Pagi ini Latif sudah kembali ke hotel yang sudah Abian siapkan bersama dengan Aiden dan keluarga Atifa. Mau bagaimanapun, dia tidak bisa membuat Dian sedih juga kecewa jika pernikahan mereka harus diundur.
Latif dan Dian mengenakan pakaian adat Jawa karna nenek Dian yang memintanya secara langsung pada Dian sebelum fitting baju penganten. Sehingga Latif dan Dian mau tak mah harus menuruti permintaan nenek Aisyah.
Dian tengah dirias oleh MUA, dia sesekali tersenyum didepan MUA saat diajak bercanda. Namun tidak dengan pikirannya yang melayang tentang Atifa yang tak kunjung datang.
Padahl Atifa sudah berjanji akan datang dipernikahannya menjadi pendampingnya saat ijab qabul selesai diucapkan. Tapi, sampai sekarang Atifa belum juga datang membuatnya berfikir yang aneh.
'Enggak. Pasti teh Ifa akan dateng ke nikahan aku, dia gak mungkin inkar janji' batin Dian menepis pikiran buruknya tentang Atifa ataupun Abian.
Sama halnya dengan Latif. Dia tengah duduk didepan meja rias memandang dirinya sendiri setelah selesai berpakaian, tiba-tiba bayangan Abian muncul dibelakangnya lalu maju menghampiri Latif dan menepuk bahu pria itu yang membuat Latif membulatkan mata.
Dia menoleh ke penjuru ruangan. Kosong, tidak ada seorangpun disana, yang ada hanya dia sendiri didalam ruangan itu. Tapi saat dia menatap ke cermin kembali, dia dapat melihat Abian berdiri disebelahnya dengan tersenyum hangat padanya seperti biasanya menatap lurus kecermin.
"Selamat atas pernikahan lo dan Dian ya. Maaf, untuk kali ini gue inkar janji sama lo, jujur gue pengin hadir disisi lo dan nemenin sahabat gue yang mau nikah ini, gue pengin menyaksikan secara langsung lo mengucapkan janji suci dihadapan semua dan Allah. Tapi Allah tidak mengizinkan gue melihatnya, mungkin bisa saat lo nikah lagi nanti. Hahaha... Bercanda bro. Gue tau lo orang yang setia, jadi lo gak mungkin macem-macem. Ouh iya. Gue titip anak-anak gue sebentar ya sama lo dan Dian, jangan buat mereka sedih apalagi sampai sedih karna keingat gue. Lo orang yang paling gue percaya bro. Sekali lagi, selamat atas pernikahan lo dan Dian ya. Btw lo ganteng banget hari ini. Gue pamit"bayangan Abian itu perlahan mundur dan menghilang seketika bersamaan dengan pintu terbuka.
Latif terlonjak kaget saat pintu terbuka menampilkan Teguh yang berdiri dengan tersenyum menatap dirinya. Sesuai janji Abian, dia akan meminta Teguh untuk menjadi wali nikahnya, tapi tidak dengan janji Abian yang akan hadir menemaninya.
"Ayo nak. Semuanya sudah siap dan kamu sudah dipanggil oleh penghulu"ucap Teguh dengan menepuk bahu Latif pelan.
"I-iya Ayah. Mari"jawab Latif lalu keduanya keluar meninggalkan ruangan itu.
Sampainya dibawah. Latif duduk di bangkunya dan mengedarkan pandangan ke penjuru tamu mencari Aiden, tapi justru dia melihat seseorang yang begitu dia kenali berdiri disebelah Aiden yang ada di pangkuan Dias tengah memakan es krim.
"Abian"gumam Latif melihat seseorang itu yang tiba-tiba hilang saat membalas tatapannya dengan tersenyum padanya.
"Nak Latif.."panggil penghulu membuat Latif terkejut.
"Hah! Iya Pak? Kenapa?"tanya Latif dengan wajah terkejutnya sementara yang lain hanya terkekeh melihat wajah Latif.
"Apakah sudah siap nak?"tanya pak penghulu balik pada Latif yang memejamkan matanya.
"Bismillah. Siap pak"jawab Latif membuat yang lain tersenyum bahagia.
"Baiklah. Kalo begitu, kita mulai saja pernikahannya"ucap penghulu lalu menjabat tangan Latif dan diterima oleh Latif dengan tenang.
Dengan lancar dan lantang pak penghulu membacakan kalimat ijab qobul dengan menatap wajah Latif yang terlihat serius. Kini giliran Latif menjawab kalimat ijab qobul.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Duda My Husband [END]
RomanceCerita 21+ Bagi anak dibawah umur, skip aja jangan dibaca. Kalo tetep maksa gak papa dosa tanggung sendiri