08 - HUJAN SEPTEMBER

621 39 1
                                    

Selamat membaca, Vrennn😍💖

1 vote + komen kalian, semangatku!!!
Follow Instagram fitriyarmd_  & wp_ayaaa

Enjoy!

🌻🌻🌻
-Ilusi hati yang menipu otak-

Atlas mendongak menatap awan buram, malam ini bulan malu-malu menampakkan dirinya. Hembusan angin menyapa kulit cowok itu, pun dengan petikan gitar yang menambah suasana malam menjadi sendu.

Sepulang dari rumah Ariel, Atlas langsung menuju taman belakang rumahnya. Hari ini dia tidak dapat merasakan cireng buatan Salwa --- bunda Ariel, mungkin lain kali.

Atlas berhenti memetik senar gitarnya, dia memandang lambaian ranting pohon yang bergerak terkena angin. "Kira-kira siapa yang nyebar berita ayah lo, Starla?" gumamnya.

"Nggak usah lo pikirin. Gue juga udah nggak peduli. Kenyataan ayah gue emang seorang pembunuh, dan gue anak dari seorang pembunuh," sahut Starla yang berjalan ke arah Atlas.

Atlas yang mendengar suara Starla langsung mengedarkan pandangannya. "Starla ... ngapain ke sini? Istirahat di rumah---"

"Jadi gue nggak boleh ke sini?" tanya Starla. Gadis itu sudah berdiri di depan Atlas. Entahlah menurut Atlas sikap Starla sedikit berubah. berubah lebih baik? Mungkin itu hanya perasaan Atlas belaka.

"Boleh."

"Gue mau jemput bunda, tapi bunda belum selesai sama kerjaanya."

Tuh kan, sejak kapan Starla peduli sama Dela, apalagi sampai mau menjemput bundanya itu. Atlas diam, masih berusaha mencerna perkataan Starla.

"Kenapa lo lihatin gue kayak gitu? Kaget lo denger gue ngomong gitu?" sarkas Starla. Starla membidik mata cemerlang cowok yang masih saja menatapnya.

Atlas gelagapan karena ketahuan menatap Starla, buru-buru dia mengalihkan pandangannya.

"Woe ... budeg lo?"

Atlas hanya menggelengkan kepalanya, enggan berbicara. Melihat Atlas yang hanya diam, Starla kembali bersuara. "Gue tadi denger orang main gitar, gue kira siapa, ternyata lo," lanjut Starla kemudian duduk di samping Atlas.

Atlas sedikit menggeser duduknya, cowok itu melirik Starla sekilas. "Mau main?"

"Apa?" tanya Starla bingung.

Atlas tersenyum tipis, tatapan meneduhkan dia berikan pada Starla. "Mau main gitar."

"Siapa?" Starla masih saja tidak paham dengan maksut Atlas.

"Lo, Starla," jawab Atlas. Atlas belum memutuskan tatapan menuduhkan yang dia berikan pada Starla. Starla yang ditatap seperti itu tiba-tiba dibuat gugup.

"Gue nggak bisa kalo main gitar. Lo aja yang main, gue yang nyanyi gimana?" tawar Starla.

"Bisa?"

Starla melotot tajam ketika mendengar Atlas meremehkannya, belum tahu saja kalau Starla pernah mendapat juara satu lomba menyanyi waktu SD. "Ngremehin gue lo?"

"Cuma tanya, Starla."

"Jelas-jelas lo ngremehin gue." Starla masih saja nyolot.

Atlas mengembuskan napas pelan. "Mau nyanyi apa?" tanya Atlas mengalihkan pembicaraan.

ATLASTA | SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang