24

794 61 1
                                    

Yoora baru akan turun dari ranjang ketika pintu kamar terbuka, Seokjin berdiri Disana dengan tangan bersedekap sambil menatap Yoora dan satu alis terangkat.

"Kau mau ke mana?" Tanya Seokjin sebelum melangkah perlahan.

"Kamar mandi." Jawab Yoora pelan.

"Kenapa tidak memanggilku?"

"Aku bisa ke kamar mandi sendiri, Jin."

Seokjin berdecih pelan, sedikit tidak suka mendengar Yoora yang terus saja menolak bantuannya. Padahalkan Seokjin melakukan itu karena khawatir dengan keadaan bayinya.

"Kau mengandung anakku. Dan aku tidak mau terjadi sesuatu padanya. Jadi kau tidak boleh protes."

Yoora tersenyum tipis sambil menggeleng pelan. Ia pasrah saja ketika Seokjin menuntunnya menuju kamar mandi.

"Sampai kapan kau akan memperlakukanku seperti orang sakit seperti ini m, Jin? Ini sudah hampir satu bulan." Bahkan Seokjin dengan berlebihan membelikan kusri roda untuknya agar ia tidak kelelahan berjalan.

"Sampai kandunganku benar-benar kuat, baru setelah itu aku akan mengizinkanmu beraktifitas."

"Tapi—" Yoora baru akan memprotes,tapi ketika melihat tatapan Seokjin padanya, ia segera menelan kembali ucapannya. "Baiklah."

"Tidak usah protes."

Yoora tidak lagi protes ketika mereka sampai di dalam kamar mandi. Ia lantas melepaskan genggaman tangan Seokjin dan membiarkan pria itu keluar sementara dirinya menuntaskan buang air kecilnya.

Setelah selesai, Yoora menekan flush dan keluar kamar mandi. Ia masih menemukan Seokjin berdiri didepan pintu, membuat Yoora tidak bisa menahan helaan nafasnya. Ya Tuhan!

Yoora benar-benar merasa bosan, ia ingin memasak kue, tapi Seokjin selalu mengawasinya dan melarangnya aktivitas yang berlebihan. Bahkan untuk menyiram tanaman bunga saja Seokjin juga melarang. Dan yang ia lakukan hampir sebulan ini hanya makan, tidur dan menonton.

"Ini sudah jam  makan siang. Kau ingin makan apa?" Tanya Seokjin sambil menuntun Yoora kembali ke ranjang dan mendudukkan wanita itu Disana.

"Terserah saja."

Seokjin seketika mengangkat pandangannya dari ponsel untuk menatap yoora dengan kening berkerut nya. "Kau marah?"

"Hah? Kenapa kau berpikir aku marah?"

Seokjin mengerdikkaj bahunya. "Dari ucapanmu, kau terlihat marah."

Yoora sontak terkekeh pelan. "Aku sama sekali tidak marah, aku hanya merasa sedikit bosan , Seokjin." Akhirnya yoora mengatakan kegundahan hatinya itu dengan harapan Seokjin akan mengizinkannya untuk sekedar memasak .

"Lalu kau ingin apa? Bergerak ke sana kemari disaat kandunganku masih lemah? Apa kau tidak berpikir hal buruk bisa saja terjadi nanti? Tidakkah kau bisa mengerti?!"

Sontak saja Yoora langsung terdiam dengan kedua mata yang berkaca-kaca ketika mendengar nada bicara Seokjin yang sedikit naik itu, padahal Yoora hanya ingin mengatakan yang sejujurnya.

Sementara Seokjin yang baru tersadar langsung menarik nafas panjang untuk meredam emosinya. Astaga!

Seokjin lantas berjongkok di depan Yoora, menggenggam pelan satu tangan wanita itu. "Maaf, aku tidak bermaksud untuk marah. Aku hanya khawatir, Yoora. Eomma terus menelponku untuk menjagamu dengan baik  dan hanya ini yang bisa aku lakukan."

FORCED MARRIAGE || KSJ [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang