45

621 61 2
                                    

Yoora baru saja selesai membersihkan toko kuenya ketika tiba-tiba lonceng pintu berbunyi. Ia lantas segera berbalik dan tersenyum ketika mendapati Seonjun yang baru saja masuk dengan tubuh yang sedikit basah karena gerimis.

"Hai,Ra."

Sapa nya sambil mengangkat barang bawaannya dikedua tangan. Pria itu kemudian mendekat, meletakkan barang bawaannya ke atas meja sebelum melepas Coat yang ia pakai dan menggantunya di senderan kursi.

"Udara sepertinya lebih dingin dari hari-hari sebelumnya. Dan hari ini aku membawakanmu sup hangat untuk sarapan. Kau pasti belum sarapan kan?" Ucapnya sambil mengeluarkan sup hangat dari dalam wadah lalu mulai menyusunnya di meja.

"Astaga, kau seharusnya tidak perlu repot-repot seperti ini, ditambah lagi diluar sedang hujan."

Yoora pun mendekat, duduk di kursi di hadapan Seonjun sembari menatap sup yang pria itu bawa.

Seonjun mengibaskan tangannya di depan wajah. "Tidak.perlu sungkan, Ra. Lagi pula ini permintaan ibuku. Dia sudah menganggapmu sebagai putrinya sendiri."

Yoora tersenyum haru, tidak menyangka jika akan ada orang sebaik Ny Eun, yang terus perhatian padanya, hal ini membuat Yoora sedikit sedih ketika mengingat ia sudah tidak memiliki siapapun disini.

Untungnya ada Seonjun dan ibunya yang mau membantu Yoora selama hampir tiga bulan ini. Jika saja Tidak ada mereka, Yoora pasti akan kesusahan membuka toko kuenya sendirian.

"Terima kasih, dan sampaikan juga terima kasihku untuk ibumu. Katakan jika aku menyukai supnya." Ucap Yoora sebelum menyendok sup yang dibawa Seonjun tadi. "Oh iya, dimana Sherin? Aku tidak melihatnya sejak semalam."
Tanya Yoora ditengah sarapannya. Ia kemudian menyuruh Seonjun untuk duduk di sampingnya karena pria itu terus saja berdiri sejak tadi.

"Dia bersama ibuku, setelah pulang bermain dia tiba-tiba demam."

Yoora langsung berhenti menyendok supnya dan memandang Seonjun dengan pandangan sedih.

"Ya Tuhan! Sekarang bagaimana keadaannya? Kau sudah membawanya ke dokter kan?"

Seonjun tersenyum tipis, merasa tersentuh melihat kepedulian Yoora pada putrinya. Bahkan reaksi Yoora begitu berbeda dengan reaksi ibu kandung putrinya yang sampai sekarang tidak pernah datang berkunjung.

"Tenanglah, Sherin sudah lebih baik setelah minum obat, dia pasti masih tidur saat ini."

"Tapi tetap saja kau harus membawanya ke dokter."

"Iya, pulang dari sini aku akan membawanya ke dokter."

"Kalau begitu aku ikut ya, sekaligus aku ingin menjenguk Sherin."

Seonjun mengernyit, tampak tidak suka dengan ide Yoora karena ia tahu Yoora sudah lelah menyiapkan kue-kue itu sejak kemarin.

"Lalu tokomu bagaimana? Kau tidak boleh menutupnya begitu saja. Bagaimana jika ada pembeli yang datang?"

"Tidak apa-apa, pembeli pasti akan mengerti." Ucap Yoora  lalu bergegas ke belakang dan mulai menyusun berbagai macam kue yang akan ia bawa untuk Sherin.

•••••

Sherin langsung tersenyum lebar ketika melihat Yoora yang berjalan mendekat sambil melambaikan tangannya. Anak itu memilih untuk bangun tanpa peduli jika tubuhnya masih sedikit lemas.

"Nana!" Panggilannya penuh semangat. Kedua tangannya pun terjulur ke depan, meminta Yoora untuk memeluknya.

Yoora mengabulkannya,ia memeluk erat Sherin dan mendudukkan anak itu dipangkuannya.

"Hallo, Sherin." Sapanya hangat.

Sherin mengerucutkan bibirnya lucu sambil meletakkan tangannya di kepala, seolah memberitahu jika kepalanya tengah pusing. Yoora yang melihat pun langsung mengusap kepala Sherin pelan sampai anak itu menyenderkan wajahnya di dada Yoora.

FORCED MARRIAGE || KSJ [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang