Bab 21

21.7K 567 6
                                    

Malam ini, Abian sibuk diruang kerjanya bersama Latif untuk mengerjakan beberapa berkas dan file yang Dian kirimkan pada laptopnya melalui Latif.

Latif yang menatap sahabat sekaligus atasannya seperti tak fokus saat ini, terlihat ada masalah yang tengah dia alami. Tak biasanya seorang Abian yang setiap saat berhadapan dengan berkas-berkasnya juga laptopnya yang biasa sangat fokus kini terlihat frustasi hingga mengacak rambutnya.

"Lo kenapa sih Bi, kaya gak fokus gitu? Ada masalah apa gimana sampai kaya orang frustasi tau gak?"tanya Latif sambil mengecek kembali berkas didepannya setelah melirik Abian sebentar.

"Wanda balik lagi"jawab Abian dingin namun matanya memancarkan sebuah kecemasan.

"Ngapain lagi tuh neneknya Tapasya pake balik? Mau buat masalah lagi?"tanya Latif dengan nada tak suka ketika mendengar nama Wanda.

"Mana gue tau. Dia tiba-tiba dateng dan meluk gue saat gue lagi sarapan bubur Ayam sama Tifa juga Ai di ujung kompleks"jawab Abian dengan wajah masa bodonya, namun hatinya bertanya sama dengan pertanyaan Latif.

"Ck. Kalo sampai tuh nenek Tapasya bikin masalah lagi, gue pukul kepalanya pake sendok pasir biar sekalian hilang ingatan dan gak ingat selamanya"sengut Latif wajahnya terlihat sangat kesal jika membahas Wanda.

Bagaimana tidak, sahabatnya dimanfaatkan hartanya, dikhianati dan diselingkuhi dengan mantan kekasihnya dan sekarang justru kembali dan tanpa tau malu pula main peluk suami orang didepan istri sahnya.

Abian hanya terkekeh mendengarnya dan melihat wajah Latif ingin sekali dia tertawa, Latif berekspresi begitu menggelikan dengan wajah ditekuk menatap berkas didepannya.

"Jangan pake sendok pasir dong, gak sekalian pake alat berat?"tanya Abian sengaja untuk menggoda Latif sembari tersenyum jahil.

"Boleh juga, biar kaya dihantu suzana itu loh yang balas dendam pake alat berat. Pinter juga ide lo, gue akan pake itu besok kalo dia beneran datang kemari atau ke kantor"jawab Latif menampilkan senyum smirknya lalu dia menggoyangkan kepalanya senang karna mendapat ide terbaik dari Abian.

Abian melebarkan kedua matanya saat mendengar jawaban Latif,  Ohh.. Shit!, ucapannya barusan dianggap serius oleh sahabatnya ini. Bagaimana sekarang? Apa dia harus mencegah Latif? Ah.. Pasti Latif hanya bercanda, pasti bercanda. Tapi bagaimana jika Latif sunggung melakukannya dan membawa alat berat jika Wanda datang? Astaga! Abian tak bisa membayangkannya jika iyu nyata terjadi.

"Lo.... Gak. Serius kan?"tanya Abian hati-hati, hatinya mulai was-was jangan sampai jawaban Latif 'Iya gue serius', jika itu jawaban Latif.  Matilah kau Abian!!.

"Kenapa? Lagian tuh nenek Tapasya bagusnya emang digituin, kalo enggak dia bakal nglunjak dan minta dibejek pake ulegannya bi Ijah yang udah ada sambelnya"jawab Latif dengan gampangnya tanpa beban sedikitpun.

"Astaga! Kalo dia lapor polisi gimana? Nanti lo pake seret-seret gue lagi karna gue yang kasih ide ke lo"ucap Abian kembali mengerjakan sebuah file dilaptopnya.

"Gak akan, udah lo tenang aja. Tuh nenek Tapasya gak akan berani laporin gue ke polisi,  karna ada Jogi thakur yang akan menentangnya"jawab Latif membuat Abian menaikkan sebelah alisnya bingung.

"Jogi thakur? Siapa?"tanya Abian bingung justru dibalas senyum tengil Latif.

"Siapa hayo?!!!...tebak aja sendiri.  Hahaha"tawa Latif membuat sebuah bulpoin melayang tepat mengenai dahinya dari Abian.

Tak..

"Sakit tolol"seru Latif dengan mengusap dahinya yang merah, sementara Abian hanya tersenyum mengejek.

"Mampus"jawab Abian lalu tertawa pelan.

"Jawab pertanyaan gue,  siapa Jogi thakur?"tanya Abian super penasaran membuat Latif menatapnya sebal.

My Duda My Husband [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang