Bab 14b

282 29 2
                                    

Dua puluh enam panggilan tak terjawab terpampang di layar ponsel Elena. Kedua puluh enamnya dari nomor yang sama. Randu Optimus. Elena ingin sekali mendengar suara lelaki itu. Suara berat dan dalam yang seolah menganggap semua masalah ada jalan keluarnya. Tapi dia takut. Takut tak bisa melepaskan Randu lagi jika perasaannya semakin dalam.
Setiap kali ke gereja bersama kedua orang tuanya, Elena selalu berdoa di depan gua Maria, memohon ampun atas dosa-dosanya mempermainkan perasaan Randu. Gadis itu melupakan kenyataan bahwa benih kepura-puraan yang dia tanam dalam hati telah menumbuhkan sesuatu yang mengakar kuat.

Ponsel Elena bergetar saat dia sedang mengisi kolom-kolom di software Accurate, khusus untuk akuntan. Elena membuat laporan penjualan untuk diri sendiri. Bisnis kuenya berkembang melebihi perkiraan. Katya mengiriminya pesan suara melalui WA. Didengarkannya pesan itu. Katya bernyanyi, suaranya bagus, tidak fals.

Kabar gembira untuk kita semua. Kulit manggis, kini ada ekstraknya.

Suara kekehan Katya terdengar.

El, gue punya kabar gembira buat lo. Datang ya jam tujuh malam ini ke 'Container of Dishes' di Pantai Indah Kapuk. Seriusan.

Begitulah bunyi pesan wasiat Katya. Karena Elena tidak mau jadi hantu perawan penasaran, dia pasti datang ke tempat yang diminta Katya. Container of Dishes adalah semacam food court yang terbuat dari rangkaian peti kemas bekas barang-barang yang akan diangkut menggunakan kapal. Plafon food court itu dirancang minimalis. Hanya bohlam gantung menerangi para tamu. Arsitekturnya industrialis dengan bangku terbuat dari daur ulang tong bekas minyak, sementara mejanya terbuat dari susunan ban truk. Semakin unik karena makanan wajar sampai aneh ada semua di sana. Mayoritas, pengunjungnya adalah anak muda usia SMA sampai pertengahan dua puluh. Beberapa terlihat selfie dengan makanan ajaib mereka.

“Darliiiiinnnnggg!!” Katya serupa Syahrini yang kegirangan setelah memproklamirkan jambul khatulistiwanya, melambai saat Elena datang. “Lo mau pesan apa aja, gue yang traktir.”

“Waduh, ada angin apa nih?” Elena meletakkan Burberry di kursi kosong di samping Katya. Burberry yang beberapa bulan lalu hampir dirampok. Kalau saja Randu tidak ada pasti Burberry itu sudah tidak menemaninya.

“Lo mau pesan dulu atau mau gue kasih tahu kabar gembira dulu?” tanya Katya. Antusiasme terpancar dari matanya yang berbinar-binar.

“Pesan dulu aja deh.” Elena tahu betul Katya kalau sudah berbicara serupa kembang api malam tahun baru. Jedar-jeder, tidak berhenti-berhenti.
Katya menyerahkan e-money yang memang khusus berlaku di situ. Sudah diisi dengan sejumlah uang. Setelah berkeliling tempat itu, Elena memutuskan makan charcoal burger yang warna rotinya hitam. Katya mengernyit jijik melihat benda itu dibawa ke meja. Katya sendiri memesan nasi ayam Hainan dan jus apel. Cukup normal.

“So, coba lihat.” Katya menyodorkan laptop pada Elena yang sedang mengiris burger. “Oke gue jelasin. Pertama, lo tahu gue sudah memasukkan cerita lo dengan si Randu ke channel gue. Judulnya 'Kill the Killer'. Jangan khawatir, lo sebagai Evita dan Randu sebagai Caprio,”―Elena memperlihatkan raut bertanya hingga Katya menjelaskan―“nama samaran lo Evita karena kayak Evita Peron yang pacaran sama Juan Peron. Selisih umur mereka jauh, pas sama selisih umur lo dan Randu.”

Elena tersenyum mendengar penjelasan Katya. “Dan, Bang Randu kenapa jadi Caprio bukan Juan Peron?” tanyanya.

“Tadinya mau gue kasih nama samara Juan Peron. Ah, tapi nggak dapet feel play boy-nya. Lagian, Randu persis kayak Leonardo Di Caprio yang udah tua nggak kawin-kawin,” jelas Katya.
Elena yang dulu itik buruk rupa tak paham fashion bertransformasi menjadi cewek jalang penggoda yang cantik jelita. Dulu, tak pernah terpikir olehnya untuk berdandan. Ayahnya menekankan pentingnya belajar. Kini karena Channel of Cupid dan tutorial make up rujukan Katya, Elena sadar bahwa dia bisa menjadi gadis memesona hingga pria seperti Randu tertarik.

Elena bukan batu yang tak berperasaan. Dia menyaksikan kesedihan di wajah Randu. Setelah membuat Randu menyukainya, lalu dipatahkannya hati itu. Elena merasa sangat jahat.

“Kemarin adalah episode terakhir dari Kill the Killer. Gimana si Evita mengundurkan diri, gimana Caprio kayaknya patah hati, semua lengkap. Baru sehari gue posting, banyak banget yang kasih respon. Ada yang positif, ada yang negatif. Banyak yang nggak suka sama Evita, malah jatuh cinta sama Caprio. Evita disumpah-sumpahin segala. Nih Meme Perih nyumpahin Evita digondol tuyul. Katanya kalau Caprio nggak sama Evita, Meme Perih mau nampung Caprio.” Katya terbahak sambil mengangguk-angguk lucu. Senang project barunya mendapat respon bagus dari para artis dan penonton. “Tapi gue yakinkan mereka kalau si Caprio memang cowok brengsek yang suka mainin, iseng sama cewek malah sampai sudah mengajak bobo bareng lalu ditinggal kayak sampah. Pakai narkoba, tawuran. Pokoknya badass banget.”

“Oke, terus?” tanya Elena. Matanya sejenak menatap grup pemain musik akustik yang saat ini memainkan lagu antik milik Dewa 19,  'Pupus', menggunakan gitar. Tambah bikin baper saja jadinya. Baper plus laper. Lalu dialihkannya mata cantik itu pada burger.

“Terus, wahhh.... Sesiangan ini gue ketemu dan meeting sama banyak orang. Banyak perusahaan yang oke mau pasang iklan di Instagram dan meng-endorse gue karena viewers melonjak. Tau nggak, video ini trending dengan penonton mencapai delapan puluh ribu. Malah hari ini sudah lima ratus ribu yang baca. Kita bakal terkenal ngalahin YouTuber lain.” Wajah Katya seakan bercahaya.

“Wow..., cepet banget reaksi orang-orang.” Elena memutar bola mata.

“Thanks ya, Cinta. Berkat lo gue bisa kaya dan bakal dapet banyak subscriber. Baru tau nyari duit gampang gini.” Katya nyengir teringat ceramah Fadli beberapa hari yang lalu agar memanfaatkan ijazah Teknik Industrinya ketimbang menjalani pekerjaan tidak jelas begini. Katya tersinggung dengan dosen tua itu. Makanya dia malas menghubungi lagi. Biarkan saja Fadli mencari perempuan lain yang lebih cerdas. Toh, Katya masih punya Revan yang terlalu sibuk untuk meributkan pekerjaannya.

“Oke, welcome money.” Elena kagum dengan otak bisnis Katya.

“Eh, tapi Bang Randu nggak gantung diri di pohon toge kan?” tanya Katya sambil mengetik di laptop.

Elena mencubit bibir Katya gemas. “Bang Randu, kelihatan sedih banget. Nahan gue sampai mau nganter pulang segala. Dari kemarin nelepon dan nge-WA tapi gue diemin. Nggak tahu ya itu akting atau bukan.”
Elena masih mendengarkan para musisi yang memainkan lagu lama itu. Sebagian syair lagu 'Pupus' menohok langsung ke ulu hatinya.

Aku tak mengerti, apa yang kurasa
Rindu yang tak pernah begitu hebatnya
Aku mencintaimu lebih dari yang kau tahu
Meski kau takkan pernah tahu

***

🎉🎉🎉🎉🎉🎉🎉🎉🎉
Happy new year Sexy Readers! Semoga tahun 2024 kita semakin dilimpahi berkat, rezeki, cinta, dan kebahagiaan.

Yang mau baca cepat Randu-Elena silakan ke Karyakarsa akun belladonnatossici yaaaa.

🎉🎉🎉🎉🎉🎉🎉🎉🎉


DEVILS INSIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang