بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
✧✧✧
Waktu subuh sudah berlalu sejak dua puluh menit lalu.
Setelah selesai melaksanakan sholat subuh, sekarang Razzan sedang berada di dapur untuk memasak. Tangan laki-laki itu sangat lihai saat mengaduk nasi goreng yang menjadi menu pilihannya untuk sarapan bersama Almeera nanti. Memang dia sudah terbiasa memasak dan memasak adalah salah satu kegiatan yang paling Razzan suka.
Ngomong-ngomong tentang Almeera, gadis itu masih lelap saat Razzan keluar dari kamar. Razzan tidak ingin membangunkan karena tak tega saat melihat wajah istrinya yang sangat nyaman dalam tidurnya. Lagi pula Almeera mendapat halangan untuk sholat, jadi Razzan tak membangunkan.
Masakan Razzan selesai, dia menyajikan dalam piring.
Setelah itu Razzan berniat kembali ke kamar untuk membangunkan Almeera karena saat ini jarum jam sudah menunjukkan pukul 6 pagi.
Razzan mengetuk pintu saat hendak masuk walaupun dia masuk tanpa menunggu pintu dibukakan lalu melangkah mendekati Almeera yang ternyata sedang duduk dengan wajah bantal habis bangun tidur, mata gadis itu sepertinya masih enggan terbuka. Razzan gemas melihat istrinya saat ini.
“Assalamu’alaikum,” salam Razzan dengan pelan.
“Wa’alaikumsalam.”
Razzan mendekatkan dirinya pada Almeera, tangannya terulur untuk merapikan anak rambut Almeera yang keluar dari hijabnya kemudian dikecupnya kening gadis yang adalah istrinya itu.
Sepertinya Razzan baru saja menemukan hobi baru yang akan sangat digemarinya, yaitu mengecup kening Almeera karena hal itu membuatnya senang apalagi saat melihat pipi Almeera berubah kemerahan.
“Bagaimana keadaan kamu? Masih sakit?”
Almeera menggeleng dengan wajah yang tertunduk malu karena perbuatan Razzan yang lancang menciumnya tanpa izin. Rasa kantuk Almeera seketika hilang saat sesuatu yang hangat itu mendarat di keningnya.
“Alhamdulillah.”
“Ayo makan, saya sudah masak buat kita.” Razzan mengajak Almeera lalu Almeera mengangguk menerima ajakan dari Razzan.
•••
Suasana di meja makan hanya diisi hening oleh Razzan dan Almeera sampai akhirnya Almeera lebih dulu menghentikan keheningan antara mereka.
“Kenapa yang masak kak Razzan? Harusnya kak Razzan bangunin aku karena kan memasak itu kewajiban aku sebagai istri kamu,” ujarnya.
Razzan berhenti menyendok nasi goreng di piringnya, menoleh pada Almeera yang berbicara padanya.
Razzan melepas sendok yang dia pegang beralih mengusap kepala Almeera yang duduk di sampingnya. Senyum ditampilkannya pada Almeera.
“Almeera,” sebut Razzan lembut.
“Seorang istri tidak memiliki kewajiban untuk memasak atau membereskan rumah karena kewajiban istri yang shalehah adalah taat kepada Allah dengan cara mentaati suaminya dalam hal kebaikan.”
“Namun, apabila kamu ikhlas saat memasak untuk saya dan anak-anak kita nanti, maka perbuatan kamu bernilai ibadah yang sangat mulia di hadapan Allah dan ganjarannya adalah pahala bagi kamu.”
“Terus kalau kewajiban suami?”
“Kewajiban suami itu ada banyak, contohnya menafkahi, menjaga dan mengasihi.” Razzan mengarahkan sesuap nasi goreng pada Almeera yang ditanggapi bingung oleh gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Buket Bunga untuk Almeera (Versi Baru)
EspiritualBukan tanpa alasan Allah Yang Maha Pengasih mempertemukan kamu dengan seseorang yang membuat kamu tertarik padanya. Bisa jadi pada awalnya kamu dan dia memang sudah ditakdirkan Allah untuk bertemu, atau bisa jadi kamu atau dia pernah saling meminta...