04

4.5K 310 12
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ



✧✧✧

Terburu-buru Almeera turun dari ojek, apalagi saat ponselnya kembali berdering. Almeera sudah yakin itu adalah panggilan dari Bundanya yang sedari tadi sudah menyuruhnya segera pulang.

Karena dia terlambat pulang, Bundanya itu terus-terusan mendesaknya untuk pulang dengan cara menelponinya. Almeera sudah menjawab telpon dari Bundanya, tetapi beberapa menit setelah telpon dimatikan, bundanya itu akan menelpon lagi.

Setelah membayar ojek, Almeera memilih tetap menjawab panggilan dari Bundanya itu.

“Assalamu’alaikum, ada apa lagi Bundaaaa?”

Wa’alaikumsalam, kapan nyampenya?” sembur sang Bunda.

“Astaghfirullah, Almeera sudah di depan pagar Bun.” Almeera melambaikan tangan kaku kepada Bundanya.

Ya udah cepat masuk!

Almeera mengusap dada, merasa harus sabar sebagai anak Bunda.

Dengan langkah pelan, Almeera ragu-ragu hendak menuju rumah melihat Bundanya berdiri di depan pintu dengan tangan yang menyilang di depan dada dan juga wajah yang hendak mengamuk seperti singa.

Almeera meringis. “Maaf Bunda,” ujarnya setelah sampai di depan Bundanya sembari mencium punggung tangan sang Bunda.

“Bagus ya kamu, anak gadis pulang jam segini?” Sarah atau Bundanya Almeera berujar membuat sang anak gadis menciut takut.

“Almeera minta maaf, Bun, tadi Almeera harus sholat ashar dulu di mesjid.”

“Kamu itu main sampai lupa waktu. Aturannya kamu tau waktu, bukan kaya gini, sholat aja sampai telat.”

“Maaf,” cicit Almeera. Hanya bisa mengucap maaf karena dia memang bersalah.

Sarah menghela napas pelan.

“Sudah sana masuk!” titah Sarah.

“Sudah bau asem, apa kata calon suami kamu kalau dia tau kamu kaya gini?” lanjut wanita itu.

“Calon suami apanya? Almeera belum mau nikah.”

“Siapa tau kan, jodoh kamu datang lusa.” Sarah berkata dengan senyuman yang Almeera tidak bisa mengerti maksudnya.

“Jodoh apanya, Bun?”

“Masuk-masuk!”

“Iya Bunda cantik.” Menyempatkan dirinya mengecup pipi Bundanya lalu Almeera menurut untuk segera masuk.

•••

Lepas sholat isya, Almeera yang baru hendak merebahkan dirinya di kasur terpaksa menuju pintu untuk membukakan pintu untuk seseorang yang mengetuk pintunya.

“Assalamu’alaikum, Almeera.”

“Wa’alaikumsalam,” jawab Almeera.

“Kenapa Bun?”

Ternyata yang mengetuk pintu adalah Sarah.

“Bunda sama Ayah mau ngomong.” Sarah tampak semangat saat menarik tangan Almeera, tanpa persetujuan.

“Pelan-pelan Bunda, astaghfirullah. Memangnya kenapa?”

“Udah diam aja! Bunda nggak sabar ngasih tau kamu.”

Buket Bunga untuk Almeera (Versi Baru) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang