38

693 54 4
                                    

Bercak darah yang menempel pada lengan kemeja dan juga telapak tangannya itu membuat  Seokjin hanya bisa duduk diam di depan pintu ruang gawat darurat. pandangannya tampak kosong, memandang lurus pada lukisan abstrak yang ada di hadapannya.

Seokjin masih terus  berusaha mengusir pemikiran buruk yang sejak tadi muncul di kepala nya. Semuanya masih terekam jelas dipikirkan Seokjin ketika melihat Yoora tak sadarkan diri dengan banyak darah yang mengalir dikakinya.

Wajah wanita itu bahkan terlihat sangat pucat, membuat Seokjin sempat gemetar ketakutan untuk beberapa saat.

Sekarang Yoora masih berada di dalam sana sejak beberapa menit yang lalu. Entah kenapa Seokjin merasa jarum jam bergerak begitu lambat. Ia lantas menghela nafas kasar, bertepatan dengan pintu ruang gawat darurat yang terbuka, dan Dokter Choi keluar dari sana.

Seokjin pun segera berdiri mendekat. "Bagaimana keadaan istri saya,dok?" Tanya Seokjin dengan tatapan penuh kekhawatiran.

Ia sangat berharap keadaan Yoora dan bayi mereka baik-baik saja. Tapi sayangnya tatapan yang ditunjukkan oleh dokter Choi justru seperti menjelaskan sebaliknya.

" Saya mohon maaf karena harus memberitahu kabar buruk ini." Dokter Choi menghela nafas panjang, wajahnya terlihat merasa bersalah. "Kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi keadaan kandungannya sangat lemah dan kami tidak berhasil menyelamatkan kandungan istri Anda."

Ucap dokter Choi itu seperti petir yang menyambar bagi Seokjin, tubuhnya langsung mematung sambil menatap lurus pada ruang gawat darurat.

"Untuk keadaan istri anda, ia masih belum sadarkan diri karena pengaruh obat bius. Setelah ini kami akan segera memindahkannya ke ruang perawatan." Ucap dokter Choi lalu menepuk bahu Seokjin pelan, seakan memberi semangat pada seokjin.

Namun Seokjin mengabaikan hal itu memilih mengikuti para perawat yang tengah mendorong ranjang rumah sakit bersama yoora di atasnya.

•••••

Hal pertama yang Yoora lihat ketika membuka mata adalah langit-langit yang berwarna putih, bau obat-obatan yang sedikit menyengat, juga mesin penghangat ruangan yang ada di samping ranjangnya.

Kemudian ketika mengingat Ayahnya, Yoora langsung membelalakkan matanya. Ia berniat untuk turun dari ranjang, tapi rasa sakit diperutnya menghalangi pergerakannya. Yoora pun memegang perutnya dan menyadari ada sesuatu yang salah.

Apa lagi ketika ia mengingat kembali apa yang terjadi sebelum ia tidak sadarkan diri tadi. Benak Yoora mulai dilanda ketakutan.

"Ap-apa yang terjadi?" Tanya Yoora dengan Air mata yang perlahan menetes.

Sekali lagi ia memegang perutnya dan kali ini yakin jika perutnya sudah sedikit mengecil, Yoora bahkan tidak bisa merasakan pergerakan dari dalamnya. "I-ini tidak mungkin!"

Tangis Yoora semakin pecah, ia masih berharap jika ini hanyalah mimpi buruknya saja. Rasanya ia bisa gila jika kehilangan dua orang yang ia cintai secara bersamaan seperti ini.

"Sayang, kau pasti disana kan?" Tanya Yoora sambil mengusap perutnya pelan. "Kau tidak mungkin meninggalkan Mama sendiri kan?"

Sementara itu, Seokjin yang baru saja membuka pintu ruang perawatan, hanya bisa terdiam dengan jantung yang terasa diremas kencang. Melihat bagaimana Yoora menangis, benar-benar membuat Seokjin merasa bersalah.

Ia seharusnya tidak mengurung Yoora di rumah dan meninggalkannya begitu saja. Sayangnya itu hanya tinggal harapan Seokjin. Semuanya sudah terjadi dan tidak bisa diulang lagi. Sekarang adalah waktunya bagi Seokjin untuk memikirkan cara bagaimana memberitahu Yoora.

FORCED MARRIAGE || KSJ [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang