Suara pintu yang terbuka lalu disusul oleh langkah kaki mendekat yang ia yakini adalah Seokjin. Membuat Yoora yang tadinya terjaga langsung memejamkan matanya.
Ia mengatur nafasnya agar terlihat seolah benar-benar tertidur dan berharap Seokjin akan segera pergi. Namun bukannya pergi, Seokjin justru duduk di pinggir ranjang dan berdiam di sana. Yoora tidak tahu apa yang dilakukan pria itu karena hanya helaan nafasnya saja yang terdengar."Aku tahu kau tidak tidur." Ucap Seokjin yang membuat Yoora malu dan membuka matanya perlahan.
Yoora lantas bergeser perlahan sebelum berganti posisi menjadi duduk menyandar di kepala ranjang. Ia tetap menunduk karena tidak berani menatap wajah Seokjin.
Setelah pernyataan pria itu beberapa hari yang lalu. Baru hari ini mereka bertemu lagi. Dan Yoora tidak tahu harus bersikap bagaimana mengenai hal kemarin.
"K-kenapa kau ada.... Disini?" Tanya Yoora terbata. Ia memainkan jemarinya sambil sesekali mengusap perut buncitnya. "Bukankah kau seharusnya di kantor?"
Kening Seokjin mengernyit dalam ketika mendengar pertanyaan Yoora itu, ia merasa tidak percaya dengan apa yang ia dengar barusan.
"Aku tidak pulang ke rumah selama hampir tiga hari untuk memberimu waktu sendiri, tapi yang kau tanya justru itu? Bukankah seharusnya kau bertanya apa yang aku lakukan sampai tidak pulang ke rumah?!"
"Maksudku bukan seperti itu." Yoora menghela nafas pelan, bingung harus berbicara apa pada Seokjin. Ia juga takut jika ucapannya akan memancing amarah Seokjin.
"Sekarang kau tidak akan berbicara apa pun padaku, Yoora?"
Memberanikan diri, Yoora pun perlahan mengangkat pandangannya."bicara apa?" Tanya Yoora pelan.
"Mengenai pernyataanku malam itu. Aku yakin kau pasti masih mengingatnya." Seokjin bergeser mendekat, menumpu kedua tangannya di atas ranjang. "Aku tertarik padamu."
Yoora membelalakkan matanya bersama nafasnya yang tertahan. Ia kemudian mengerjap-ngerjapkan matanya sebelum mengalihkan pandangannya ke arah lemari. "A-aku tidak mengerti apa maksudmu."
"Bagian mana yang tidak kau mengerti?"
"Kau sudah memilki kekasih, Seokjin. Tidak seharusnya kau tertarik padaku. Aku juga yakin...jika sebenarnya kau tidak benar-benar tertarik padaku. Kau hanya sedang bingung dengan... Perasaan mu sendiri."
Seokjin menggeram pelan sambil menyugar rambutnya kebelakang. "Aku sudah memutuskan hubunganku dengan Nara, aku sudah pernah mengatakannya Padamu kan?"
"Seharusnya itu tidak boleh terjadi, jin." Yoora menutup matanya dengan telapak tangan. "Kekasihmu pasti akan sedih jika kau meninggalkanya begitu saja. Dari awal, kehadiranku lah yang mengganggu hubungan kalian."
"Lalu kau ingin aku bagaimana?!" Seokjin mengehela nafas panjang, sedikit kesal dengan Yoora. Jujur saja , Seokjin benar-benar tidak menyukai fakta bahwa kehadiran Yoora membuatnya sedikit terganggu oleh perasaann asing yang baru pertama ia rasakan ini.
"Tidak ada yang perlu dilakukan, tetaplah bersikap seperti biasanya saja. Karena pada akhirnya kita tetap akan berpisah."
"Tidak bisakah kau percaya padaku sedikit saja, Yoora? Aku benar-benar sudah meninggalkan Nara." Seokjin melembutkan Nada suaranya. Berharap jika Yoora akan mempercayai ucapannya.
"Tidak bisa, Seokjin. Aku tidak bisa memaksa perasaanku begitu saja."
Bahkan sedikitpun Yoora tidak pernah membayangkan jika ia akan menyukai Seokjin. Perlakuan dan kata-kata menyakitkan yang diucapkan pria itu dulu, masih sangat membekas dihati Yoora, membuatnya tidak bisa mempercayai apa yang Seokjin Katakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
FORCED MARRIAGE || KSJ [On Going]
RomansaKejadian satu malam itu benar-benar menjadi sebuah mimpi buruk bagi Kim Seokjin, ia tidak menyangka jika wanita yang ia tiduri itu akan berakhir mengandung darah dagingnya, astaga! Seokjin bahkan tidak mengenal siapa wanita antah berantah itu, tapi...