Bab 27

15K 494 6
                                    

Abian masuk kamar khusus miliknya yang memiliki fasilitas lumayan, disana ada ranjang, kamar mandi,bar mini, perpustakaan sedang dan kolam renang kecil namun cukup dalam diluar kamarnya.

Suara pecahan botol berkali-kali terdengar dengan nyaring didalam ruangan itu membuat bi Ijah yang ada diluar ruangan berjingit terkejut mendengarnya karna bi Ijah menempelkan telinganya dipintu.

"Aduh... Gimana inu yah? Apa panggil non Ifa yah? Tapikan non Ifa masih tidur, nanti bibi ganggu lagi"gumam bi Ijah lalu berlari menuju kamar Abian yang kini dilantai dasar.

Kini bi Ijah telah sampai didepan kamar Abian, saat akan mengetuknya dia kembali ragu karna takut mengganggu nonanya yang sedang beristirahat. Tiba-tiba pintu kamar terbuka memperlihatkan Atifa yang muncul dengan wajah bantalnya, bahkan matanya masih sayup-sayup terpejam.

"Bi Ijah ngapain disini? Ada apa?"tanya Atifa dengan suara lesunya karna dirinya masih mengantuk, dia bangun karna haus dan air minum dikamarnya telah habis membuatnya keluar dari kamar.

"Eh.. Itu non.. Den Abi.. Kamar ujung"ucap bi Ijah terbata-bata dengan wajah cemasnya membuat Atifa bingung.

"Mas Abi kenapa memangnya? Kok tumben ke kamar ujung?"tanya Atifa membuat bi Ijah bingung menjawabnya.

"Emm.. Tadi.. Tadi mantan istrinya den Abi dateng mau ngambil den kecil, tapi sama den Abi gak boleh. Mereka sempat bertengkar sebelum den Abi minta Ben bawa mantannya ke ruang bawah tanah"jawab bi Ijah menunduk takut jika Atifa akan marah padanya.

"Kenapa baru bilang bi. Ck"ucap Atifa dengan berdecak lalu pergi meninggalkan bi Ijah.

Atifa tak marah ataupun apa pada bi Ijah, dia hanya sedikit kesal karna bi Ijah tak mengatakannya sejak Abian bertengkar dengan mantan istrinya, kenapa tidak sejak tadi membangunkannya. Ah dia tau, pasti bi Ijah sungkan untuk membangunkannya atau justru takut dia marah saat dibangunkan, ck menyebalkan. Pikir Atifa.

Kini keduanya telah berdiri didepan pintu kamar khusus Abian lalu Atifa menatap bi Ijah yang mengangguk saat mendengar suara pecahan dan barang berat dibanting atau dihancurkan dari dalam sana.

"Bi. Bibi tunggu Aiden dikamarnya ya, jangan sampai Ai kesini atau cari mas Abi, dia gak boleh tau keadaan Papinya sekarang. Pokoknya bibi harus alihkan dia agar gak cari Papinya"perintah Atifa pada bi Ijah yang mengangguk lalu pergi dari sana.

Perlahan Atifa memegang hendle pintu dan membukanya dengan pelan,  dapat Atifa lihat saat pertama kali membukanya, pecahan kaca,keramik,barang-barang lainnya berserakan dilantai.

Atifa membuka pintu lebih lebar lagi dan dia terkejut daat melihat Abian terduduk bersandar ditepi ranjang, kepalanya dia telungkupkan dilipatan tangannya dan tangan kanannya meneteskan darah segar membasahi hingga membasahi lantai.

Langkah pelannya menghampiri Abian yang masih terisak dal duduknya, ada rasa sedih dihati Atifa melihat suaminya yang kacau saat ini apalagi menyangkut sang putra yang membuatnya lemah seperti sekarang.

"Mas"panggil Atifa dengan duduk perlahan disamping suaminya yang langsung menoleh mendengar suaranya.

Abian mendongak menatap Atifa disampingnya lalu dia langsung memeluk istrinya erat, namun tanpa menempelkan tangan kanannya yang berdarah pada punggung istrinya.

"Mas kenapa?"tanya Atifa seolah tak tau dengan apa yang telah terjadi pada suaminya.

"Mas jangan nangis. Ifa ikut sedih lihat mas kaya gini"bisik Atifa disela pelukan mereka.

Abian masih menangis dalam pelukan mereka, hanya menggelengkan kepalanya saja sebagai jawaban Atifa. Hatinya terlalu kecewa dan dia juga terlalu sakit untuk membayangkan Aiden harus pergi darinya dan memilih bersama Wanda.

My Duda My Husband [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang