Bab 34

13K 439 0
                                    

Happy Reading gaes😘

Alhamdulillah, malam ini Abian dan Aiden sudah kembali akur dan dekat kembali seperti dulu setelah Atifa juga Abian menjelaskan padanya siang tadi setelah Aiden pulang dari rumah Ayumi.

Flashback On

Siang yang cukup panas ini membuat Aiden dan Ayumi memilih untuk main ditaman komplek untuk mencari angin katanya, sampainya disana mereka melakukan permainan dan berakhir saling kejar, keduanya berlarian kesana dan kemari mengelilingi taman.

Hingga pandangan Aiden jatuh pada seekor kucing kecil berwarna putih ditengah jalanan yang sepertinya mencari keberadaan sang induk, sepertinya kucing kecil itu dibuang oleh pemiliknya disana dan dipisahkan dengan induknya. Hati Aiden tiba-tiba sedih saat mengingat ucapan Papinya jika makan itu adalah makan ibu kandungnya.

Lalu, Atifa siapa? Kenapa dia yang jadi Maminya? Kenapa bukan wanita yang Papinya sebut Mami kandungnya? Kemana saja Maminya pergi? Apa Mami tidak sayang padanya? Apakah dia nakal sampai harus ditinggalkan? Apakah dia tidak pantas dijadikan anaknya sampai harus tak mengakui dirinya?. Banyak pertanyaan muncul dipikiran dan benak Aiden saat ini,

Usia hampir 5 tahun seperti Aiden dengan otak yang cukup cerdas, dia bisa memahami segala situasi dan keadaan yang telah terjadi, dia paham apa yang dimaksud oleh Mami dan Papinya, juga semua yang Papi dan Maminya ceritakan padanya. Namun hatinya masih belum siap menerimanya, itu saja.

"Ai.. Mau temana? Jangan dijalan Ai!!"teriak Ayumi yang kini berlari menghampiri Aiden yang sudah menggendong kucing kecil putih itu.

"Aden mau ambil tucing ini Ayu. Tacihan dia masih bayi"jawab Aiden turut berteriak lalu berjalan pelan kembali ke taman karna kucing kecil berwarna putih itu yang terus memberontak di gendongannya.

"Hai.. Tucing tecil, tenang cebental ote. Nda lama tok, cebental lagi----Ai... Awassss!!" ucap Aiden terpotong lalu berbalik saat suara teriakan Abian dari arah belakangnya lalu Ia segera mendekap Aiden erat dan keduanya berguling kearah taman menghindari mobil yang hampir menabrak putranya.

"Akhh.."ringis Abian saat dahinya membentur ujung bangku yang terbuat dari besi sementara sikunya dan lututnya tergores aspal.

"Papi!!"seru Aiden saat melihat Papinya meringis dan darah didahi Abian.

"Papi.. Papi nda papa tan? Papi.. Jawab Aden Papi"lanjut Aiden dengan menggoyangkan lengan kekar Abian.

Abian menoleh pada putranya lalu tersenyum manis sambil tangan kirinya mengusap pipi Aiden. Ia menggelengkan kepalanya pertanda jika dia baik-baik saja. Namun Aiden justru menangis melihat Papinya seperti itu.

Tak lama beberapa orang datang membantu Abian untuk membawanya pulang kerumah dengan Aiden juga Ayumi dibelakang mereka. Ayumi terus menenangkan Aiden yang masih menangis dengan menggendong kucing putih tadi.

Sampainya dirumah, Aiden masih terus menangis dalam pelukan Atifa, dia takut Papinya kenapa-napa sekarang yang tengah diperiksa oleh dokter pribadi.

Selesai diperiksa, Aiden langsung saja berlari dan naik keatas ranjang untuk memeluk Papinya itu, dia menjatuhkan dirinya diatas Abian lalu memeluk lehernya.

"Papi..Maafin Aden Papi. Ini calah Aiden, Aden udah buat Papi cakit taya gini. Aden calah Papi, maafin Aden"ucap Aiden dipelukan Abian yang menyunggingkan senyum, tangannya terulur mengusap punggung putranya lalu sebuah kecupan dia berikan dipucuk kepala Aiden.

"Papi gak apa-apa kok sayang, nih Papi juga baik-baik aja. Ai gak perlu merasa bersalah, karna Ai gak salah"jawab Abian dengan kembali mengecup pucuk kepala Aiden.

My Duda My Husband [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang