Ngapain kamu di sini, Starla? Mau bolos? Kamu mau saya bawa ke ruang BK lagi?" sahut Pak Bondan tiba-tiba.

"Saya mau ambil buku, Pak. Kalo saya mau bolos ngapain ke sini, mending juga ke kantin buat makan," balas Starla dengan muka juteknya.

"Habis ini langsung masuk kelas, awas aja sampai kamu ketahuan bolos!"

"Iya Paaak," jawab Starla panjang.

Jawaban Starla barusan membuat Pak Bondan --- guru BK dengan badan gembul itu pergi meninggalkan Starla.

Starla mendesis, gadis itu tiba-tiba teringat bundanya. Starla meremas ujung seragamnya, mata tajam gadis itu berkaca-kaca, netranya yang barusan menatap loker beralih menatap ke bawah --- menatap sepatunya.

Dela kemarin menangis, dan tepat itu adalah kali pertama selama seumur hidup Starla melihat bundanya menangis. Dela tidak menangis saat dipanggil untuk datang di ruang BK, tapi wanita itu ketahuan menangis saat Starla mau ke dapur rumahnya tengah malam, kamar Dela tidak jauh dari dapur dan keadaan pintu kamar waktu itu tidak dikunci. Starla tidak tahu bundanya itu menangis karena apa.

Entahlah yang pasti hati Starla saat itu mencelos, ketika mendengar tangisan bundanya. Dia memang membenci Dela, tapi dia tidak suka melihat Dela menangis apalagi sedih seperti itu.

Starla masih menatap loker miliknya, gadis itu mengembuskan napas gusar. Tangan kanannya sudah terulur, baru saja tangan itu ingin membuka tapi sebuah tangan dengan urat kentara menurunkan tangan milik Starla.

"Nggak usah dibuka!"

Starla yang mendengar suara tidak asing di gendang telinganya langsung mendongak. Gadis itu menyunggingkan senyum remehnya ketika mendapati Atlas sudah berada di sampingnya.

"Masih belum puas? Kali ini apa lagi yang lo rencana in?" tanya Starla judes.

"Nggak perlu lakuin hal yang bikin lo sakit."

"Gue nggak penyakitan."

"Hm, gue nggak bilang lo penyakitan."

"Ya, terus?" tanya Starla dengan nada suara tidak bisa santai.

ATLASTA | SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang