33

2.2K 127 0
                                    

"Marjan boleh ya, kan sama kamu. Janji deh perginya nggak lama cuma jalan sebentar terus beli es krim setelah itu pulang. Boleh ya ya ya?"

Almeera masih saja membujuk Razzan agar mau menuruti ia yang ingin jalan-jalan keluar rumah.

Sungguh Almeera sudah merasa bosan karena beberapa hari ini Razzan sama sekali tidak memperbolehkan Almeera keluar rumah atau mengerjakan pekerjaan rumah. Jika sedikit saja Razzan melihatnya mengambil sapu, maka Razzan akan segera mengambil alih. Bahkan Razzan sampai memilih bekerja dari rumah untuk menemani dan menjaga Almeera.

Semua itu adalah bentuk rasa khawatir seorang suami pada istrinya yang sedang mengandung buah hati mereka. Apalagi dokter sudah memperingatkan Razzan untuk lebih menjaga istrinya lagi.

Karena Almeera sempat mengalami hal yang buruk, Razzan tidak ingin hal seperti itu terulang kembali. Jadilah, Razzan seorang suami yang posesif sekarang ini Almeera tidak boleh ini, tidak boleh itu.

Namun, karena Almeera sudah sangat bosan di rumah, ia mencoba memohon pada Razzan agar mau membawanya jalan-jalan barang sebentar saja.

"Kamu mau es krim?" Almeera mengangguk-angguk semangat mengira Razzan akan menuruti kemauannya.

"Biar saya yang beli, kamu di rumah aja, ya?" Tak seperti yang Almeera pikiran kalau Razzan akan luluh, ternyata Razzan masih dengan pendiriannya kalau Almeera harus tetap di rumah.

Wajah perempuan hamil itu tertunduk, padam sudah senyumnya.

"Ya udah nggak usah beli es krim." Merajuk. Almeera tak memilih membuang muka atau menjauh dari Razzan, melainkan mendekat lalu duduk di pangkuan Razzan dan bersandar lemah di dada Razzan.

"Sayang?" Razzan elus punggung kecil istrinya.

"Ayo, jalan-jalan sebentar dan beli es krim lalu beli bunga juga buat kamu." Razzan mengalah, memilih menuruti kemauan Almeera.

"Serius boleh?" Almeera kembali tersenyum, Razzan mengangguk.

"Tapi nggak beli bunga, aku kan udah bilang sama kamu kalau nggak perlu beliin aku bunga setiap minggu lagi, mas."

"Hm, ya sudah." Razzan menurut saja karena ini bukan pertama kalinya Almeera melarangnya membelikan bunga.

Almeera selalu mengatakan kalau ia sudah cukup dengan taman bunga di rumah kaca yang dihadiahkan Razzan. Bukan karena dia tidak menghargai pemberian suaminya, hanya saja ia tak akan tega melihat Razzan yang selalu bersin-bersin saat memberikan buket bunga untuk Almeera.

"Kalau gitu ayo beli es krim." Razzan menahan pinggang Almeera yang hendak berdiri.

"Isi baterai dulu sayang. Gimana kalau kita nggak sampai di toko es krim karena baterainya habis?"

Almeera tertawa dengan apa yang Razzan katakan. Selanjutnya ia berikan sebuah kecupan hangat di pipi Razzan.

•••

"Suka?" tanya Razzan pada Almeera yang sudah menikmati es krim rasa vanila yang ia pesan.

Sesuai dengan permintaan Almeera, mereka sudah berada di toko es krim.

Kekhawatiran Razzan seakan lenyap setelah melihat binar mata istrinya lebih cerah.

Almeera mengangguk. "Marjan mau?" Lalu menawarkan es krimnya pada Razzan.

Buket Bunga untuk Almeera (Versi Baru) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang