Malam semakin larut dan waktu menunjukkan pukul 11 malam. Diperjalanan menuju pulang, Abian terus memandangi istrinya yang tertidur di pangkuannya dengan pahanya sebagai bantal, terlihat sangat nyaman dan damai sekali wajahnya.Tak ada pergerakan sedikitpun dari istrinya itu, hingga membuat Abian tersenyum gemas saat tiba-tiba istrinya bergumam pelan, entah memimpikan apa yang pasti mimpi indah karna terdapat senyuman manis dibibirnya.
Tidak lama, mereka sampai didepan rumah besar milik Abian. Ben segera turun mengambil kursi roda Abian lalu dia kembali dengan membuka pintu belakang, baru akan membantu tuannya turun, kepala Abian sudah menggeleng pelan sambil menatap istrinya.
Ben yang paham, langsung mengangguk lalu mundur sedikit kebelakang. Abian mencolek pelan pipi cubby istrinya itu yang langsung menggeliat dan mengubah posisi menjadi memeluk perutnya erat dengan wajah mengusak diperutnya.
"Hai sayang. Bangun dulu yuk, kita udah sampai loh ini, bangun ya, bobonya pindah ke kamar"bisik Abian membujuk istrinya agar bangun, tapi sungguh Atifa terlihat sangatlah lelah, hingga sepertinya tak mau bangun.
Tak lama, Latif muncul disamping Ben, dia berniat memberitahu jika Aiden dan Amara sudah tidur di kamar yang sama, yaitu kamar Aiden. Tapi baru saja menyembulkan kepalanya untuk berucap, dia mengernyit saat melihat Atifa dipangkuan Abian.
"Bi. Ai ud...Loh Bi. Gue kira bini lo udah masuk sama Dian tadi"ucap Latif membuat Abian menggeleng.
"Boleh tolong gendongin Ifa kedalam gak?"tanya Abian dibalas anggukan oleh Latif.
Perlahan pria itu mendudukkan Atifa di bangku mobil dengan bantuan Abian, keduanya berhenti untuk bergerak saat tiba-tiba Atifa menggeliet dan kembali tertidur nyenyak dengan meletakkan kepalanya dibahu Latif.
"Maaf Bi"ucap Latif merasa tak enak saat dia sudah berhasil mengeluarkan Atifa dengan menggendongnya.
"No problem. Kan gue yang minta bantuan lo"jawab Abian dengan senyum manisnya.
"Kita masuk sekarang. Ben hati-hati"ucap Latif pada Ben yang mengeluarkan Abian dari mobil dengan pelan, Ben hanya mengangguk sebagai jawaban lalu mendorong kursi roda Abian masuk kedalam rumah.
Abian memandang punggung belakang Latif dengan tatapan muram, ada rasa cemburu dihatinya saat melihat sahabatnya sendiri yang menggendong istrinya, sementara dirinya duduk di kursi roda dan dorong.
Lalu Abian menggeleng mencoba menghilangkan fikiran buruk tentang sahabat dan istrinya. Mereka adalah dunianya, mana mungkin mereka tega melakukan hal seperti yang dia fikirkan tadi, padahal mereka sangat mencintainya.
'Lo gak boleh berfikir buruk Bi. Mereka gak akan melakukan hal kotor itu, mereka cinta sama lo. Buang pikiran buruk lo itu, buang!. Baru aja lo rayain 1 tahun pernikahan lo, tapi lo justru mikirin kaya gitu. Gak! lo, gak boleh pikirin kaya gitu, lo harus percaya sama mereka kalo mereka sangat mencintai lo lebih dari diri mereka sendiri' batin Abian dengan mengusap wajahnya pelan menghilangkan pikiran buruknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Duda My Husband [END]
RomanceCerita 21+ Bagi anak dibawah umur, skip aja jangan dibaca. Kalo tetep maksa gak papa dosa tanggung sendiri