37

677 61 5
                                    

Seokjin terbangun dari tidur ketika merasakan getaran pelan pada ponselnya, ia lantas mengusap pelan wajahnya sebelum melihat siapakah yang menelpon.

Keningnya mengernyit saat melihat nama Mina disana. Tidak biasanya wanita itu menelpon lebih dulu, biasanya Seokjin yang pertama menelpon untuk menanyakan keadaan Yoora.

Ini sudah hali kelima ia tidak pulang ke rumah untuk menyelesaikan masalah kantor, sekaligus untuk menghindari Yoora, jadi rasanya agak sedikit mengkhawatirkan ketika Mina yang menelpon lebih dulu, terlebih lagi di malam hari.

Ini mengingatkannya dengan kejadian dua hari yang lalu, dimana Yoora tidak mau makan dan hanya muntah-muntah seharian penuh. Sejujurnya Seokjin sudah hampir pulang waktu itu, tapi ternyata Mina mengabarinya jika yoora sudah baik-baik saja setelahnya.

Kembali menatap ponsel ditangannya, Seokjin pun segera menjawab panggilan itu lantaran tidak ingin membuat Mina menunggu terlalu lama.

"Ada apa, Mina?"

"Tuan, nyonya Yoora..."

Nada panik dari Mina itu membuat Seokjin tidak lagi mendengarkan lanjutan ucapan Mina dan langsung berlari keluar kantor. Beberapa karyawan tampak menatap heran padanya, tapi Seokjin memilih mengabaikan hal itu lantaran pikirannya kini hanya berputar pada keadaan Yoora.

Dengan kepanikan yang melanda, Seokjin mengemudikan mobilnya seperti orang gila, membuat beberapa pengemudi lain langsung mengumpat kesal pada seokjin. Tapi lagi-lagi Seokjin memilih mengabaikannya dan fokus menyetir agar bisa sampai dengan cepat.

•••••

Pintu kamar yang terbuka dengan kencang membuat Mina dan Yoora terlonjak kaget. Keduanya langsung menoleh, menemukan Seokjin yang mendekat dengan langkah lebar dan nafas yang memburu. Mengetahui Seokjin sudah pulang. Mina lantas pamit undur diri dan membiarkan pasangan itu menyelesaikan masalah yang ada diantara mereka.

Seokjin berdiri sejenak di samping ranjang sebelum akhirnya memilih duduk di pinggir ranjang. Rasa bersalahnya semakin bertambah ketika melihat wajah pucat Yoora, belum lagi tubuhnya yang terlihat semakin kurus. Ia berniat untuk mengusap wajah Yoora, tapi urung ia lakukan karena wanita itu sudah lebih dulu memalingkan wajahnya.

"Yoora...." Panggil Seokjin pelan.

Tapi itu sama sekali tidak membuat Yoora menoleh, wanita itu hanya menatap ke jendela sambil menahan tangis dan juga rasa nyeri pada perutnya.

Melihat reaksi Yoora, Seokjin hanya bisa menghela nafas panjang sambil menyelipkan helaian rambut dibalik  telinga agar ia bisa melihat wajah istrinya itu.

"Kau marah padaku, Ra?"

Tidak ada jawaban, bahkan yoora saka sekali tidak bergerak dari posisinya.

"Maaf karena sudah egois dengan memaksamu tetap berada dirumah. Aku .... Tidak ingin kau menemui pria itu lagi, Yoora. Aku tidak menyukainya." Ucap Seokjin pelan. Nada putus asa begitu terdengar dari suaranya. Hal itu juga yang membuat Yoora menoleh.

"Hoseok hanya temanku, jin. Kami sama sekali tidak memiliki hubungan apa pun." Jawab Yoora lemah

"Tetap saja aku tidak menyukai itu. Dengannya kau bisa bebas tertawa lepas, tapi kenapa denganku kau justru selalu terlihat takut? Apa aku semengerikan itu dimatamu?"

Yoora menghela nafas, mendadak kepalanya terasa pusing lantaran Seokjin yang terus berbicara tak masuk akal.

"Aku tidak mengerti, bukankah dulu kau sendiri yang mengatakan akan menceraikanku setelah bayi ini lahir dan menyuruhku untuk tidak terlalu berharap,tapi kenapa sekarang kau bersikap seperti ini?"

FORCED MARRIAGE || KSJ [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang