BAB 3B

611 72 8
                                    

Meskipun sedang dalam usaha mendapatkan wanita cantik, para pengacara tidak melupakan kewajibannya. Randu baru saja memberikan konsultasi hukum pada seorang karyawan kontrak yang tidak menerima THR. Elena pun membaca dan mengetik dengan serius, tidak bicara satu huruf pun.

“Sudah sampai mana kerjaan lo?” tanya Randu ketika jam dinding di atas kursinya menunjukkan pukul lima. Dia baru tahu perempuan punya kemampuan mengunci mulut karena sepengetahuannya, mereka lebih parah dari burung pleci gacor.
Mengoceh tanpa henti dengan suara yang membuat cacat pendengaran.

Seharian, Elena mempelajari ordner berisi dokumen pekerja PT SUCK. Untung dia pernah kerja di perusahaan, jadi paham urusan pekerja. “Sedikit lagi, Bang. Sudah saya buat kronologisnya sekitar tiga perempat. Tapi pakai bahasa awam”.

Bagi seorang akuntan seperti Elena, sebuah pemecatan karyawan bukan masalah. Wajar ketika perusahaan menempuh beragam cara untuk meminimalkan kerugian.

“OK, lo boleh pulang.” Randu pura-pura tak peduli. Sepanjang pengalamannya menaklukkan perempuan, mereka lebih suka laki-laki agak misterius. Tipe Rangga di film Ada Apa Dengan Cinta. Randu tidak akan mendekati Elena dengan tergesa-gesa. Cukup diberi umpan, lalu biarkan para perempuan mengejar. Dia lupa sedang bertaruh dengan dua orang laki-laki yang sama-sama pengacara.

Kesempatan emas ini langsung disambar Fadli. “Lo pulang bareng gue, El. Yuk.” Buru-buru dia mematikan PC.

Tips dari Katya, si blogger dan youtuber urusan asmara yang menuangkan petuah-petuah percintaan dalam Channel of Cupid, ternyata benar. Baju merah, lipstik merah, rambut bergelombang. Memancing kaum pria lebih mudah daripada memancing ikan mujahir di empang. Ada satu lagi trik yang perlu dipraktikkan. Pura-pura jual mahal.

“Nggak usah, Bang. Saya pesan ojek saja,” sahut Elena.

Karena Randu dan Gading yang tak bereaksi, Fadli segera mengeluarkan jurusnya lagi, “El, naik ojek itu bahaya. Lo nggak baca berita soal cewek dilecehkan pengemudi ojek online?”

“Tapi saya belum pernah kok―”
Belum selesai kalimat Elena, Fadli sudah memotong, “Belum bukan berarti nggak. Udahlah, gue sebagai laki-laki wajib bertanggung jawab dengan keselamatan perempuan.”
Gelak tawa perempuan terdengar. “Gimana kalau anterin gue pulang aja, Fad? Gue perempuan lho.”

Perempuan bersuami seperti Ambar tidak pernah menjadi target Fadli. Dia berbeda dengan Randu yang suka menggaet berbagai jenis perempuan.

“Ambar, suami lo mana? Nanti cemburu lagi," tolak Fadli halus yang ditanggapi Ambar dengan menyipitkan mata.

Elena meragu. “Benar, nggak pa-pa?” Pada dasarnya dia memang tidak suka menyusahkan orang. Lagipula sejak ayahnya bangkrut, Elena sudah biasa ke mana-mana memanfaatkan ojek atau taksi online.

Randu melirik Fadli dan Elena bergantian dengan ekor mata, menunggu reaksi Elena.

“Nggak pa-pa dong, Elena. Yuk.” Fadli meraih kunci mobil dekat PC.

Si obyek taruhan pun mengangguk lalu berpamitan pada semuanya yang masih ada di ruangan. Dari belakang sungguh serasi tinggi mereka berdua. Tinggal Gading dan Randu menyumpah dalam hati ketika melihat Fadli membukakan pintu Volvo tuanya untuk Elena.

Fadli setali tiga uang dengan Randu untuk urusan perempuan. Namun, caranya tidak sebrutal Randu yang mau saja bercinta dengan janda di toilet kereta. Bagi Fadli, memperlakukan perempuan harus penuh hormat. Perlakuannya tak ayal menerbitkan perasaan tersanjung di hati Elena. Gadis itu merasa menjadi seorang Tuan Putri. Terakhir kali seorang pria membukakan pintu untuknya adalah dua tahun lalu. Itu pun oleh supir ayahnya.

Hidung Elena mengernyit ketika masuk ke Volvo Fadli. Bau tembakau terbakar menguar dari sana. Fadli memang perokok. Sehabis makan siang pun dia merokok.

DEVILS INSIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang