17

3.4K 213 5
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

✧✧✧

Kegiatan Razzan dan Almeera di halaman rumah diabaikan begitu saja setelah insiden kecil yang terjadi sebelumnya. Almeera dengan tegas mewanti-wanti Razzan agar tidak perlu melanjutkan pekerjaan tersebut. Bukan terkesan galak dipikirkan Razzan, malahan yang Razzan lihat Almeera sangat mengemaskan ketika dia melarang Razzan dengan bibirnya yang manyun.

Saat ini Razzan tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Dia hanya berdiam diri duduk di sofa sambil terus menggumamkan sholawat Jibril karena Almeera meninggalkannya sendirian untuk memasak di dapur.

Entah sampai mana sudah kegiatan memasak Almeera dan entah berapa banyak sholawat yang dibaca Razzan. Masih di tempatnya semula, Razzan tak beranjak kemana-mana.

Ketukan pintu yang pada akhirnya membuat Razzan menjauhkan pantatnya dari sofa, dia akhirnya beranjak untuk memeriksa siapakah yang datang ke rumahnya di jam segini.

“Assalamu’alaikum, nak.”

“Wa’alaikumsalam,” jawab Razzan pada Ridwan dan Aisyah yang mengetuk pintunya. Ternyata orang tua Razzan lah yang datang.

Razzan mencium punggung tangan orang tuanya satu-persatu kemudian mempersilahkan mereka masuk.

“Istri kamu mana?”

“Tadi masih di dapur, Ummi.”

“Kak Razzan mak—Ummi!” Almeera berlari kecil menghampiri Aisyah, langsung memeluk tubuh Aisyah dengan erat.

“Masya Allah, menantu Ummi.” Aisyah terkekeh, membalas pelukan Almeera tak kalah erat.

“Katanya kemarin mau ke sini, kenapa baru ke sini hari ini?” Pelukan pada Aisyah dilepaskan Almeera, beralih mencium punggung tangan Ridwan.

“Nggak ah, Ummi nggak pengen ganggu momennya pengantin baru.”

“A-almeera udah masak, kita makan dulu yuk.” Mengalihkan pembicaraan, Almeera menawarkan mertuanya untuk makan bersama karena tadi niatnya memang untuk mengajak Razzan makan saat masakannya sudah selesai, tapi dia tidak menyangka saat melihat kedatangan mertuanya.

•••

Setelah mereka makan bersama, semuanya berkumpul di ruang tamu yang menjadi lebih ramai dari sebelumnya karena kedatangan Ridwan dan Aisyah yang mengisi dengan canda tawa pasangan paruh baya itu.

“Jadi gimana momen pengantin barunya?” Pertanyaan tiba-tiba dari Aisyah membawa netra hazel Almeera mengarah kepada Razzan.

Raut wajah gelisah yang Almeera tunjukkan membuat Razzan tergerak menggenggam tangannya. Razzan tahu yang dipikirkan gadis itu, pasti tentang hak Razzan yang tak terpenuhi lantaran halangan Almeera yang datang di waktu tak tepat.

“Ummi nggak sabar banget dikasih cucu dari kalian,” kata Aisyah lagi saat tak ada yang menyahutinya.

“Sebenarnya, Ummi. Almeera sama kak Razzan b-belum.” Almeera tidak bisa melanjutkan ucapannya. Terasa genggaman tangan Razzan mengerat di tangannya.

“Belum apa sayang?”

“Almeera halangan Ummi, jadi kami belum melakukan itu.” Almeera berujar dengan jujur.

Tanggapan Aisyah membuat Almeera terdiam. Bukan marah atau kesal pada Almeera, Aisyah justru tersenyum pengertian.

“Ummi sih nggak masalah, tapi nggak tau Razzannya gimana.” Aisyah melontarkan gurauan. Membuat Almeera langsung mengalihkan tatapan pada Razzan.

Buket Bunga untuk Almeera (Versi Baru) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang