Yoora tadinya tengah berdiri di depan cermin untuk memperhatikan perutnya yang Sudah semakin membuncit di usia kandungan empat bulan. Tapi kegiatannya itu terpaksa ia hentikan ketika pintu kamar terbuka, Seokjin berdiri Disana dengan tangan bersedekap, memperhatikan Yoora dengan satu alis terangkat.
"Sedang apa?"
"Hanya bercermin." Tunjuk Yoora pada cermin di depannya sebelum melangkah pelan mendekati Seokjin.
"Ayo keluar, waktunya makan siang." Ajak Seokjin.
Pria itu memiringkan tubuhnya agar Yoora bisa lewat lebih dulu, sementara dirinya mengikuti wanita itu dari belakang.
Dengan telaten, Seokjin mulai mengambilkan makan siang untuk Yoora dan meletakkannya di depan wanita itu.
"Makanlah."
"Terima kasih." Ucap Yoora dengan senyum hangatnya."tapi lain kali kau tidak perlu mengambilkan makanan untukku, aku bisa sendiri, Jin." Karena jujur saja Yoora merasa sungkan jika harus diperlakukan seperti ini.
"Kenapa? Kau tidak suka?"
"Bukan tidak suka, hanya saja-"
Ucapan Yoora terhenti ketika ponsel milik Seokjin berbunyi. Refleks, Yoora menatap ponsel Seokjin dan terdiam ketika melihat nama Nara ada di sana. Ia pun memilih untuk tidak melanjutkan ucapannya tadi dan sibuk menyantap makan siangnya.
Sedangkan Seokjin langsung buru-buru memutus panggilan itu dan membalik layar ponselnya. Sial! Nara benar-benar tidak menyerah untuk menghubungi Seokjin meski Seokjin sudah menolak panggilan itu berulang kali.
Bahkan Minggu kemarin wanita itu nekat datang ke rumahnya, beruntung ada para penjaga yang dengan cepat mengusir Nara agar Yoora tidak melihat wanita itu. Tapi sepertinya hari ini Seokjin tidak bisa diam lagi, ia harus menemui Nara dan menjelaskan semuanya.
Seokjin kemudian mengangkat pandangannya. "Yoora, maaf aku harus pergi. Kau tidak masalahkan aku tinggal sebentar?"
"Tidak apa-apa. Kekasihmu pasti sudah menunggu. Pergilah."
"Yoora dengarkan aku-"
"Tidak apa-apa, Jin. Lagi pula ada Mina yang menemaniku, jadi kau tidak perlu khawatir. Ucap Yoora dengan senyumannya."pergilah."
Menatap kedua mata Yoora secara bergantian, Seokjin pun hanya bisa menghela nafas panjang sebelum memundurkan kursinya.
"Aku nanti tidak akan lama" ia mengusap pelan pucuk kepala Yoora pelan. ", segera hubungi aku jika terjadi sesuatu"
Yoora mengangguk. "Iya, kau juga hati-hati."
Seokjin tidak menjawab, hanya menatap yoora lama sebelum akhirnya berbalik pergi.
Sementara Yoora hanya diam menatap sarapannya yang baru ia makan beberapa sendok. Mendadak nafsu makannya menghilang. Tapi karena sadar ada nyawa lain yang bergantung padanya, Yoora terpaksa harus menghabiskan sarapannya.
•••••
Melangkah cepat menyusuri lorong apartemen Nara, seokjin sudah tidak bisa menahan kekesalannya lagi. Dengan nafas yang sedikit memburu, ia pun membuka On unit Nara dengan kencang dan melangkah masuk. Ia baru akan membuka mulut untuk memanggil Nara, tapi tidak jadi ia lakukan ketika sebuah tangan memeluknya dari belakang.
"Akhirnya kau datang, aku sangat merindukanmu.Jin" ucap Nara sambil menghirup aroma tubuh Seokjin yang sudah sangat ia rindukan lalu menyandarkan kepalanya di punggung lebar Seokjin.
Seokjin berusaha untuk berbalik, namun pelukan Nara begitu erat sehingga menyulitkannya. "Nara lepas."
"Tidak, kau pasti akan pergi lagi jika aku melepaskan pelukan."
KAMU SEDANG MEMBACA
FORCED MARRIAGE || KSJ [On Going]
Roman d'amourKejadian satu malam itu benar-benar menjadi sebuah mimpi buruk bagi Kim Seokjin, ia tidak menyangka jika wanita yang ia tiduri itu akan berakhir mengandung darah dagingnya, astaga! Seokjin bahkan tidak mengenal siapa wanita antah berantah itu, tapi...