Bab 20a

133 25 2
                                    

Hello Sexy Readers,


Maaf nggak sempat posting selama seminggu. Agak riweh di real life. Semoga sabar menanti. Buat yang nggak sabar, silakan baca kelanjutannya lebih cepat di Karyakarsa. Devils Inside sudah tamat di akun belladonnatossici.


***


Taksi biru berputar-putar dua jam tak tentu arah. Pengemudinya berkali-kali menatap cermin persegi panjang di depannya. Selama dua jam penumpang yang dilihatnya dari cermin masih menangis hingga wajahnya merah dan matanya sembab. Dia tidak tahu penumpangnya terkena masalah apa hingga menangis seperti itu. Yang lebih aneh lagi, perempuan cantik yang duduk di belakang itu, memberinya lima lembar uang berwarna merah dengan pesan, 'jalan ke mana aja, jangan berhenti sampai argo taksi menunjukkan jumlah yang sama dengan uang yang diberikannya.' Supir taksi hanya bisa pasrah mengikuti kemauan si penumpang.

Penumpang yang menangis sejak tadi adalah Elena Mazaya Tjipta. Dia benci drama. Benci menangis untuk hal-hal tidak penting. Kesedihan menular, sama dengan kebahagiaan. Dia tidak mau menulari orang sekitar dengan ketidakbahagiaan. Namun, sekarang dia tidak bisa menahan air matanya. Berkali-kali dia menyeka air mata yang keluar. Begitu terhapus, segera air mata yang lain tumpah. Hatinya bagai dirobek. Bukan hanya hatinya yang sakit saat ini, namun sekujur tubuhnya juga nyeri. Ingin dibunuhnya laki-laki yang sampai kemarin masih memberikan kebahagiaan. Sekarang kebahagiaan yang diberikan Randu hancur berkeping-keping. Tapi dia tidak boleh membunuh. Agama dan undang-undang melarangnya.

Jadi sekarang dia harus bagaimana? Memaafkan Randu seperti yang Tuhan ajarkan? Dan ampunilah kesalahan kami seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami

Berat sekali mengampuni Randu. Ataukah dia kembali saja ke LBH Optimus untuk menampar lelaki itu? Firman Tuhan lagi-lagi bergema di kepalanya. Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.

Dia tidak boleh membalas apa yang dilakukan Randu? Mungkinkah Tuhan menghukumnya karena membalas Rimba? Bagaimana dengan sakit hatinya ini? Lebih parah lagi, sekarang dia merasa sangat kotor. Sangat nista. Diingatnya pelajaran agama yang diajarkan oleh Suster Felicia, seorang biarawati Ursulin saat dia kelas tiga Sekolah Menengah Atas; Jangan berzina. Berzina adalah dosa terbesar. Zaman dahulu, pasangan zina pasti dilempari batu sampai mati.

Ya. Dia sudah berzina. Menukar prinsip agamanya dengan laki-laki brengsek yang dikira mencintainya. Laki-laki yang disangka akan menjaganya. Hah! Menjaga apa? Laki-laki itu cuma menjaga alat kelaminnya. Cuma itu yang penting. Harusnya dari awal dia sudah curiga dengan cara Randu yang sok perhatian, sok manis, sok sayang.

"Fuck," Elena menggumam pelan, masih menangis.

Taksi berhenti di tempat yang sangat jauh dari saat tempat berangkatnya tadi. Elena meminta diturunkan di bangunan sederhana dengan menara salib yang kebetulan dilewati. Tuhanlah yang dia butuhkan saat ini meskipun tadi sempat terpikir untuk membeli racun tikus. Langkah kakinya perlahan masuk ke rumah Tuhan. Dicelupkannya jari ke air suci lalu membentuk tanda salib. Dia tahu, tak pantas perempuan sepertinya menatap altar suci. Bunga lili kuning penghias altar seolah mengundangnya masuk. Jika Tuhan mencintai bunga liar, apakah Dia akan membenci manusia? Bukankah Tuhan Maha Pengampun? Dosa apapun akan diampuni-Nya? Bukankah Tuhan Yesus mengampuni Maria Magdalena yang pelacur? Elena memilih bangku paling depan di gereja.

Ada empat orang berdoa di sana sambil memegang rosario. Dirinya tidak membawa rosario. Maka dia berlutut di bangku. Wajahnya menghadap ke altar, memandangi salib, lalu mulai berdoa. Di luar gereja hujan turun deras sekali. Petir menyambar dan guntur menggelegar, seperti mewakili perasaan Elena.

DEVILS INSIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang