Yoora terbangun dari tidurnya ketika seseorang menepuk bahunya pelan, ia lantas segera bangun dan menatap bingung pada sekitarnya. Ketika menyadari ia masih berada di rumah sakit, Yoora langsung menegakkan tubuh dan menatap jam yang sudah menunjukkan pukul sepuluh malam.
"Astaga!" Ia lun segera berdiri. "Aku harus pulang!"
"Aku antar " ucap Hoseok yang sejak tadi mengamati Yoora.
"Tidak usah, aku bisa naik taksi saja."
Lagi pula ia tidak mau membuat Seokjin kembali salah paham dan berujung pertengkaran seperti waktu itu.
"Ini sudah malam, Yoora. Dan kau sedang hamil."
Yoora tersenyum tipis untuk meyakinkan Hoseok jika ia akan baik-baik saja
"Tidak apa-apa. Lagi pula dulu aku sering pulang semalam ini saat masih bekerja di toko kue.
Hoseok lantas menghela nafas panjang lantaran tidak bisa melarang Yoora. Akhirnya ia pun hanya bisa mengalah.
"Baiklah, aku hanya akan mengantarmu sampai ke halte."
Dan Yoora mengizinkannya. Ia kemudian berpamitan pada Ayahnya yang masih tertidur sebelum berjalan keluar saat yakin jika Ayahnya baik-baik saja.
•••••
Memasuki mansion dengan langkah yang mengendap-ngendap, Yoora seketika terlonjak ketika lampu ruang yang tiba-tiba menyala. Dengan nafas tertahan, Yoora pun berbalik, menatap Seokjin yang berdiri di belakangnya dengan kedua tangan terlipat didada.
"Se-seokjin? Kau.... Belum tidur?"
"Dari mana saja kau?" Seokjin balik bertanya, mengabaikan pertanyaan yang dilempar oleh Yoora. Ia kemudian melangkah mendekat secara perlahan hingga sampai di hadapan Yoora yang hanya bisa menunduk. "Jawab aku,Kim Yoora." Ucap Seokjin dengan kedua tangan terkepal erat.
"M-maafkan aku, Seokjin. Aku tidak bermaksud untuk pulang semalam ini, tapi tadi—"
"Bisakah kau memberitahuku jika ingin pergi ke mana pun, Yoora? Tidak cukupkah kau membuatku kehilangan akal karena tidak bisa menemukanmu di manapun?" Ucap Seokjin pelan.
Ia kemudian menyandarkan dahinya di bahu Yoora, sambil mengatur nafasnya yang mendadak sesak sejak tadi.
Yoora sontak mematung dengan mata membelalak. Tadinya ia ingin langsung menjauh, tapi tidak jadi ia lakukan karena sepertinya Seokjin tengah dalam keadaan tidak baik-baik saja. Yoora jadi bertanya-tanya, benarkah Seokjin jadi seperti ini hanya karena ia pergi tadi?.
"Apa yang membuatmu pulang semalam ini, Yoora?" Tanya Seokjin lembut.
Ia bahkan menatap kedua mata Yoora secara bergantian, seakan ingin mencari sesuatu di dalamnya.
"Seharian ini aku berada di rumah sakit, karena —"
"Rumah sakit?!" Sela Seokjin. "Apa yang terjadi? Apa kau terluka?" Ia memegangi kedua bahu Yoora untuk memeriksa tubuh Yoora.
Yoora lantas tersenyum tipis, lalu menggeleng pelan.
"Aku baik-baik saja, sama sekali tidak terluka."
Seokjin kemudian menghela nafas panjang, merasa lega ketika tahu jika Yoora baik-baik saja .
"Lalu apa yang kau lakukan dirumah sakit?"
"Um... Aku menje—"
Lagi-lagi ucapan Yoora terpotong karena perutnya yang tiba-tiba saja berbunyi. Dengan wajah yang memerah malu, Yoora menatap Seokjin yang kini tengah menahan tawanya. Pria itu kemudian berdehem sekali, lalu mengajak Yoora untuk duduk di ruang makan.
"Duduklah di situ, aku akan membuatkan makan malam untukmu."
Seokjin lantas membalik tubuh Yoora dan mendorongnya pelan menuju ruang makan. Setelah memastikan Yoora duduk dengan nyaman, Seokjin pun berjalan ke dapur dan mulai memasak sambil sesekali melirik Yoora.
TBC
Haaaaiiiiiiii...Selamat membaca semoga kalian suka
Jangan lupa vote dan commentnya 😊
JINLHA 💜
KAMU SEDANG MEMBACA
FORCED MARRIAGE || KSJ [On Going]
RomanceKejadian satu malam itu benar-benar menjadi sebuah mimpi buruk bagi Kim Seokjin, ia tidak menyangka jika wanita yang ia tiduri itu akan berakhir mengandung darah dagingnya, astaga! Seokjin bahkan tidak mengenal siapa wanita antah berantah itu, tapi...