41

2.1K 124 1
                                    

"Mata yang melihat dengan cinta tak akan melihat kekurangan pada istri, tak pula melihat kelebihan pada wanita lain."

Adzriel Razzandra Atallah

✧✧✧

Lelahnya perjalanan panjang—menuju desa tempat suaminya dilahirkan—terbayar saat melihat suasana desa tersebut yang masih sangat asri. Pepohonan nan rindang yang diterpa angin sejuk serta kicauan burung menyapa Almeera ketika ia memasuki kawasan desa.

Satu hal yang baru Almeera ketahui, ternyata suaminya yang alergi bunga sudah dipaksa beradaptasi terhadap bunga sejak di desa ini. Pasalnya, yang Almeera lihat sepanjang perjalanan banyak taman bunga yang menghiasi dan setiap halaman rumah warganya juga ditumbuhi beberapa jenis bunga, kecuali rumah Razzan, tak ada satupun bunga yang ditanam atau tumbuh di halamannya. Almeera mengerti itu karena Razzan alergi dengan bunga. Walaupun begitu rumah Razzan masih terlihat segar hanya dengan beberapa jenis tanaman hias tanpa bunga seperti kaktus dan janda bolong milik Ummi.

Ridwan langsung meregangkan tubuhnya yang terasa kaku setelah ia keluar dari mobil lalu ia menaruh bokongnya pada kursi rotan yang terdapat di teras.

Selanjutnya Aisyah dan Almeera juga keluar dari mobil, mengikuti Ridwan.

"Alhamdulillah, kita sampai," ucap Aisyah. Ikut duduk di sebelah Ridwan.

Almeera mengedarkan pandangannya, pertama kali menjajakan kaki di sini, ia sudah menyukai tempat ini.

"Kamu lihat ayunan di sana!" Ridwan menunjuk sebuah ayunan di samping rumah. "Nah di situ dulu suami kamu sering sekali main ayunan sambil berdiri. Abah sudah sering tegur jangan main ayunan sambil berdiri, takut jatuh, tapi suami kamu itu mana pernah dengerin Abah."

"Pernah satu kali waktu itu suami kamu keasikan main sampai hampir magrib. Sebelum Abah tegur anaknya sudah jatuh duluan."

Almeera terkekeh geli. Dari cerita Abah yang ia dengar, dapat Almeera simpulkan kalau ayunan yang masih tempak kokoh itu sudah ada sejak Razzan masih kecil.

"Mas Razzan dulu anak bandel ya, Abah?" tanyanya.

Sembari membawa koper-koper yang ia keluarkan dari bagasi mobil, sempat saja Razzan menjawab pertanyaan dari istrinya, "enggak, saya anak baik." Tidak dapat diterimanya kalau sampai ia dikatai anak bandel.

"Yaa begitulah. Kadang anak baik, kadang nggak mau denger kata orang tua."

Razzan ingin memprotes, tapi suara Ummi lebih dulu menginterupsinya.

"Nak, lebih baik sekarang ajak istri kamu buat istirahat di kamar!" perintah wanita paruh baya itu.

"Iya, Ummi."

"Ayo sayang!" Razzan meraih tangan Almeera untuk ia bawa masuk, tapi langkah mereka terhenti tatkala ada ibu-ibu yang singgah untuk menyapa.

"Assalamu'alaikum, Abah-Ummi. Baru datang?" sapa mereka.

"Wa'alaikumsalam, bu-ibu. Iya ini baru sampai," sahut Aisyah.

Almeera turut tersenyum pada ibu-ibu itu.

"Sama Razzan ya Ummi? Saya dengar Razzan sudah menikah?"

"Alhamdulillah, iya. Ini kenalkan menantu kesayangan saya." Aisyah menarik Almeera ke sampingnya. Wanita paruh baya itu tampak bersemangat mengenalkan menantunya kepada teman-temannya.

Almeera hanya tersenyum manis.

"Jadi ini menantunya, Ummi? Masya Allah cantik sekali menantunya, saya adem lihatnya," kata salah satu dari ibu-ibu itu.

Buket Bunga untuk Almeera (Versi Baru) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang