16

3.8K 240 4
                                    

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Allahumma sholli ala Sayyidina Muhammad wa ala Ali Sayyidina Muhammad.


Perbanyak baca sholawat dulu!

✧✧✧

Matahari mulai menampakkan pesonanya di atas langit yang entah saat ini Razzan harus bimbang antara merasa malas atau tambah bersemangat, yaitu merasa malas karena teriknya menyebalkan atau tambah semangat untuk segera menyelesaikan pekerjaannya di halaman depan rumah.

Ya, saat ini laki-laki yang baru menjadi seorang suami itu sedang membersihkan halaman depan rumahnya karena sekitar area tersebut rumput-rumputan sudah semakin tinggi dan semak-semak juga mulai memenuhi. Sangat tidak enak dipandang apalagi letaknya di depan rumah.

Hari lalu Razzan hanya sanggup menyiapkan taman bunga di rumah kaca yang dia buat untuk istrinya di halaman belakang, hari setelahnya tidak sempat mengurus halaman depan karena sibuk menyiapkan acara pernikahan, hari ini Razzan baru bisa melakukan hal tersebut.

Razzan menghela napas saat sinar matahari menyapu wajahnya yang penuh keringat. Razzan saat ini sangat ingin segera menyelesaikan pekerjaan ini.

Beberapa saat kemudian seorang gadis bergamis warna dongker keluar dari rumah, menaruh nampan berisi sesuatu yang dia siapkan untuk Razzan di atas meja. Almeera menggelengkan kepala melihat Razzan membiarkan panas matahari menyengat wajah tampannya.

“Kak Razzan, assalamu’alaikum.” Almeera berjongkok di sebelah Razzan yang sedang mencabut rumput.

“Wa'alaikumsalam.” Senyum ditunjukkan Razzan pada Almeera.

Keringat yang membasahi kening Razzan, diseka oleh Almeera dengan lengan gamisnya. Maklum dia tidak membawa tisu, dia juga tidak keberatan gamisnya terkena keringat Razzan. Tak merasa jijik sama sekali.

“Istirahat dulu, aku bikinin cookies sama es coklat buat kamu.” Dia menyuruh Razzan untuk beristirahat, tetapi tangannya terulur ikut mencabuti rerumputan.

“Nanti kalau teduh dilanjutin lagi, aku bantuin,” kata Almeera.

“Hm, makasih sayang.”

Semalam setelah Razzan mengakui perasaannya pada Almeera, panggilan seorang suami pada istrinya itu berubah.

Laki-laki yang memanggil Almeera dengan sebutan sayang sebelumnya hanya Ayahnya, setelah mendengar ada laki-laki lain yang memanggilnya begitu, jelas saja Almeera dibuat malu.

Razzan ingin sekali mencubit pipi Almeera yang memerah, tapi karena tangannya kotor Razzan harus mengesampingkan niatnya.

Setelah mencuci tangannya yang kotor, Razzan menuju teras lalu duduk pada kursi yang tersedia di sana, diikuti Almeera duduk di sebelahnya.

Melihat keringat di kening Razzan dan merasakan teriknya matahari, Almeera mengambilkan es coklat yang sudah dia buat untuk Razzan.

“Minum dulu,” ujarnya.
Razzan menyambut es coklat yang diberikan Almeera, meminumnya hingga sisa setengah. Razzan benar-benar merasa kehausan, Almeera datang di waktu yang tepat.

“Jadi dari tadi bikin cookies?” Razzan memakan cookies buatan istrinya.

Almeera hanya mengangguk sebagai jawaban.

Membuat cookies hanya untuk mengisi kegiatannya hari ini. Pagi-pagi sekali tadi Razzan dan dirinya pergi untuk berbelanja kebutuhan rumah lalu sepulangnya, Razzan langsung melanjutkan kegiatan membersihkan halaman depan rumah, ia tidak memperbolehkan Almeera membantu karena katanya itu adalah pekerjaan laki-laki, jadi daripada Almeera hanya berdiam diri, dia menyibukkan diri membuat cookies.

“Gimana?” Almeera bertanya karena Razzan tak menunjukkan reaksi apa-apa saat memakan cookies buatannya, dia agak khawatir rasa cookies buatannya tidak enak karena dia juga baru belajar hari ini dari handphone.

“Enak?” Razzan mengangguk jujur.

“Kak Razzan suka?” Razzan tidak menjawab dan hanya menatap mata Almeera sejenak beserta senyuman.

“Suka. Hari ini dibikinin cookies. Lebih suka lagi kalau besok ku kiss, ya?” Senyumnya masih belum tenggelam saat tangannya terulur menyuapi satu cookies kepada Almeera.

Dengan kaku dan pipi yang kembali kemerahan, Almeera tetap menerima suapan dari Razzan. Membuat Razzan akhirnya mendaratkan tangannya di pipi sang istri, mencubitnya dengan gemas.

Mudah sekali memunculkan semburat merah di pipi istrinya dan tentunya hal itu justru juga membuat jantung Razzan berdetak dengan kecepatan di atas normal. Andai Almeera tak selalu menundukkan pandangannya, ia jelas dapat melihat telinga Razzan juga memerah.

•••

Setelah beristirahat sebentar, Razzan melanjutkan pekerjaannya membersihkan halaman. Kali ini dibantu oleh Almeera dengan sedikit paksaan agar Razzan memperolehkannya membantu. Sebab Almeera tak tega membiarkan Razzan membersihkan halaman yang cukup luas itu sendirian.

“Panas kan?” Helaan napas Almeera membuat Razzan menengok ke arahnya.

“Nggak pa-pa, biar cepat selesai kita kerjain sama-sama,” sahut Almeera. Keringat mengalir di pelipisnya, diusapnya dengan punggung tangan.

"Jadi suami istri itu kan harus saling melengkapi. Kaya sekarang ini, kak Razzan yang cabut rumputnya, aku yang beresin ke tong sampah." Almeera tersenyum turut membuat Razzan tersenyum juga.

“Tinggal sedikit, paling sebentar lagi selesai. Kamu istirahat aja, biar saya yang kerjakan sisanya.”

Almeera menggeleng saja.

Razzan tidak menjawab lagi, dia biarkan Almeera membantunya menyapu rerumputan yang sudah dia cabuti. Tinggal sedikit lagi, Razzan hanya perlu mencabut beberapa dahan tanaman yang sudah mati.

Laki-laki itu bergerak mencabut satu tanaman lumayan besar di sudut halaman, dia memang harus mencabutnya karena sudah mati. Dengan tenaga penuh Razzan mencoba mencabutnya karena akar tanaman yang sudah mati itu ternyata masih kuat.

Setelah beberapa menit Razzan memang berhasil mencabut tanaman yang mati itu, tapi karena dia menarik cukup kuat, keseimbangannya tak bisa ia tahan menyebabkan dirinya terjatuh cukup keras.

Melihat Razzan yang terjatuh cukup keras membuat Almeera segera menyusulnya.

Razzan meringis saat tangannya yang bertumpu di tanah--karena menahan tubuhnya-- terasa perih entah terkena apa. Lantas Almeera meraih tangan Razzan yang dia kibas-kibaskan.

“Ya Allah, kak Razzan luka.” Panik sudah gadis itu saat melihat telapak tangan Razzan terdapat luka sepanjang 2 cm, lukanya tidak terlalu dalam, tapi cukup banyak darah keluar dari luka tersebut.

Tanpa pikir panjang Almeera menyapukan gamisnya pada luka Razzan untuk menghapus darahnya. Almeera meniup-niup luka Razzan.

“Obatin dulu ayo.” Tanpa menunggu jawaban Razzan, Almeera menarik Razzan masuk ke dalam rumah. Almeera segera mengambil kotak P3K untuk mengobati luka suaminya.

Ingat bunyi kereta api?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ingat bunyi kereta api?

Gini.

Vote vote vote!!!

Buket Bunga untuk Almeera (Versi Baru) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang