Bab 33

15.5K 472 7
                                        

Assalamualaikum gais.

Maaf lama aku gak up cerita.
Mohon dimaklumi gaes, karna beberapa hari dirawat di RS jadi jarang pegang HP.

Untuk sekarang, alhamdulillah udah sehat lagi dan bisa buat cerita lagi untuk nemenin kalian.

Semangat terus buat kalian, dan jangan lupa jaga kesehatan ya biar gak sakit kaya aku😅.

Jenazah Wanda telah sampai dirumah Abian. Atifa sudah tau jika jenazah itu adalah jenazah Wanda yang sengaja Abian bawa kemari dan alasannya pula sudah Abian ceritakan semalam setelah bercerita dengan Ayahnya.

Jujur dia sedih atas meninggalnya Wanda dengan cara yang tragis seperti ini, hanya karna menyesal telah meninggalkan suaminya dan putranya. Dia tau, memang sebuah penyesalan akan datang diakhir, namun bukan dengan mengakhiri hidup sebagai jalan terakhir.

Abian berdiri disamping Atifa duduk dikarpet dimana jenazah Wanda baru saja diletakkan disana oleh Ben dan yang lainnya. Sempat Atifa membuka kain putih penutup wajah Wanda, dia langsung menutupnya kembali dengan cepat dan berlari ke kamar mandi dan mengeluarkan isi perutnya disana.

Bagaimana tidak. Wajah Wanda yang hampir tak terkenali karna ada beberapa luka sayatan diwajahnya dan kedua tangannya yang agak lebar. Namun satu kejanggalan yang membuat Abian curiga, yaitu luka cekikan di lehernya yang sudah tersamarkan. Bukan bekas tangan dileher Wanda, tapi seperti bekas tali dengan bentuk menyerupai ikat pinggang.

Sempat meminta pada tim forensik untuk menyelidiki kembali jenazah Wanda, dan Abian menemukan bukti baru dari penyelidikan itu. Jika Wanda meninggal bukan akibat kelebihan dosis dari obat yang dia konsumsi, melainkan ada yang sengaja membunuhnya.

Sekarang pihak kepolisian masih menyelidiki lebih lanjut dan mencari pelakunya. Namun Abian curiga pada seseorang yang memang sedari dulu Wanda kecil,dia begitu membencinya.

"Apa mungkin dia? Tapi apakah dia setega itu pada keponakannya sendiri? Jika benar iya dia pelakunya. Benar-benar keterlaluan" batin Abian lalu mengambil ponselnya mengirimkan pesan pada Latif untuk mencari tau tentang seseorang itu.

"Mas"panggil Atifa membuat Abian tersadar dari lamunannya lalu menoleh menatapnya.

"Iya sayang. Kenapa?"tanya Abian dengan muka cengonya menatap Atifa.

"Kita ke kamar yuk, aku takut lama-lama disini" ajak Atifa sedikit berbisik pada Abian yang mengangguk lalu membantu istrinya kembali ke kamar.

Sebelum itu. Abian meminta pada Ben dan beberapa anak buahnya untuk menjaga jenazah Wanda, dia hanya takut ada tangan-tangan nakal yang tiba-tiba datang dan mengambil sesuatu dari Wanda untuk kepentingan mereka sendiri.

Setelahnya, mereka masuk ke kamar lalu Abian mendudukkan istrinya diatas ranjang, tangannya mengambil bantal lalu menumpuknya tinggi dan meletakkannya dibalik punggung Atifa agar nyaman.

Dirinya pamit ke kamar mandi, untuk membersihkan dirinya. Hingga beberapa menit kemudian dia telah selesai dan keluar menggunakan pakaian santai.

Abian yang sedari tadi tak sadar dengan hadirnya Aiden, kini dia baru menyadarinya saat mendengar suara Aiden yang bertanya pada istrinya tentang jenazah di ruang tamu.

"Mami. Dilual itu tenapa? Tenapa ditutupi cemua badannya? Memangnya nda gelah Mami?"tanya Aiden pada Atifa yang tersenyum.

"Kenapa? Kok penasaran banget?"tanya Atifa dirinya ingin tau apakah ikatan ibu dan anak masih terjalin erat diantara Aiden dan Wanda.

"Aden tacihan liat dia Mami bobonya dilual, teluc Aden juga pengin nangic pac lihat mutanya"jawab Aiden dengan wajah polosnya, dia berkata jujur dan terbukti air matanya jatuh dipipi cubbynya.

My Duda My Husband [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang