06

4.2K 287 7
                                    

“Maaf kalau kakak sering bikin kamu jengkel atau sebel karena tingkah kakak yang cerewet sama kamu, tapi itu semua bentuk kepedulian kakak sama kamu. Kalau kamu belum bisa menjaga diri dengan baik, biar kakak yang jaga kamu.”

•Dari kakak untuk adik yang disayangi•

✧✧✧

“Kak Almeera!”

Almeera yang sedang duduk termenung di pojok halaman rumahnya menoleh saat mendengar suara adiknya yang memanggilnya dengan nyaring.

“Hm, ada apa Ayana?” sahut Almeera pada sangat adik yang ia sebutkan namanya adalah Ayana.

“Dari tadi dipanggil, tapi nggak nyahut.” Gadis bernama Ayana itu menghela napas.

“Kakak ngapain bengong di sini, entar kesambet setan hayoloh!,” sambungnya sambil berjalan ke arah Almeera.

“Cuma duduk aja.” Almeera menjawab dengan tidak berminat, raut wajahnya terlihat tidak peduli dengan kedatangan Ayana.

Ayana yang melihat raut wajah muram yang ditampilkan kakaknya, tak seperti biasanya yang ia lihat selalu menebar senyum, pagi ini bibir kakaknya itu hanya sebuah garis datar dan juga tentu tidak ada kecerewetan dari kakaknya itu.

Biasanya Ayana harus kewalahan meladeni sikap cerewet kakaknya, selalu ada yang dikomentari dari dirinya, tentang lipstiknya yang terlalu merah atau tentang caranya memakai jilbab, apapun itu akan selalu ada komentar dari kakak perempuannya.

Namun, kali ini dia melihat kakaknya yang berbeda dari biasa, bahkan untuk menoleh padanya saja terlihat tidak berminat apalagi untuk mengeluarkan komentar. Tentu Ayana sangat merasa heran dengan perubahan sikap Almeera.

“Kakak kenapa?” Jawaban dari Almeera hanya sebuah gelengan dan hela napas pelan.

Jilbab Ayana yang semula menutup dada, ia ikat ke lehernya untuk mendapat perhatian dari kakaknya, tapi gagal karena Almeera masih saja lebih memilih menatap bunga yang ia tanam sendiri.

Ayana menyerah, memilih duduk di samping kakaknya.

Setelah beberapa menit barulah Almeera membuka suara.

“Ay, mau nemenin kakak beli bunga nggak?”

Almeera baru ingat kalau bunga yang ia beli beberapa hari lalu untuk mengisi vas bunga di rumahnya sudah rusak dan dia belum sempat membeli bunga baru. Almeera pikir, daripada menghabiskan waktu di rumah dengan pikiran yang membuat kepalanya berdenyut, akan lebih baik dia pergi ke toko bunga. Setidaknya harum bunga bisa menenangkan pikirannya.

“Perasaan baru beli bunga deh.”

“Waktu itu bunganya rusak.”

“Ngapain beli-beli lagi, ini nih udah ada bunga banyak,” ujar Ayana, tangannya terarah menunjuk setiap deretan bunga yang tertata rapi di halaman rumah mereka. Bunga tersebut tentu saja hasil dari sang kakak yang amat menyukai bunga.

“Ini kan bunga di halaman, kakak beli bunga buat ngisi vas bunga di rumah, Ay.”

“Yang ini juga bisa dipetik terus di isi buat vasnya.”

Buket Bunga untuk Almeera (Versi Baru) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang