BAB 2A

736 83 0
                                    

Randu membaca buku tentang konspirasi perusahaan Amerika membungkam buruhnya sebagai bahan riset menyelesaikan perkara. Kemarin surat permohonan mediasi sudah diterima Disnakertrans. Semoga saja apa yang diceritakan buku itu tidak benar.

“Man, ada anak baru tuh.” Fadli adalah teman lama Randu sejak di Fakultas Hukum. Dia tahu selera sahabatnya.
“Cewek,” pria itu mengecilkan suara hingga jadi bisikan sambil mengacungkan jempol. Berarti ‘Anak Baru’ yang dilihatnya cukup menarik.

Gading melongok ke ruang buku merangkap ruang penerima tamu. Gadis yang mereka bicarakan berambut hitam legam berombak sebahu. Tubuhnya semampai dan ramping berbalut little red dress.

Sepasang kaki jenjangnya terlindung peep toe mary jane shoes emas. Seolah belum cukup, bibirnya dipulas lipstik merah terang. Andai mengenakan riasan nude, wajah ayunya pasti tampak lembut.

Gading naksir berat. “Oh itu yang diterima Ross buat magang di sini.” Kini semburat pink merona di wajahnya seperti Lucinta Luna memakai blush on.

Randu langsung menutup bukunya, melangkah ke dekat jendela, lalu bergumam, “Nggak nyasar tuh kuntilanak?” Dia memanjangkan leher serupa jerapah di kebun binatang supaya bisa melihat lebih jelas.
Setan di neraka tahu gemuruh hatinya. Alih-alih berada di tengah rak buku, makhluk indah itu lebih cocok berada di atas ranjang bermandikan peluh, tanpa sehelai benang. Pintar juga Ross mencari anak magang, pikir Randu.

Pakaian gadis itu mengingatkan pada Si Merah yang mencoba merayunya di kantor PT SUCK beberapa bulan lalu. Tipe perempuan gampangan jika dilihat dari caranya berbusana.

“Cewek cantik itu bego, kata Mbah Surip,” sambung Gading. Seenaknya saja membawa-bawa nama sesepuh yang sudah tiada. Dia berharap, para pesaingnya kehilangan minat.
Sebagaimana Randu dan Fadli, Gading juga bujang lapuk. Karena lapuknya, dia sulit membedakan perempuan asli dengan papan setrika. Meski begitu dia mengakui juga bahwa gadis itu cantik. Berarti matanya belum buta.

Randu banyak menemui perempuan cantik dalam hidupnya karena menyukai segala jenis tantangan, terutama tantangan membuat  wanita bertekuk lutut dan mengajaknya bercinta. Sudah begitu lama ‘pedang naganya’ tidak menaklukkan ‘lembah kenikmatan’. Kini ada makhluk jelmaan Aphrodite turun ke LBH Optimus. Sungguh bodoh jika disia-siakan.

“Coba, bisa ngapain dia selain fashion show?” Randu langsung berniat mendekati godaan terindah.

Sebagai satu-satunya perempuan di situ, Ambar memperingatkan, “Eh, jangan ngelaler deh, Ran.” Pengacara perempuan itu berhijab, suami baru satu, anak sudah dua. Dulu ketika awal-awal masuk LBH, Randu juga menggodanya.

“Ngelaler?”

Malas menatap wajah Randu karena tahu penyakit koleganya yang suka kambuh saat melihat 'barang bagus', Ambar menjawab kalem, “Iya, menclok sana-sini kayak laler.”

Tawa berderai mengiringi langkah Randu keluar pintu.

***

DEVILS INSIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang