Menatap takjub pada pantulan cermin di hadapannya, Yoora masih belum terbiasa ketika melihat bayangan dirinya yang begitu cantik. Ia bahkan tidak percaya jika yang di hadapannya itu adalah dirinya sendiri. Berulang kali ia mengerjap-ngerjapkan mata untuk meyakinkan dirinya, sambil sesekali menyentuh ujung rambutnya yang dibuat sedikit bergelombang.
"Apa ada yang salah dengan riasannya, Nona?" Tanya salah satu perias tadi
"Eh? Tidak! Sama sekali tidak ada yang salah." Yoora tersenyum malu. "Aku hanya... Tidak menyangka jika aku akan secantik ini."
Perias itu pun tersenyum mendengar kepolosan Yoora. Padahal menurutnya, Yoora sudah cantik meski pun tanpa memakai riasan wajah. Tubuhnya yang mungil kadang membuatnya terlihat seperti anak kecil. Untuk itulah ia mendandani Yoora dengan kesan yang sedikit dewasa agar menyesuaikan dengan tema makan malam nanti.
Saat Yoora kembali melamun melihat pantulan dirinya, Mina yang sejak tadi tak terlihat pun masuk lalu menunduk hormat pada Yoora. "Sudah waktunya pergi, nyonya."
Yoora mengangguk pelan, mengambil tas tangan yang sudah di siapkan lalu segera berjalan keluar kamar dengan langkah pelan, bersama Mina di belakangnya.
"terima kasih,Mina." Ucap Yoora setelah sampai di samping mobil.
"Sudah menjadi tugas saya, Nyonya."
"Baiklah,kalau begitu aku pergi dulu" Yoora melambaikan tangannya sebelum memasuki mobil dan duduk dengan perasaan gugupnya.
•••••
Lama berkeliling kota menggunakan taksi untuk menjernihkan pikiran, Nara kemudian memilih berhenti sejenak untuk makan malam karena perutnya yang sudah meronta meminta diisi.
Dengan langkah pelan ia pun memasuki sebuah restoran. Tadinya Nara hendak menuju ke meja yang paling ujung, namun niatnya terhenti ketika matanya menangkap keberadaan Seokjin yang sudah lama sekali tidak ia temui.
Mungkin karena rasa rindu yang menggebu, Nara tanpa sadar sudah berjalan cepat menuju Seokjin dan berhenti di depan pria itu.
Sementara Seokjin yang tadinya tengah melamun, terkejut ketika melihat Nara di depannya. Ia pun segera berdiri, berniat untuk menyuruh Nara pergi sebelum Yoora datang.
"Nara?" Apa yang kau lakukan di sini?" Tapi yang terjadi justru Nara langsung memeluknya dengan erat.
"Seokjin aku sangat merindukanmu. Aku mohon jangan tinggalkan aku." Nara memohon. Ia mengeratkan pelukannya ketika Seokjin berusaha untuk melepaskan pelukan.
"Lepas, Nara."
"Aku mohon, Seokjin. Aku mencintaimu, jangan tinggalkan aku." Ucap Nara pelan.
"Jangan seperti ini, Nara . Hubungan kita-"
Ucapan Seokjin langsung terpotong ketika tubuh Nara yang tiba-tiba saja meluruh dan kemudian tidak sadarkan diri. Wajah wanita itu bahkan terlihat pucat.
"Hei, Nara bangun."
Seokjin menepuk-nepuk pelan pipi Nara, berharap wanita itu akan segera sadar. Tapi Nara sama sekali tidak bangun.
. Seokjin lantas menggeram pelan sebelum menggendong tubuh Nara dan membawa wanita itu keluar restoran. Ia bahkan mengabaikan beberapa pasang mata yang menatap kearahnya, termasuk keberadaan Yoora yang baru saja tiba.Yoora berniat menghampiri Seokjin, tapi pria itu justru melewatinya begitu saja dan pergi bersama kekasih pria itu.
Mendadak Yoora merasa canggung berdiri di depan restoran. Entah karena hormon kehamilan atau tidak, Yoora tiba-tiba merasa ingin menangis. Ia mengerjap-ngerjap pelan untuk menahan air matanya agar tidak tumpah.
KAMU SEDANG MEMBACA
FORCED MARRIAGE || KSJ [On Going]
RomanceKejadian satu malam itu benar-benar menjadi sebuah mimpi buruk bagi Kim Seokjin, ia tidak menyangka jika wanita yang ia tiduri itu akan berakhir mengandung darah dagingnya, astaga! Seokjin bahkan tidak mengenal siapa wanita antah berantah itu, tapi...