Bab 30

16.7K 450 8
                                    

Setelah dari sekolah Aiden, Abian kembali ke kantor dengan membawa istrinya, sesuai keinginan istrinya tentunya. Sebenarnya Abian melarang namun saat Atifa mulai menangis karna keinginannya tak dituruti membuat Abian pasrah mengajak istrinya ke kantor.

Didalam hatinya berharap, jika kejadian lalu dimana Atifa yang hampir terjatuh dan berakhir dirumah sakit, tak akan terulang kembali oleh Atifa atau semua orang. Jujur hatinya kacau saat Atifa merintih sakit dan terbaring lemah diatas bankar, dia tak bisa membayangkan jika suami lain di posisinya saat itu.

"Sayang. Nanti kamu tetap diruangan aku ya, jangan keluar kemana-mana, atau kamu bisa tetap dikamar pribadi aku. Pokoknya jangan keluar, mas gak mau kejadian lalu keulang lagi" ucap Abian membuat Atifa tersenyum, dia paham perasaan suaminya.

"Iya mas. Aku gak akan kemana-mana kok, nanti kalo aku mau sesuatu aku akan minta sama Ridho" jawab Atifa dengan membawa nama sekertaris Abian yang baru.

"Pinter. Ouh iya, nanti mas ada meeting jam 9,berarti 1 jam lagi. Kamu gak apa-apa kan kalo sendiri diruangan mas? Atau nanti mas panggilin Dian aja buat nemenin kamu diruangan mas ya, biar gak bosen kamunya atau nanti..." ucapan Abian terpotong oleh Atifa yang tiba-tiba mengecup pipinya membuat sang empu mematung.

"Iya..mas..iya.. Nanti aku diruangan kamu aja ya, mau panggil Dian juga gak apa-apa, asalkan dia gak sibuk sama kerjaannya"potong Atifa membuat Abian tersenyum dan mengangguk.

Sampailah mereka di kantor Abian, mereka keluar dari mobil lalu bergandengan menuju kedalam. Semua pasang mata menatap kearah mereka, terutama para kaum hawa yang merasakan iri pada Atifa yang berhasil memikat sang sudah kaya, tampan dan sexy tentunya.

"Bu Tifa beruntung banget ya dapetin pak Abi yang udah jelas jadi idaman semua wanita, apalagi pak Abi kaya pangeran gitu gantengnya. Ihh.. Jadi ngiri aku"

"Alah, palingan juga dia itu pake pelet supaya pak Abi mau sama dia, secara dia kan jelek, tepos, mana mau pak Abi sama cewek modelan kaya dia kalo gak di pelet"

"Heh, gak boleh asal nuduh, belum tentu tuduhan kamu bener yang bisa-bisa jadi fitnah. Kena masalah sama pak Abi baru tau kamu"

"Biarin, yang penting bisa ngomong dan lihat langsung wajah pak Abi dari deket, terus aku akan goda pak Abi. Pastinya pak Abi gak akan nolak cewek kaya aku, yang sexy, bohay dan montok pokoknya, setelah itu aku akan jadi istri pemilik perusahaan ini dan wanita jelek itu akan aku buat dia jadi pelayan. Lihat aja, pasti akan terjadi nanti"

"Mimpi aja terus yang tinggi, biar nanti pas jatuh sakitnya sampai mau mati"

"Ihh.. Jahat kalian sama calon istrinya pak Abi"

"Kalo mau halu jangan disini bu, noh di rumah trus pantengin TV atau novel biar lebih kerasa halunya, mau sampai nangis, jungkir balik, ngakak selebar mungkin, mau banting apapun bebas karna itu punya anda sendiri, jangan disini, yang ada bikin kita susah nenangin nya dan yang lebih susah justru harus panggil dukun buat hentiin kegaluan kamu itu"

"Ish.. Lihat aja nanti, akan aku buktikan kalo pak Abi akan jadi milik aku, dan kalian akan aku pecat"

"Silahkan! Gak takut tuh"

Kita seperti itulah percakapan mereka setelah Abian dan Atifa masuk kedalam lift menuju lantai paling atas, ruangan pemimpin. Ucapan mereka memang tak didengar langsung oleh Abian ataupun Atifa, namun semua sudut dikantor itu memiliki telinga, bahkan sebuah meja yang menjadi tempat gosip mereka bisa mendengarnya. Dan semua ucapan mereka akan secara cepat sampai ditelinga Abian tanpa kurang dan tambah kata apapun.

****
Diruangan Abian, dengan santainya Atifa menselonjorkan kakinya diatas sofa, tubuhnya bersandar pada sandaran sofa dengan bantal yang mengganjal punggungnya. Tangan kanan memegang piring berisi pizza toping keju mozarella kesukaannya, sementara tangan kiri memegang cup berisi coklat full cream sebagai teman makannya.

My Duda My Husband [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang