Katya berkacak pinggang di hadapan sobatnya. Sepuluh menit yang lalu Elena menyeretnya masuk ke kamar. "Lo sudah gila, El!"
Elena mencibir, "Harusnya gue yang marah. Karena gue sudah hampir―" Dia tak menyelesaikan kalimatnya.
"Hampir apa? Klimaks? Orgasme? Apa?" Katya melotot padanya "Lo tahu nggak tadi pagi orang tua lo nelepon gue. Mereka khawatir. Mana HP lo gue hubungi berkali-kali nggak diangkat. Katanya lo nggak ada di kamar. Lo ke mana?"
Semalam Elena tak berpikir dengan jernih. Hasrat, kerinduan, dahaga akan Randu menumpulkan logika. "Ke kost Randu," jawabnya tenang.
Berkacak pinggang, Katya ingin membenturkan kepala Elena ke tembok. "Ngapain? ML?"
"Kok lo marah? Kan lo yang bilang status perawan di umur dua puluh lima itu memalukan. Lo nggak usah kayak biarawati gitu deh," Elena menyahut tak kalah galak.
"Ya, lo benar. Gue cuma nggak mau lo menyesal seperti gue. Melepaskan keperawanan pada cowok brengsek yang kemudian ninggalin gue begitu aja." Katya menunduk. "Kan lo bisa nunggu sampai kalian menikah," gumamnya.
Andaikan menahan diri tidak menyakitkan. "Nggak bisa. Gue sudah nggak kuat menahan perasaan gue ke dia. Ternyata seks indah. Nggak seburuk yang gue sangka. Kalau menurut gue para pastor dan biarawati itu berlebihan," bisik Elena.
Mulut Katya membuka beberapa senti. Apa tidak salah kalimat itu meluncur dari mulut Elena? Sahabatnya ini tidak habis ketiban panci di kepala hingga gegar otak kan?
"Lo sudah gila." Tuding Katya ke wajah Elena. Sobatnya diam saja. "Kalian pakai pengaman?"
Elena menatapnya kosong. Mana sempat dia berpikir soal itu? Mana ada perawan yang bawa kondom atau pil anti hamil ke mana-mana? Diamnya Elena adalah jawaban bagi Katya.
"Lo berdoa aja supaya Randu nggak mencampakkan lo." Katya berkata sambil berjalan keluar dari pintu kamar.
***
Eugene Tjipta sampai rumah pukul sembilan malam. Dilihatnya Ayla putih di luar pagar. Milik Katya. Ya, dia sudah hafal. Lalu motor Honda Astrea keluaran entah kapan yang sepertinya harus segera dibongkar untuk dijadikan kandang bebek ini milik siapa? Kaki Eugene menaiki undakan di teras. Didengarnya suara Katya.
"Itu lagu apaan sih?"
Lalu suara Elena, putri tunggalnya.
"Iya, Bang. Lagu apa?"
Chord gitar terdengar hingga teras. Kemudian suara laki-laki.
"Lagunya Nike Ardilla. Judulnya 'Seberkas Sinar'. Ngetop banget tuh tahun sembilan puluhan."
Gelak tawa terdengar. "Astogeehhh.... Cowok lo tuwir bingits, El," ejek Katya.
Kening Eugene berkerut. Kalimat 'cowok lo' membuatnya berpikir. Eugene berhenti sejenak di ambang pintu. Elena putrinya tertawa. Sudah hampir satu tahun tidak melihat sinar bahagia di wajah Elena. Sejak putrinya dicampakkan Rimba. Putrinya. Gadis kecilnya. Kesayangannya, menyandarkan tubuh di lengan lelaki yang memainkan gitar. Kelihatan sangat matang. Apa tidak salah?
Tunggu, rasanya dia pernah melihat wajah lelaki itu. Tapi di mana? Ah, Otak tuanya sudah tak bisa diajak bekerja sama. Para dokter menemukan teknik transplantasi jantung, hati, paru-paru, mata, dan ginjal. Tak adakah yang bisa mencangkok otak?
Kemudian dia masuk lalu berkata, "Halo anak-anak."
Dia tahu Elena dan Katya sudah dewasa. Namun baginya mereka tetap gadis kecil. Anak-anak.
"Papa!" Elena memekik lalu berdiri.
Pria yang bermain gitar ikut berdiri. Menyalaminya dengan sikap hormat. Lelaki ini bukan orang sembarangan. Mata tuanya bisa menilai dari genggaman tangan yang mantap, sorot mata penuh keyakinan, dan bahasa tubuh yang percaya diri.
"Selamat malam, Pak. Saya Randu Tio Hariman. Kekasih putri Bapak." Eugene pun teringat nama itu.
Eugene enggan menemui Randu. Ketika istrinya pulang, tak ayal menginterogasi, bagaimana putri tunggalnya bisa bergaul dengan pengacara kelas teri? Kalau saja tidak ditenangkan Marcelia, mungkin saja Eugene sudah mengusir Randu. Keduanya sepakat menunggu untuk membicarakan masalah ini.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
DEVILS INSIDE
RomanceAda dua tipe manusia yang bekerja di LBH Optimus. Pertama, orang yang berdedikasi tinggi pada kemanusiaan. Kedua, jenis manusia frustrasi yang tak kunjung mendapat pekerjaan. Randu Tio Hariman merupakan gabungan dari keduanya. Sejak Elang berkhiana...