Siangnya Atifa telah siap untuk pulang dan dijemput oleh Ranti juga Tegih bersama kedua anak lelaki mereka, sekalian pulang sekolah katanya.
"Pelan-pelan sayang"ucap Abian membantu Atifa masuk kedalam mobil miliknya dan dibangku belakang sudah ada orang tua Atifa dan adik-adiknya.
"Semuanya sudah siap?"tanya mang Afif yang menjadi supirnya.
"Siap mang"jawab Tirta paling heboh didalam mobil yang lain hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Tirta.
"Bismillah"gumam mang Afif yang selalu membaca basmalah terlebih dahalu sebelum mengerjakan apapun.
Perjalanan terasa begitu cepat karna suara ocehan Tirta yang disambut kekesalan oleh Dias membuat mereka didalam mobil bukan hanya geleng kepala tapi tertawa pelan saat Dias sudah benar-benar kesal sehingga membuat mereka berakhir gelud.
Sampainya didepan halaman rumah, mereka segera turun dari mobil, Abian menuntun Atifa memasuki rumah dan sampainya diruang tamu, mereka sudah disambut dengan suara teriakan Aiden yang memanggail Papi dan Maminya dan langsung saja anak itu berlari menghampiri Abian lalu melompat kedalam gendongan Papinya dengan tertawa bahagia karna Abian mengangkatnya tinggi dan memutarkan tubuhnya.
"Yeay.. Telbang"seru Aiden dengan tertawa saat dirinya berputar diudara ulah Papinya.
Mereka yang menyaksikan itu tersenyum haru termasuk Dias yang memang sulit tersenyum tapi jika dengan keluarganya dia bukan hanya tersenyum tapi tertawa begitu lebar.
"Mana tapal cama dadan Aden?"tanya Aiden setelah berhenti dari acara terbangnya dan kini dia dalam gendongan sang Papi lalu menyodorkan tangannya menagih janji Abian yang tersenyum lalu melangkah masuk kedalam mobil mengambil kantong kresek berwarna putih bertuliskan nama tokonya disana.
"Yeay.. Matacih Papi"sorak Aiden dan meminta turun dari gendongan sang Papi beralih berdiri didepan Atifa.
"Dede bayi. Cepet lahil ya, nanti bica main cama tata Aden, Tata tunggu dede bayi lahil tedunia telus tita main baleng. Cayang dede. Muach.. "ucap Aiden didepan perut buncit Atifa sembari mengusapnya pelan dan mengecupnya lembut.
"Mami"panggil Aiden meminta Atifa untuk mendekat lalu Aiden menarik kursi kecil yang tak jauh dari sana setelah meletakkan kantong kresek diatas meja.
Dia naik keatas kursi tersebut lalu kembali meminta Atifa dan kali ini juga Abian untuk mendekat padanya dengan posisi sedikit menunduk, setelah orang tuanya sudah ada didepannya, sebuah kecupan manis Abian dan Atifa rasakan dipipi mereka dari Aiden yang tersenyum menatap orang tuanya.
"Cayang Papi dan Mami. Lopyu"ucap Aiden lalu memeluk leher Papi dan Maminya yang sedikit menunduk dan kembali mengecup pipinya.
"Sayang Aiden juga. Love you more"jawab Abian dan Atifa bersamaan lalu mengecup pipi gembul putra mereka yang begitu manis dan menggemaskan.
"Aaa.. Manis banget sih kalian"ucap seseorang yang membuat mereka menoleh menatap asal suara tersebut.
Mereka melihat sosok Dian bersama dengan Latif disampingnya berdiri diambang pintu, wajah Dian begitu lucu saat ini menurut Latif apalagi mata berbinar Dian yang terlihat menggemaskan bagi Latif.
Latif memang kembali ke kantor dan selama satu jam disana Latif mendapat kabar jika Atifa sudah boleh pulang membuat Latif buru-buru kerumah Abian, namun ditengah jalan dia dicegah oleh Dian yang mengatakan ingin ikut Kerumah Abian.
Sebenarnya Latif senang-senang saja jika Dian bersamanya dan dengan alasan ini dia bisa berduaan dengan Dian. Ya bisa kalian tebak jika Latif menyimpan rasa pada Dian dan dia gengsi untuk mengatakannya karna dia harus mempertahankan sifat dinginkan didepan semua orang kecuali orang terdekatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Duda My Husband [END]
RomanceCerita 21+ Bagi anak dibawah umur, skip aja jangan dibaca. Kalo tetep maksa gak papa dosa tanggung sendiri