22

784 69 5
                                    


Seokjin yang baru saja keluar dari dalam ruang kerjanya mengernyitkan dahi ketika menyadari suasana rumahnya yang terasa sepi padahal jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi.

Padahal biasanya ketika ia bangun, yoora pasti sudah berada di dapur untuk bereksperimen dengan kue-kuenya . Tapi pagi ini Seokjin tidak melihat keberadaan wanita itu di tempat biasa.

Dengan benak yang terus bertanya, Seokjin lantas berjalan menuju kamar untuk mengecek keberadaan Yoora. Namun niatnya terhenti ketika melihat salah satu pelayan baru saja keluar dari kamar. Pelayanan itu tampak terkejut sebelum akhirnya menunduk hormat padanya.

"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Seokjin dengan tatapan tajamnya, ia tidak suka ketika pelayan biasa yang masuk ke dalam kamar, karena selama ini yang bertugas membersihkan kamarnya hanyalah Mina.

"Maaf,tuan. Saya hanya bertugas membantu Nyonya Yoora."

"Membantu apa?" Seokjin melangkah mendekat, berdiri menjulang di hadapan pelayan itu dengan tatapan mengintimidasi "apa kau tidak mengetahui peraturan di sini?" Ucap Seokjin sedikit membentak, membuat pelayan tadi terkejut dan langsung memundurkan langkahnya takut.

"Ma-maaf, tuan"

"Pergi! Mulai hari ini kau dipecat!"

Pelayan itu seketika membelalak dan langsung memohon pada seokjin. "Jangan, tuan, saya mohon ja-"

"KELUAR!"

Mendengar bentakan Seokjin yang menggelegar, pelayan tadi langsung bergegas pergi dengan kepala tertunduk. Sementara Seokjin masih berusaha mengatur nafas sebelum memilih masuk ke dalam kamar.

Begitu masuk ke kamar, kedua mata Seokjin membelalak saat melihat Yoora terduduk di lantai dengan wajah pucatnya juga tetesan keringat bahkan sudah membasahi dahi wanita itu. Sontak saja Seokjin langsung mendekat untuk membantu Yoora berdiri.

"Apa yang terjadi?!" Tanya Seokjin panik. Ia pun segera menggendong Yoora dan membiarkan wanita itu di ranjang. Ketika ia hendak berbalik untuk memanggil Mina, Yoora menahan lengannya. "Apa lagi?"

"Jangan...pecat pelayan tadi." Ucap Yoora terbata-bata sambil menahan pusing yang membuatnya sedikit meringis "dia tidak salah, tadi aku yang memanggilnya."

Seokjin geram, sedikit kesal dengan Yoora masih sempat membicarakan pelayan tadi meski dengan keadaan tubuh yang lemah. "Pikirkan keadaanmu lebih dulu!"

Yoora menggeleng pelan, "Aku tidak apa-apa. Hanya sedikit pusing. Mungkin akan hilang setelah aku minum obat." Ucapnya lalu mencoba untuk bangun meski pusingnya semakin terasa.

"Jangan keras kepala, Yoora." Seokjin menahan bahu Yoora, menyuruh wanita itu untuk tetap berbaring. "Kau tidak boleh egois dengan memikirkan dirimu sendiri,ada nyawa lain yang bersamamu"

Kali ini Yoora tidak menjawab. Hanya berbaring miring sambil mengusap perutnya yang sudah agak mendingan. Sebab kemarin perutnya sempat keram ketika ia terlalu banyak menangis.

"Kau tunggu di sini, aku akan memanggil dokter." Setelah mendapat anggukan pelan dari Yoora, Seokjin lantas segera keluar kamar untuk menelpon Maria. Untungnya wanita itu sedang tidak terlalu sibuk dan akan datang dalam setengah jam.

Sambil menghela nafas panjang, Seokjin berniat kembali masuk kamar namun urung ketika matanya melihat pelayan tadi yang ia bentak. Ia lantas mengingat ucapan Yoora tadi dan menghampiri pelayan tadi dengan langkah pelan.

"Tuan." Pelayan itu mengangguk hormat. "Maaf, saya akan pergi setelah membereskan barang-barang saya."

"Tidak perlu, tetaplah bekerja di sini."ucap Seokjin dengan satu tangan tenggelam di saku dengan wajahnya tak berekspresi. "Satu hal yang perlu kau tahu, aku tidak suka orang lain masuk ke dalam kamar yang ada di rumah ini.untuk kali ini aku memakluminya karena keadaan Yoora yang sedang sakit." Ia kemudian berdehem pelan. "Dan maaf untuk ucapanku tadi."

FORCED MARRIAGE || KSJ [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang