Berada di mobil untuk perjalanan pulang dengan sama-sama tidak bersuara membuat Seokjin sesekali melirik pada Yoora yang menatap lurus ke luar jendela, tatapan wanita itu terlihat tengah memikirkan sesuatu.
Seokjin tidak tahu apa yang ada dipikiran wanita itu, karena sejak pulang dari toko roti, Yoora jadi kembali diam, padahal sebelumnya wanita biru justru terlihat sangat senang saat mengobrol bersama Mi-young jika biasanya ia lebih suka diam ketika bersama yoora, kali ini Seokjin merasa sedikit terganggu dengan keheningan ini. Ditambah lagi dengan ekspresi sedih diwajah Yoora itu.
Seokjin berdecak pelan sebelum membelokkan mobilnya menuju restoran. Ia kemudian melepas sabuk pengamannya lalu keluar dari mobil, berjalan memutar dan membukakan pintu untuk Yoora, wanita itu tampak bingung menatap Seokjin yang berdiri di luar.
"Kenapa berhenti di sini?"
"Cepat turun."ucap Seokjin
Tanpa banyak bicara, Yoora menuruti ucapan Seokjin itu. Ia melangkah turun, mengikuti Seokjin yang berjalan di depannya. Ia menatap punggung tegap pria itu sambil sesekali mengusap perutnya. Entah karena hormon atau bukan, yoora tiba-tiba merasa sesak saat membayangkan jika setelah melahirkan ia mungkin tidak akan bertemu lagi dengan anaknya.
Perasaan sedih seketika menghantam Yoora kelak, membuatnya tidak bisa menahan isakannya. Ia lantas berhenti melangkah, menutupi wajah dengan kedua tangannya.
Seokjin yang terkejut dengan tangisan Yoora pun langsung mendekat dengan panik, ia menatap wanita itu dari atas ke bawah untuk memeriksa keadaannya.
"Ada apa kenapa kau menangis?" Tanya Seokjin sambil memegang kedua bahu Yoora.
Yoora menggeleng pelan, menolak untuk memberi tahu Seokjin, tapi justru rasa sakitnya semakin terasa sampai membuat tangisnya semakin kencang. Seokjin seketika kelabakan,ia lantas merangkul Yoora dan menarik kepala wanita itu agar bersandar didadanya sambil menepuk-nepuk pelan punggung Yoora.
Ketika mengetahui jika ada beberapa orang yang menatap kearahnya dan Yoora, Seokjin langsung memberikan tatapan tajamnya hingga membuat orang-orang langsung pergi.
Butuh beberapa menit sampai tangis yoora reda, dan selama itu Seokjin masih setia menepuk-nepuk pelan punggung wanita itu pelan.
Sementara Yoora langsung menjauh dengan perasaan canggungnya,ia pun menunduk menyembunyikan wajahnya agar Seokjin berhenti menatapnya.
"Ma-maaf."ucap Yoora pelan.
"Merasa lebih baik?" Tanya Seokjin tanpa menjawab ucapan yoora sebelumnya.
"Iya, terimakasih sudah... memelukku"
Seokjin mengerdikan bahunya pelan. "Tidak masalah."ia lantas mendekat satu langkah untuk mengamit tangan Yoora dan menggenggamnya. "Sekarang ayo kita makan, aku lapar."ucapnya sambil mengajak yoora memasuki restoran.
Sengaja Seokjin memilih meja yang berada di dekat jendela agar membuat Yoora bisa menatap danau buatan yang ada di samping mereka dan berharap pemandangan itu bisa menghilangkan kesedihan yang dirasakan Yoora. Ya walaupun ia tidak tahu apa yang membuat wanita itu bersedih.
"Kau ingin makan apa?" Tanya Seokjin yang menyadarkan yoora dari kekagumannya pada pemandangan di luar jendela.
"Tapi aku tidak lapar."
"Pesan apa pun yang ada dimenu, atau aku akan meninggalkanmu di sini."
Yoora langsung mencebik, ia mengambil menu yang diberikan oleh Seokjin lalu membukanya.saat melihat menu itu seketika Yoora dibuat bingung dengan semua tulisannya. Astaga, sedikit pun ia bahkan tidak mengerti apa yang tertulis Disana, akhirnya karena tidak ingin membuat Seokjin menunggu terlalu lama, yoora menunjuk salah satu menu dengan asal.

KAMU SEDANG MEMBACA
FORCED MARRIAGE || KSJ [On Going]
RomanceKejadian satu malam itu benar-benar menjadi sebuah mimpi buruk bagi Kim Seokjin, ia tidak menyangka jika wanita yang ia tiduri itu akan berakhir mengandung darah dagingnya, astaga! Seokjin bahkan tidak mengenal siapa wanita antah berantah itu, tapi...