BAB 1B

948 95 5
                                    

Optimus yang disebut-sebut oleh Randu adalah nama lembaga bantuan hukum. LBH itu sangat tak mirip kantor. Tembok luarnya tersusun dari susunan batu kali besar tanpa cat. Pagarnya banyak bengkok di sana-sini. Papan penunjuk yang memamerkan nama LBH OPTIMUS lapuk karatan. Empat buah pilar penyangga dicat merah menyala. Pohon mangga besar berusia sepuluh tahun di pekarangan menambah angker, terutama pada malam hari. Penampilan luar bangunan mirip sarang tuyul. Bahkan jin pun tak sampai hati buang anak di sini. Hanya dua macam manusia yang sudi menghabiskan hidup di LBH Optimus. Pertama, orang-orang berdedikasi tinggi pada kemanusiaan. Kedua, jenis manusia frustrasi yang tidak diterima kerja di mana pun.

Nama LBH Optimus sendiri bukan diambil dari nama Optimus Prime di film Transformer. Menilik artinya, pendiri LBH ingin agar lembaganya menjadi 'Yang Terbaik.' Nenek-nenek menopause juga tahu, itu semua omong kosong. Keuangan lembaga terseok-seok dari hari ke hari.
Beranjak ke dalam, situasi ruang kerja lebih terasa. Tiga buah meja kayu bercat coklat ditata berhadapan dengan tiga meja bercat coklat lain di seberang ruangan. Dinding-dinding putih pudar digantungi pigura. Di dalam pigura terpampang guntingan berita surat kabar dengan gambar seorang pengacara mengenakan toga hitam, memandangi jaksa yang dinilainya memberikan tuntutan ngawur pada kliennya. Foto itu diambil secara candid oleh wartawan. Klien Randu ―pengacara dalam pigura― adalah seorang supir truk yang diadili dengan tuduhan membawa kabur barang perusahaan yang diangkutnya. Sorot mata Randu mengingatkan pada Mickey Haller, tokoh yang diperankan Matthew McConaughey dalam Lincoln Lawyer. Tatapan yang membuat para perempuan kesurupan.
Selain guntingan surat kabar, terdapat pula potongan berita dari media online.

Berita Keadilan.com 4 April 3 tahun yang lalu:
2 pengacara LBH Optimus ditahan polisi saat bubarkan demo

Kota Kita Jaya.com 7 Agustus 2 tahun yang lalu:
Sidang Nelayan Pantura yang diwakili LBH Optimus berjalan rusuh

Rechtshandhaving.co.id dua bulan yang lalu:
Gagal demo dan negosiasi, LBH Optimus pimpin pekerja PT Sawit Utama Cipta Karya siapkan langkah selanjutnya

Randu bisa digolongkan keduanya, bekerja di sini demi kemanusiaan, sekaligus frustrasi. Bukan cuma masalah kliennya yang membuat naik pitam, melainkan juga dua juniornya.
Elang jelas pengkhianat. Lelaki muda itu meninggalkan LBH demi harta dan wanita. Masuk akal. Ambisinya terlalu besar untuk ditampung di sebuah LBH. Law firm mentereng lebih menjanjikan.

Lalu, Firman. Entah kenapa Randu belum kena darah tinggi menghadapinya. Anak zaman sekarang tak punya kualitas yang seharusnya dimiliki untuk menjadi pengacara LBH.

"Firman! Otak lo di mana? Masa bikin surat permohonan mediasi saja nggak becus?!" Gelegar bentakan Randu terdengar sampai teras.

Firman, cowok berambut mie instan itu mengkeret di kursi. Randu benar-benar tak habis pikir, apa yang diajarkan dosen-dosen Fakultas Hukum zaman sekarang pada para mahasiswa? Mental anak muda selembek tape. Konsentrasi mudah pecah hanya karena sedikit lelah. Ingin diinjaknya jiwa mereka agar lebih tangguh.

Ambar Pradnya Rukmini, Muhammad Fadli, dan Gading Hananto - pengacara-pengacara di sana - memberikan tatapan penuh belas kasihan pada obyek kemarahan Randu, sementara Firman bungkam seribu bahasa.

Fadli menutup map dokumen yang sedang dibacanya. "Sabar, Man," dia melerai karena benci keributan. "Gue suruh Firman riset soal hukuman mati untuk terdakwa perkara narkotika." Kurangnya personel membuat Firman, si anak magang menjadi kacung para pengacara di situ. "Mungkin dia jadi kecapekan."

Fadli selalu simpatik. Selain pengacara, dia juga dosen. Pergaulan dengan para mahasiswa sedikit banyak menumbuhkan rasa toleransi. Di tengah era pamer mobil mewah ala YouTuber seperti sekarang, mencari mahasiswa yang sudi magang untuk jangka waktu lama dengan bayaran teramat minim tidaklah mudah. Kalau bisa magang di perusahaan besar dengan kepastian diangkat jadi karyawan setelah lulus, buat apa menjamah LBH?

Randu mendongak pada koleganya. "Nih, Fad. Baca surat Firman. Masa dia tulis 'Kepada Yth Jaksa'. Sejak kapan permohonan mediasi buruh dialamatkan ke jaksa?" geramnya.

Sudah dua bulan sejak Elang meninggalkan LBH. Sejak saat itu, Randu minta pada atasannya untuk disediakan asisten, paralegal, anak magang, atau apalah. Bukannya tidak mengabulkan. Sudah dua bulan berlalu pula sejak direktur LBH Optimus memasang iklan perekrutan anak magang di website, kampus, bahkan masjid. Puluhan yang melamar. Begitu mendengar harus magang di situ dalam jangka waktu lebih dari tiga bulan dengan bayaran per hari sama dengan harga mie ayam di pinggir jalan, semua pelamar berguguran. Persis ketombe di rambut Lionel Messi waktu jadi bintang iklan shampo.

Menumpuknya pekerjaan mengakibatkan bukan hanya Firman yang lelah, melainkan juga Randu. Energi mereka tersedot untuk perkara mantan pekerja PT SUCK. Belum lagi perkara lain yang menyita perhatian.

"Ampun, Bang," cicit Firman yang memang kelelahan karena demonstrasi. Belum lagi para kuli berita datang tanpa henti ke LBH Optimus, mengorek apapun soal PT SUCK. Para jurnalis sangat penasaran dengan perusahaan di mana Chandra Atmadja adalah pemegang saham mayoritas. Staminanya tambah merosot dengan tumpukan tugas akhir kuliah. Sekarang dia merutuki diri kenapa mengambil topik PHK sebagai bahan skripsi.

Kemarahan Randu sedikit surut karena Fadli melerai. "Kalau memang masalah buruh terlalu berat, ganti judul skripsi lo," nadanya turun namun masih tajam.

Setelah puas membuat calon Sarjana Hukum itu mati kutu, Randu menyibukkan diri dengan laptop. Diketiknya surat permohonan mediasi seorang diri. Lima menit kemudian dia beranjak dari duduk, hendak pergi ke Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

Jeremiah Ross - direktur LBH Optimus, alumni salah satu kampus Ivy League - masuk ke ruangan. Aksen cadel khas Negeri Abang Sam-nya berkumandang, "Hari ini ada calon anak magang yang mau diwawancara. Kamu jangan ke mana-mana, Ran."

Randu semakin jengkel dengan perintah direkturnya. Memang dia sudah lama meminta asisten. Namun, Randu harus segera mendaftarkan permohonan mediasi. Kalau bukan dia yang mengerjakan, siapa lagi? Belum lagi gunungan dokumen pekerja yang belum disentuh seolah-olah mengejeknya. Ada perkara lain yang masuk dua bulan lalu. Seorang pekerja difitnah mencuri laptop milik perusahaan. Lama-lama bisa meledak kepalanya.

"Saya mau ke Disnakertrans. Kamu wawancara saja calon anak magang, Ross." Randu harus mengejar waktu karena tak menyangka Firman mengulur pembuatan surat itu.

Mata hijau teduh Jeremiah Ross mengamati gerak-gerik Randu. Cekatan bersalut kejengkelan. Dia menghela napas lalu mengucap persetujuan, "Oke kalau begitu. Yang harus kamu tahu, kali ini pelamarnya bukan alumni Fakultas Hukum."

Randu membalas dengan tawa mengejek. "Terus lulusan apa? Peternakan?"

Bagus juga, siapa tahu si calon anak magang punya gerombolan kerbau yang bisa disuruh menyeruduk para CEO PT SUCK.

Ross yang menganggap sistem hukum Indonesia amazing itu menggeleng. "Akuntansi. Minggu ini cuma dia yang melamar ke sini."
Jadi ada anak akuntansi frustrasi yang melamar magang di LBH. Lelucon apa lagi ini?

***
Hello Sexy Readers,

Gimana kesannya setelah baca bab ini? Kelambatan kah alurnya? Kalau ada kritik, langsung aja ya di kolom komentar.

Sebentar lagi kita ketemu sama anak magang. Sabar ya. Kita ketemu besok!

Love,

💋 Bella 💋

DEVILS INSIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang