Bab 48

19.3K 408 10
                                    

Didalam kamar Abian, Atifa tengah menasehati suaminya itu untuk tidak marah pada Aiden ataupun membentaknya jika Aiden nanti menjelaskannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Didalam kamar Abian, Atifa tengah menasehati suaminya itu untuk tidak marah pada Aiden ataupun membentaknya jika Aiden nanti menjelaskannya. Atifa hanya takut jika Abian akan marah pada Aiden saat tau jika putranya berani memukul temannya sendiri karna sudah terpancing amarahnya.

"Mas. Aku mohon ya sama kamu, jangan marahin Aiden apalagi sampai bentak dia. Aku tau yang Aiden lakukan itu salah, tapi Aiden juga membela dirinya sen-"

"Aku gak akan pernah bisa marah pada putraku sendiri sayang, dia putraku, putra kesayanganku. Mana bisa aku marah hingga membentaknya, itu tidak akan terjadi, karna itu bukanlah diriku. Aku hanya akan memberikan dia sedikit hukuman yang mungkin, tunggu saja nanti oke"potong Abian lalu mengecup bibir manis istrinya itu.

"Pipipippi...yon..yon'"rengekan Abra membuat keduanya menoleh kearah pintu yang terbuka. Abra datang bersama Aiden yang menggendongnya.

"Assalamu'alaikum Pi, Mi. Maaf kalo Aiden lancang langsung masuk kamar kalian"ucap Aiden lalu masuk kedalam saat mendapat anggukan oleh Atifa.

"Kenapa? Kok nangis sih anak ganteng Mami?"tanya Atifa setelah mengambil alih Abra dari gendongan Aiden.

"Mi..Yon..Yon"dengan menunjuk kearah jendela Abra kembali menangis dalam gendongan Atifa.

"Abra kenapa Ai? Bukannya tadi lagi main sama Amara?"tanya Atifa pada putra sulungnya.

"Amara lagi ngerjain Pr Mi, jadi Abra cuma sama mba Ningsih main bola dihalaman depan"jawab Aiden membuat Abian mengernyit.

"Kenapa dihalaman depan? Biasanya juga dihalaman belakang bukan?"tanya Abian membuat Aiden menoleh pada sang Papi, Aiden hanya menggeleng karna tak tau alasannya.

"Aiden kurang tau Pi, Mi, tadi Aiden sempat tanya sama mba Nings katanya Aiden tiba-tiba lari dari halaman belakang ke halaman depan saat mereka lagi main bola, udah dicoba gendong sama mba Ningsih dan mbok Ijah,tapi Abra menolak dan malah nangis kejer sambil nunjuk kearah gerbang. Katanya mba Ningsih, didepan gerbang ada abang-abang penjual balon yang mungkin sengaja berhenti didepan gerbang dan bikin tangis Abra semakin jadi. Makanya Aiden gendong dan bawa kesini saat tadi berhasil mba Ningsih bawa masuk"jelas Aiden dengan menatap adeknya yang terlihat masih basah dan menangis kembali di gendongan Maminya

Atifa masih terus menenangkan Abra yang masih menangis meminta balon, entah bagaimana caranya untuk menghentikan Abra, anak itu sangat sulit diam jika sudah menangis, hanya saat sudah merasa sangat mengantuk anak itu akan diam seketika.

"Iya nak.. Nanti beli balon ya sama Papi oke, nanti beli. Tenang ya sayang ya.. Cup.. Cup.. Cup"bujuk Abian seraya mengambil Abra dari gendongan istrinya untuk menenangkan putra bungsunya yang masih terus menangis.

My Duda My Husband [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang