01 - TOXIC

2.9K 97 0
                                    


Selamat membaca, Vrennn 😍💖

1 vote + komen kalian, semangatku!!!
Follow Instagram fitriyarmd_

Enjoy!

🌻🌻🌻🌻

-Ilusi hati yang menipu otak-

PRANK!

Sebuah bekel makanan yang semula ada di tangan seorang gadis, dengan rambut tergerai dan jepit pita yang menghiasi rambut panjangnya itu terjatuh, akibat ditampel keras oleh gadis yang diketahui teman sekelasnya.

"BUDEG ATAU GIMANA LO, HAH?! LO NGGAK DENGER GUE NGOMONG APA? GUE CUMA MINTA LIMA PULUH RIBU. GUE YAKIN UANG SEGITU NGGAK ADA ARTINYA BUAT LO!" bentak seorang gadis dengan baju seragam digulung.

"Gu ... gue beneran nggak bawa uang, Starla," jawab gadis dengan jepit pita, gemetaran.

Iya, gadis itu adalah Starla, Starla Lavena. Gadis tomboi dengan garis wajah yang bisa dibilang cukup sempurna. Hidung mancung, warna kulit sawo matang, serta alis tebal. Dengan gaya andalannya; baju seragam digulung, rambut yang terikat jadi satu, dan tatapan mengintimidasi yang selalu dia berikan pada orang-orang.

Preman sekolah, adalah sebutan yang cocok untuk gadis satu ini. Seperti pagi ini, dan pagi-pagi sebelumnya. Selalu sama. Merusak pagi seorang gadis dengan jepit pita yang terpasang apik di rambutnya, Marsya.

"Bullshit, orang kaya kayak lo mana mungkin nggak bawa uang. Susah banget kayaknya lo ngasih gue lima puluh ribu?"

Starla maju satu langkah. Dia menjambak kuat rambut panjang yang tergerai milik Marsya, tidak peduli dengan rasa sakit yang dirasakan Marsya sama sekali.

"Mau lo kasih ke gue baik-baik, atau gue ambil sendiri, hah?!" ancam Starla.

Teman sekelasnya tidak ada yang berani membantu, semuanya diam -- duduk di bangku masing-masing, tapi perhatian mereka tidak lepas dari Starla barang sedetik pun. Sudah biasa, hampir satu tahun ini Marsya menjadi target dirinya.

Gadis dengan jepit pita itu bernama Marsyanda, panggil saja Marsya. Marsya adalah anak tunggal. Papanya seorang desainer terkenal pun mamanya seorang CEO butik terkenal. makanya Starla menjadikan dirinya sebagai target untuk dia palak hampir setiap hari.

"Udah cukup, Starla!"

Starla mengembuskan napas mengkal. Suara itu, suara yang selalu mengganggu hari-harinya. Suara yang selalu ikut campur urusannya. Suara yang selalu menjadi pelindung orang-orang yang dia tindas. Starla sangat membenci suara itu.

Starla menurunkan tangannya, melepas jambakan pada rambut Marsya. "Ck, lo lagi - lo lagi. Mau ngapain sih lo? Mau ikut campur urusan gue? Nggak usah jadi sok pahlawan. Lo kira gue takut sama cowok kayak lo? Menang jabatan doang, tapi badan letoy gitu--"

"Ngomong apa, hm?" Cowok dengan almamater OSIS itu mendekati Starla, menatap lekat manik mata yang selalu mengintimidasi orang sekitar.

Tidak mau kalah, Starla justru menatap balik mata cemerlang itu. "Budeg lo? Nggak denger gue ngomong apa?"

"Gue tanya tadi lo ngomong apa, Starla?" tanya cowok itu dingin tapi penuh penekanan.

"Ketos mah, Ketos aja, anjing. Nggak usah pake ikut campur urusan gue. Lo nggak capek tiap hari ganggu hidup gue, nggak ada kerjaan lo?"

"Ikut gue!" Cowok dengan rambut hitam pekat yang terpotong rapi itu tidak mengindahkan ucapan terakhir Starla, dia justru mencekal tangan gadis itu dan menariknya pelan.

ATLASTA | SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang