27

2.2K 131 2
                                    

Di perjalanan tadi memang sudah mendung lalu hujan mengguyur kota dengan amat deras saat Razzan dan Almeera masih belum sampai di rumah.

Hampir sampai di belokan komplek perumahannya, Razzan mulai merasa keanehan pada mobilnya. Benar saja dugaannya, mobilnya mati tiba-tiba.

"Kenapa mas?"

Razzan menggeleng, ia pun tidak tahu apa yang terjadi pada mobilnya.

"Nggak bisa lagi kayaknya," ujar Razzan mencoba menghidupkan mesin mobilnya, tapi tak kunjung berhasil.

"Terus gimana?"

"Nggak bisa pulang, tunggu hujan reda dulu."

Tidak ada payung, mau tak mau mereka harus menunggu hujan reda. Akan tetapi, sudah lebih dari dua jam mereka berdiam di mobil menunggu hujan reda untuk kembali ke rumah. Hujan masih sama lebatnya tak ada tanda-tanda akan berhenti. Sedangkan Almeera mulai merasa kedinginan walaupun jaket Razzan sudah dipakainya.

"Sayang sini!" Tak tega melihat istrinya kedinginan, Razzan meminta Almeera berpindah ke belakang bersamanya.

Razzan memeluk tubuh Almeera. Sesekali menggosok-gosok tangan Almeera, kadang ia juga meniup untuk mengurangi rasa dingin yang dirasakan Almeera.

"Makasih."

Razzan tersenyum.

"Mas Razzan kenal tantenya Gio ya?"

"Tantenya Gio, yang mana?"

"Yang tadi waktu kita mau pulang aku kan ketemu sama perempuan." Almeera berusaha mengingatkan.

"Oh iya. Saya nggak kenal," jawab Razzan tak berbohong. Dia memang pernah bertemu Syifa sekali, tapi dia sudah melupakan pertemuan itu.

"Terus kenapa tadi natap kamu? Mana natapnya kaya orang yang suka." Tatapan Syifa pada Razzan tadi memang terkesan seperti tatapan membenci, tapi Almeera masih bisa menyadari ada perasaan di mata Syifa saat menatap Razzan, walaupun sedikit.

"Mungkin karena saya ganteng," gurau Razzan yang justru membuat bibir Almeera melengkung ke bawah.

"Aku nggak suka ada perempuan yang natap milik aku tau nggak?" kata perempuan itu kesal sembari menirukan Razzan.

Razzan terkekeh geli, diusapnya kepala Almeera dengan gemas.

"Ya sudah, cukup kamu aja yang natap. Tatap mata saya." Almeera menatap Razzan dengan melotot lucu membuat tawa Razzan semakin pecah dan Almeera juga ikut tertawa.

"Marjan ih! Aku lagi cemburu nih malah dibercandain!"

"Maaf ya," ucap Razzan.

"Hm."

"Tapi Mas, aku kan nggak kenal sama tantenya Gio, ini pertemuan kedua setelah yang pertama waktu dia jemput Gio, tapi kenapa dia kaya nggak suka banget sama aku. Apa aku pernah buat salah sama dia? Padahal waktu ketemu aku selalu berusaha buat ramah dan selalu senyum. Kenapa ya dia nggak suka, apa karena senyum aku kaya orang ngajak berantem?" Almeera mengatakan semua kegelisahannya tentang Syifa.

"Coba kamu liat, senyum aku kaya orang yang mau ngajak berantem atau enggak?"

"Mana coba senyum."

Almeera melengkungkan bibirnya, tersenyum pada Razzan.

"Lebih lebar lagi coba!"

Razzan sudah berusaha menahan gemas, lucu sekali istrinya sangat penurut dan polos. Sampai akhirnya Razzan tidak bisa lagi menahan gemasnya sehingga ia mendaratkan kecupan di bibir Almeera yang tersenyum.

Almeera yang mendapat ciuman tiba-tiba dari Razzan membulatkan matanya, perempuan itu tertegun masih mencerna apa yang barusan ia dapatkan.

"M-mas ...." Almeera kehilangan kata-katanya.

"Manis," kata Razzan lalu mencubit pelan pipi Almeera yang sudah berubah kemerahan semakin menambah rasa gemas Razzan.

Almeera memilih menyembunyikan wajahnya yang memerah di dada Razzan, memeluk Razzan dengan erat.

Di luar hujan dan dingin sedangkan pasangan suami istri yang masih berada dalam mobil itu merasakan hangat yang mereka ciptakan sendiri.

•••

Malam semakin larut, tetapi hujan masih sangat deras. Sedangkan Almeera sudah tertidur dalam pelukan Razzan. Yang membuat Razzan tak tega adalah Almeera tertidur dengan tubuh yang menggigil.

Razzan usap-usap pipi istrinya.

Suara petir yang menyambar mengangetkan Almeera sampai-sampai ia terbangun.

"Mas ... aku takut," cicit Almeera. Tangannya menggenggam erat lengan Razzan.

"Aku mau pulang sekarang mas."

"Sabar ya, masih hujan saya nggak mau kamu kehujanan." Razzan tidak bisa membawa Almeera pulang sekarang, ia tak punya payung, taksi juga tak ada. Seandainya Razzan sendirian, ia tak akan keberatan kalau menerobos hujan, tapi sekarang ia sedang bersama istrinya, Razzan tidak mau Almeera sampai kenapa-napa.

"Di sini aku takut, kita pulang aja." Almeera memohon pada Razzan.

Sungguh Razzan tidak tega apalagi Almeera gemetar saat petir kembali menyambar yang membuat Almeera tersentak kaget.

"Astaghfirullahalazim," lirih Almeera ketakutan.

"Ayo pulang." Razzan luluh karena Almeera terus merengek meminta pulang. Dengan berat hati ia menuruti Almeera, pulang berjalan kaki menuju rumah mereka yang untungnya tidak terlalu jauh hanya melewati beberapa rumah setelah masuk ke komplek perumahan tersebut.

Namun, pulang dengan menerobos hujan tentu membuat Razzan khawatir dengan istrinya itu. Jaket Razzan yang sudah dipakai oleh Almeera, ia pasangkan tudungnya menutupi kepala Almeera.

"Bismillah, ayo."

Almeera menyambut tangan Razzan. Dari keluar mobil Razzan melindungi tubuh Almeera dengan tubuhnya. Keduanya nekat menerobos hujan.

•••

Hujan sudah cukup lama reda dan hanya meninggalkan udara dingin yang membuat Almeera menggigil karena masih merasakan dinginnya walaupun setelah sampai di rumah mereka tadi langsung mandi air hangat dan pakaian tebal dan dua selimut tebal sudah menggulung tubuhnya.

"Sayang." Razzan membawakan segelas susu hangat untuk Almeera.

"Makasih suami."

"Sama-sama."

Almeera menghabiskan segelas susu hangat pemberian Razzan.

"Hmm habis, enak banget jadi hangat. Ada bonus yang bikin tambah hangat nggak?"

Setelah meletakkan gelas bekas susu ke meja nakas, Razzan berbaring lalu menarik Almeera dalam pelukannya.

"Makasih buat bonusnya," ucap Almeera tulus sembari matanya menatap mata Razzan.

"Saya berterima kasih kepada Allah yang telah menganugerahkan istri berwajah indah serta meneduhkan seperti kamu, sungguh setiap kali saya menatap kamu, saya merasakan kedamaian."

Razzan mengulas senyum manis mengusap pipi istrinya dengan lembut.

Bab ini full uwu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bab ini full uwu.

Buket Bunga untuk Almeera (Versi Baru) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang