Bab 22a

87 7 2
                                    

Laser LED hijau biru menyorot panggung. Ratusan pasang mata tertuju ke panggung. Tangan terampil seorang pria bule bermata biru lincah mengolah lagu. Musik racikannya – campuran hiphop dan soul – membahana di Golden Empress, club paling hits di antara para sosialita dan selebritis

"ARE YOU READY TO LIFE???!!!" seru DJ Cymera sambil memutar piringan hitam di atas vinyl turntable.

"Woo.... Hoooo!!!" teriak para clubbers antusias.

"Say Happy Birthday to Sofia Mellar." Sang DJ mengangguk sambil menunjuk ke arah perempuan yang mengenakan sequin dress biru. Laser LED menyorot padanya. Sontak para clubbers mengangkat gelas mereka, memberi salam pada Sofia Mellar yang berulang tahun ke tiga puluh lima. Dia artis cantik yang sudah membintangi puluhan film dan sinetron.

Muhammad Fadli baru saja datang. Tangannya menggenggam segelas wiski. Dihampirinya Sofia Mellar. "Happy birthday, Sof." Diciumnya sekilas pipi Sofia.

"Pak Fadli, thanks for coming." Meski sudah dua puluh tahun tinggal di Indonesia, aksen Jermannya masih kental. "Oh.... Kenalin, my clique." Sofia memperkenalkan Fadli pada teman-temannya. Semuanya artis papan atas. "Pak Fadli ini dosen aku di FH. Malu ya umur segini masih kuliah." Janda itu terbahak seksi. "By the way, he is single," bisiknya terlalu keras sehingga Fadli mendengar. Pria itu pun tersenyum miring.

"OK ladies, nice to meet you," Fadli menyapa teman-teman Sofia yang muda belia dan kinclong. Mereka semua ramah. Setelah berbasa-basi Fadli membalikkan tubuh.

"WATCH!!!" seru Sofia.

"Awww!!!" Suara seorang perempuan. Wiski di gelas Fadli tumpah ke babydoll dress-nya.

"OUT!!!" lanjut Sofia. Terlambat.

"Hei, kalau jalan lihat...," perempuan yang menjadi korban insiden itu baru akan memaki Fadli.

"Katya?!" Fadli berseru kaget.

"Oh, saling kenal?" Sofia tak menduga.

Katya memicingkan mata untuk memastikan. Tak salah dugaannya. "Kenal dong. Pengacara sok idealis yang mainnya ke Golden Empress se-Indonesia Raya ya cuma dia seorang," sindir Katya. Banyak daun muda cantik seksi di sini. Cocok untuk berbagi ranjang semalam.

"Gue yang ngundang Pak Fadli. Mau gue kenalin sama anak-anak." Sofia kenal dengan karakter Katya. Maka dia menjelaskan sebelum dosennya disangka yang bukan-bukan. Sofia cukup kasihan pada dosen tampannya yang masih melajang di saat pria lain telah main bola bersama anak-anaknya.

Katya mengangkat bahu tak peduli sambil melangkah melewati Fadli. Lelaki itu bisa mencium aroma mawar yang berasal dari parfumnya. "Excuse me," katanya dengan lagak dramatis. Tanpa mengatakan apa pun langsung bergabung dengan gang-nya.

Katya Hasmoro bergoyang mengikuti irama musik DJ Cymera. Pinggulnya menghentak ke kanan dan kiri. Tangannya terangkat ke atas.

"Woo.... Hoo!!" teriaknya melepas beban jiwa. Jika lelah perempuan itu menyingkir memesan blue lagoon. Tak lama, kembali bergoyang liar lagi. Berteriak-teriak. Tanpa ambil pusing ada sepasang mata mengawasinya.

Katya baru keluar dari Golden Empress pukul dua pagi. Sempat muntah karena meneguk berbagai macam cocktail di sana. Sofia Mellar benar-benar memanjakan tamunya. Dia mengaduk-aduk clutch untuk mencari kunci mobil. Tubuhnya sempoyongan. Untung sepasang lengan kuat menyangganya sebelum membentur tangga marmer.

"Hei, lepas!" Setengah sadar Katya melawan. Tali gaunnya melorot sebelah. Lalu dia muntah lagi, mengenai tangan pria yang menopangnya.

Si pria geleng-geleng. Dasar bocah ingusan. Nggak kuat minum saja sok-sokan. Dibopongnya tubuh Katya. Digendong terlalu romantis.

"Hei, turunin gue!" Katya memukul punggung pembopongnya yang tetap berjalan membawanya menjauh, masuk ke Volvo.

Setiba di kost, Fadli menjatuhkan Katya di tempat tidurnya. Berapa berat Katya? Babydoll dress-nya kotor kena muntah yang berceceran membentuk pulau-pulau. Kenapa perempuan seperti Elena bisa berteman dengan manusia seabsurd ini? Ckckck.... Perempuan aneh yang memberikan meme-meme selamat pagi. Perempuan aneh yang masak ayam pop untuknya. Perempuan aneh yang menungguinya di Badan Narkotika Nasional, di universitas tempatnya mengajar, lalu tahu-tahu menghilang.

Fadli menduga menghilangnya Katya karena tersinggung akan ucapannya. Sebutlah dia bersalah karena menyangka perempuan ceria dan cerewet seperti Katya tidak bisa sakit hati.

Fadli memanaskan air. Setelah cukup hangat, dia duduk di samping Katya. Ditanggalkannya pakaian bau bernoda muntah. Dadanya berdesir melihat perempuan di depannya tertidur dalam kedamaian. Disekanya wajah dan tubuh Katya menggunakan air hangat. Ditahannya segenap gejolak hati untuk menyentuhkan jarinya ke bibir Katya. Mumpung sedang tidur. Disentuhnya bibir berpulas lipstik merah mengerikan itu. Kenyal. Akan lebih bagus lagi bila tanpa pulasan. Disekanya bibir Katya hingga lipstiknya hilang. Bagaimana rasanya?

Fadli menelengkan kepala. Katya tak bergerak seperti mayat. Didekatkannya bibirnya ke perempuan itu lalu dikecupnya. Matanya kini menyusuri dua aset milik perempuan yang sedang tak sadarkan diri. Kecil sekali. Cup A. Tetapi bulat padat.

Pegang.
Jangan.
Pegang.
Jangan.
Pegang saja.

Eh Jangan. Jangan cuma pegang. Remas sekalian. Fadli tertawa sendiri. Tak dijalankannya pikiran nista itu. Bisa dibayangkannya amukan Katya. Kalau Elena pendiam, Katya seperti bom atom. Dia tidak malu teriak-teriak di club. Senyum tipis Fadli mengembang. Dibersihkannya seluruh tubuh Katya yang bau. Barulah dia memakaikakan T-Shirt-nya pada Katya.

***

DEVILS INSIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang