Malam ini Razzan pulang setelah sholat isya lebih awal dari biasanya karena hanya ada sedikit anak-anak yang ia ajari mengaji, juga karena dia tak tega meninggalkan istrinya yang sedang sakit sendirian terlalu lama.
Memasuki kamarnya, Razzan menghampiri Almeera yang sedang bersandar di ranjang.
"Sudah sholat isya?" Razzan mendudukkan dirinya di samping Almeera.
"Sudah."
"Alhamdulillah," ucap Razzan tak lupa selalu dengan kecupan singkat di kening Almeera. Hal yang menjadi kebiasaan Razzan setelah dia menikah.
"Kok mas Razzan pulang lebih awal? Anak-anak nggak ada yang diajarin ngaji?"
"Ada, cuma beberapa anak. Saya nggak tau kenapa mesjid sepi hari ini."
Wajah Razzan berubah ketika mengatakan bahwa hari ini mesjid sepi. Ada perasaan takut dan khawatir yang dirasakan Razzan, salah satunya karena takut para orang tua melarang anak mereka diajari mengaji oleh Razzan.
Almeera—yang menyadari perubahan raut wajah Razzan—berpikir tentang hal apa yang membuat suaminya berwajah masam. Dari hal yang dikatakan Razzan, tebakan Almeera adalah karena anak-anak yang tak datang untuk belajar mengaji hari ini.
"Mas Razzan." Almeera meraih tangan Razzan. "Boleh kalau aku minta diajarin ngaji sama kamu?" Dengan ucapan Almeera begitu saja berhasil membuat senyum mengambang diwajah Razzan.
Razzan senang sekali, ia senang saat seseorang meminta sesuatu padanya yang mengarah pada kebaikan. Apalagi istrinya yang meminta hal itu. Ya, memang ini bukan pertama kali Razzan membimbing Almeera mengaji, tapi Razzan sangat bahagia setiap kali Almeera yang meminta.
"Masya Allah boleh sayang, saya senang sekali kamu meminta hal yang sangat baik."
"Bukannya memang begitu, seorang istri boleh meminta hal baik dan suami wajib mengajari dan mengarahkan kepada kebaikan?"
Razzan mengangguk. "Ya sudah, ayo wudhu dulu."
Setelah berwudhu. Razzan mengambil mushaf lalu menghampiri dan duduk di samping Almeera.
Almeera mulai membaca ayat Al-Quran dan Razzan mengajari dengan serius, memperbaiki saat masih ada bacaan Almeera yang kurang tepat.
"Sadaqallahul'adziim." Almeera mengakhiri bacaannya.
"Masya Allah Tabarakallah, pintar banget istrinya saya." Pujian Razzan tak sekedar membuat Almeera senang, tetapi ia memuji istrinya dengan tulus.
Almeera tersenyum. "Alhamdulillah, makasih Marjan. Suami aku yang paling hebat." ucapnya.
"Sudah larut, tidur sekarang ya!" Razzan beranjak meletakkan mushaf kembali ke tempatnya.
Almeera menggelengkan kepalanya menolak ajakan Razzan untuk tidur.
"Kenapa?"
"Satu permintaan lagi sebelum tidur."
"Apapun untuk istri shalehahnya saya. Mau apa hm?"
"Mau denger mas Razzan baca Ar-Rahman lagi, boleh?"
"Sini." Razzan membawa Almeera berbaring di rajang berdampingan dengannya.
Sembari mengusap kepala Almeera, Razzan mulai membacakan surah Ar-Rahman yang diminta oleh Almeera.
Bismillahirrahmanirrahim
Ar-Rahman
'Allamal qur'an
Khalaqal insaan
KAMU SEDANG MEMBACA
Buket Bunga untuk Almeera (Versi Baru)
DuchoweBukan tanpa alasan Allah Yang Maha Pengasih mempertemukan kamu dengan seseorang yang membuat kamu tertarik padanya. Bisa jadi pada awalnya kamu dan dia memang sudah ditakdirkan Allah untuk bertemu, atau bisa jadi kamu atau dia pernah saling meminta...