36

2.2K 125 1
                                    

Tak banyak yang bisa Razzan lakukan karena istrinya tidak ada di rumah. Razzan jenuh, saking jenuhnya yang Razzan lakukan adalah menyusun beberapa telur ayam ke dalam kulkas.

Saat tangan-tangannya sibuk menata telur, Razzan merasakan sesak beberapa saat pada dadanya menyebabkan telur yang digenggamnya terlepas hingga jatuh mengenaskan di lantai.

Tak berhenti sampai situ, dadanya tiba-tiba berdegup dengan sangat cepat. Pikirannya berkelana jauh, ia panik tanpa tahu sebabnya. Razzan tidak ingin mengakuinya, tapi kali ini pikiran yang tertuju pada istrinya, begitu membuatnya takut.

"Astaghfirullahalazim, Ya Allah."

Dengan cepat Razzan merogoh handphone di sakunya, mencoba menghubungi istrinya.

Pikirannya bertambah kalut dan cemas saat telpon Almeera tidak aktif walau Razzan mencoba berkali-kali.

"Sayang, semoga semuanya baik-baik saja."

Tiba-tiba saja Razzan tersentak kaget saat mendengar seseorang menggedor pintunya dengan sangat keras diiringi suara nyaring Gaffi yang memanggil namanya.

"Assalamu'alaikum, pak Razzan! Pak bos! RAZZAN!!!!" Tidak peduli tetangga Razzan akan mengamuk atau memukulinya, Gaffi terus berteriak hingga akhirnya Razzan datang membuka pintu dengan wajah begitu panik.

"Wa'alaikumsalam, ada apa Gaffi?"

Gaffi merasa mulutnya kelu, ia merasa tidak sanggup menyampaikan kabar yang akan sangat buruk bagi Razzan.

"Gaffi cepat katakan ada apa!?" desak Razzan mencengkram bahu Gaffi.

"GAFFI!" Keterdiaman Gaffi membuatnya hampir hilang kesabaran.

"Istri lo, Raz. Istri lo ... kecelakaan."

Razzan tidak menampik dan tidak juga menganggap perkataan Gaffi sebuah kebohongan.

Cengkraman tangan Razzan di bahu Gaffi pun melemah, ia seakan kehabisan sisa tenaganya mendengar kabar dari Gaffi.

Namun, Razzan berusaha bangkit. Ia menyeret kakinya terburu-buru menuju mobil, tetapi Gaffi lebih dulu menghadang Razzan yang hendak membuka pintu mobil.

"Biar gue yang bawa." Gaffi membujuk dengan pelan, tetapi Razzan menjawab dengan suara tinggi.

"MINGGIR GAF!" ujarnya mendorong tubuh Gaffi menyingkir.

"Saya bilang menyingkir, Gaffi!" titah Razzan sekali lagi. Gaffi sama sekali tidak mendengarkan, ia bersikeras mencegat Razzan. Membuat Razzan mencengkram kerah Gaffi.

Namun Gaffi masih tidak ingin mengalah, ia balas mencengkram kerah Razzan.

"Saya harus menemui istri saya, dia membutuhkan saya. Jadi tolong kamu jangan menghalangi saya!" Razzan melemah, begitu juga dengan Gaffi.

"Gue tau, dia pasti butuhin lo, karena itu lo harus ke sana dengan selamat. Lo nggak boleh nyetir dengan keadaan kaya gini, Raz."

Sejenak saja Gaffi melupakan bahwa ia adalah bawahan Razzan karena ia datang atas dasar persahabatan. Satu hal pun, Gaffi tidak akan biarkan terjadi hal buruk lagi.

Buket Bunga untuk Almeera (Versi Baru) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang