Mobil yang dikendarai oleh Seokjin itu akhirnya berhenti juga setelah hampir 2 jam berkendara. Pria itu lantas menoleh pada Yoora yang masih menatap bingung sekitarnya lalu bergegas turun lebih dulu untuk membuka pintu mobil di samping Yoora.
"Ayo turun."
"Kita dimana?" Tanya Yoora sambil merapikan rambutnya yang sedikit berantakan karena tertiup angin.
"Kenapa tidak ada orang sama sekali?"
"Kau akan tahu nanti." Ucap Seokjin lalu merapikan Coat yang dipakai Yoora lalu mengulurkan tangannya pada wanita itu. "ayo"
Yoora terdiam sejenak, menatap tangan dan wajah Seokjin secara bergantian. Ia sedikit ragu untuk membalas uluran tangan Seokjin itu lantaran ia tidak ingin membuat hubungan Seokjin dan kekasihnya bertambah rumit.
Tapi ketika membayangkan betapa menyeramkan wajah Seokjin saat marah, Yoora akhirnya segera membalas uluran tangan Seokjin itu.
Senyum seketika mengembang dari bibir Seokjin, hanya saja pria itu berusaha menahannya lantaran tidak ingin terlihat konyol oleh Yoora. Ia lantas berdehem sekali sebelum mengajak Yoora untuk berjalan menuju pintu masuk. Dengan langkah yang pelan dan hati-hati, Seokjin beberapa kali menoleh pada Yoora demi menjaga langkah wanita itu agar baik-baik saja. Bahkan ketika melihat batu kerikil di depannya, Seokjin segera menyingkir nya lantaran takut bisa melukai Yoora.
Dan ketika akhirnya mereka sampai di tempat tujuan, Yoora benar-benar tidak bisa menyembunyikan kekagumannya pada kebun bunga lavender yang terbentang luas di depannya.
"Wah! Ini....indah sekali." Yoora bahkan sampai tidak ingin berkedip karena tidak ingin kehilangan keindahan yang ada di hadapannya itu.
"Kau menyukainya?"
Yoora mengangguk semangat." Aku sangat menyukainya! Ini tempat terindah yang pernah aku lihat."
"Baguslah jika kau suka." Ucap Seokjin santai, meski dalam hati ia sedikit bangga karena akhirnya Yoora bisa tersenyum secara itu.
"Bagiamana kau bisa tahu tempat seindah ini?" Tanya Yoora.
Karena ketika ia memasuki pintu gerbang tadi, Yoora sama sekali tidak berpikir akan menemukan kebun bunga seindah ini di balik pintu gerbang yang sedikit usang.
Raut wajah Seokjin seketika berubah, senyumnya yang tadi terpancar kini perlahan memudar.
" Taman bunga ini, milik keluargaku. Lebih tepatnya milik mendiang kakekku." Ucapnya lirih. "Kakek membuat kebun bunga ini sebagai hadiah untuk ulang tahun nenek. Tapi sayang, sebelum nenek sempat mengetahui tentang kebun ini, nenek sudah lebih dulu pergi."
Seokjin menarik nafas panjang lalu menghembuskannya secara perlahan ketika rasa sesak itu memenuhi dadanya. "Tidak lama setelah nenek meninggal.. kakek jatuh sakit dan akhirnya meninggal juga." Air mata Seokjin menetes perlahan ketika ia kembali mengingat bagaimana sakitnya saat kehilangan dua orang yang begitu ia sayangi secara bersamaan. "Aku...."
KAMU SEDANG MEMBACA
FORCED MARRIAGE || KSJ [On Going]
RomanceKejadian satu malam itu benar-benar menjadi sebuah mimpi buruk bagi Kim Seokjin, ia tidak menyangka jika wanita yang ia tiduri itu akan berakhir mengandung darah dagingnya, astaga! Seokjin bahkan tidak mengenal siapa wanita antah berantah itu, tapi...