Bab 41

12.6K 423 5
                                    

Pagi hari ini, Abian masih belum mau berbicara pada istrinya. Dia hanya mengajak putrinya yang tertidur mengobrol meski tak direspon dia tetap mengajaknya mengobrol.

Ya alasannya hanya karna tak ingin digantikan perbannya oleh suster atau siapapun, dia hanya mau istrinya seorang yang mengganti perbannya.

Flashback On

Abian yang tengah tertidur merasa terusik saat seseorang menepuk pelan pipinya, dia membuka matanya dan melihat Atifa berdiri disamping bankar dengan memegang tiang infusnya.

"Kenapa? Kok disini? Harusnya kan kamu istirahat juga bukan berdiri disini. Balik gih ke bankar kamu dan istirahat, aku..." ucapan Abian terhenti saat Atifa menyampaikan potongan buah apel dimulut suaminya itu. Sangat tak sopan memang, tapi Abian sangatlah berisik saat mengoceh maka dia akan terus mengoceh.

"Aku mau ganti perban kamu. Jadi diem oke"perintah Atifa yang hanya dibalas anggukan oleh Abian sambil mengunyah apel di mulutnya.

Tok.. Tok.. Tok...

Tak lama seorang suster masuk kedalam ruang rawat mereka, suster itu mengatakan jika dia diminta oleh dokter untuk mengganti perban Abian.

Abian yang mendengarnya segera menggeleng kuat dengan mulut mengunyah apel dia menolak keras ucapan suster lalu menarik Atifa ke pelukannya.

"Gak mau ya. Saya gak mau dipakaikan perban oleh anda, saya cuma mau sama istri saya, jadi anda silahkan pergi"usir Abian pada suster yang langsung berubah raut wajahnya, yang tadinya tersenyum senang, tapi kini cemberut.

"Tapi pak. Ini perintah dari dokter yang meminta saya langsung untuk menggantikan perban anda"kekeh suster tersebut tetap tak menyerah, dia memasang senyum semanis mungkin didepan Abian.

"Bilang saja pada doktermu itu, jika aku tak ingin digantikan perban oleh dirimu, aku cuma mau oleh istriku bukan kau"ucap Abian mulai kesal dengan suster didepannya itu yang langsung membuang muka karna mulai emosi dengan Abian yang mengusirnya.

"Mas.."panggil Atifa, dia mulai malas sendiri melihat tingkah suster yang ganjen pada suaminya.

"Diganti perban sama Bi Ijah aja yah. Kepala aku pusing banget, dan anda silahkan boleh keluar mba"lanjutnya dengan mengusir suster didepannya yang mendelik tak suka padanya.

"Apa? Kenapa natap saya kaya gitu? Gak suka karna saya usir?. Pergi gih, taro aja tuh peralatannya dimeja, biar bi Ijah yang ganti perbannya"ucapnya kembali lalu melepas pelukan Abian dan melangkah ke bankar nya.

"Sayangg... Kok pergi sih?" tanya Abian dengan merengek pada Atifa membuat suster tersebut kesal lalu membanting nampan berisi peralatan untuk mengganti perban dimeja, lalu dia keluar dari ruangan Abian dengan wajah kesalnya.

Atifa memanggil bi Ijah dan segera bi Ijah masuk menghampiri majikannya, Atifa meminta tolong padanya untuk membantu menggantikan perban Abian karna dirinya merasa pusing. Tentu bi Ijah dengan senang hati membantu Abian mengganti perbannya hingga benar-benar terpasang rapih dan aman.

Abian masih memasang wajah cemberutnya sedari pertama kali suster itu datang sampai bi Ijah selesai mengganti perban di lengannya. Sementara yang dia harapkan mengganti perbannya sudah tidur dengan nyenyak diatas bankar nya sambil memeluk Amara disampingnya.

Sengaja Atifa jika malam hari membawa Amara tidur dengannya, jika nanti anak itu terbangun karna merasa haus dia bisa dengan mudah langsung menyusui nya tanpa harus turun dari bankar.

"Ck. Bukannya gantiin perban, malah tidur sambil peluk Mara. Haisss... Aku juga pengin dipeluk sayang..." rengek Abian membuat Atifa tersenyum tipis dibalik tidurnya.

My Duda My Husband [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang