Bab 15

36.3K 819 3
                                    

Setelah pulang dari kantor Abian, Atifa tengah menanti Aiden disamping rumahnya melewati gerbang kecil yang tengah bermain bersama Ayumi dan Nada dirumah Mbak Syifa tetangganya yang kini sangat akrab dengan Atifa.

"Sayang...Aiden!!..masuk yuk nak, sudah sore sayang, kamu kan belum mandi sedari pagi"ucap Atifa membuat Aiden yang tengah bermain tali karet berhenti menatapnya.

"Anti Mi... Aden atih ain"jawab Aiden kembali melompati tali karet yang dipegang oleh Ayumi dan Nada.

"Aiden... Pulang ya. Ini udah sore, bentar lagi Papi pulang loh, nanti kalo Papi tau Aiden belum mandi, Papi gak jadi beliin Aiden motor"bujuk Atifa sambil menyentuh bahu Aiden pelan.

"Nda au Mi.. Anti.."jawab Aiden dengan kesal lalu kembali bermain tali karet bersama Ayumi dan Nada.

Syifa muncul didepan pintu rumahnya melihat Atifa yang menghela nafas pelan setelah membujuk Aiden namun gagal. Ya, begitulah Aiden, jika sudah bermain dengan temannya, maka Aiden akan menolak untuk pulang Meskipun sudah dibujuk rayu sekalipun.

"Ayumi... Masuk sayang. Ini sudah sore nak, yuk masuk"panggil Syifa membuat ketiganya menoleh lalu Ayumi berpamitan pada semuanya termasuk Atifa yang berdiri disamping pagar.

"Nada sayang... Pulang yuk, udah hampir gelap ini, kamu belum mandi loh"panggil Nadia Mama Nada.

"Tuh, teman-teman Aiden udah dipanggil sama Mama mereka untuk pulang kan. Jadi Aiden mau pulang atau disini sendirian?"tanya Atifa menatap Aiden yang menatap kedua temannya yang terlihat melambaikan tangan padanya.

"Ai.. Dada... Ecok ain agi"ucap Ayumi dan Nada melambaikan tangan pada Aiden yang dibalas lambaian dan anggukan oleh Aiden.

"Aiden.. Ayumi sama Nada pulang dulu ya. Sekarang, harus pulang dulu lalu mandi, makan terus istirahat,jadi mainnya ditunda dulu sampai besom"bujuk Nadia pada Aiden yang hanya mengangguk.

"Terimakasih banyak mba udah bujuk Aiden"ucap Atifa diangguki oleh Nadia dan Syifa kemudian mereka pergi kembali kerumah masing-masing.

"Ayo sayang"ajak Atifa pada Aiden yang hanya menurut saja saat ditarik pelan oleh Maminya.

Sampainya didalam rumah, Atifa langsung meminta Aiden untuk mandi dan langsung dituruti oleh anak itu, entah sepertinya Aiden masih kesal padanya, karna sedari tadi dia diam saja saat Atifa mengajaknya berbicara.

Mungkin karna homon kehamilan membuatnya lebih sensitif dan perasa, Atifa meneteskan air matanya saat Aiden menghilang dibalik pintu kamarnya yang terbuka. Dengan cepat dia menghapusnya lalu pergi ke kamarnya

Bi Ijah yang melihat nonanya menangis hanya tersenyum tipis karna kasihan melihat bumil ini, terlalu sensitif dan perasa ketika hamil, bahkan yang biasanya tidak pernah menangis karna dicueki, selalu ekstra sabar dan tetap tenang, kini justru menangis karna dicueki.

"Mang.. Mang Yusman"panggil bi Ijah pada mang Yusman yang sedang meminum kopinya, untung saja tidak tersedak.

"Astaghfirullah bi Ijah.. Bikin kaget amang aja teh.. naon?"tanya mang Yusman sambil memegang dadanya yang masih berdebar.

"Mang, tolong hubungin den Abi ya. Hp bibi baru aja tenggelem di air jadi mati, ini gak bisa nyala sama sekali"ucap bi Ijah dengan menunjukkan ponselnya pada mang Yusman.

"Ngomong naon sama den Abi teh?"tanya mang Yusman dengan tangan bergerak mengambil ponselnya di disaku seragamnya.

"Bilangin sama den Abi, kalo neng Tifa nangis gitu. Bibi udah berusaha bujuk, tapi neng Tifa tetep aja nangis didalam kamarnya yang dikunci dari dalam"jawab bi Ijah diangguki oleh mang Yusman.

My Duda My Husband [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang