10

4.5K 281 5
                                    

"Yang saya inginkan di saat ijab qabul yang saya ikrarkan adalah kamu bukan hanya mendengarkan, melainkan kamu juga paham dengan maksud di dalamnya yang mana saya sedang mengikrarkan perjanjian suci bukan hanya dengan kamu, keluarga kamu, tetapi juga kepada Allah.
Saya ingin kamu memahami bagaimana saya saat pertama kali mengucap kalimat itu berarti saya akan menerima segala kebaikan yang ada di diri kamu dan juga saya siap menanggung segala kekurangan apa pun yang nanti ada di dalam diri kamu."

•Dari Pengagum Rahasia kepada Gadis Bunga yang sudah terikat dengan sebuah janji suci bersamanya•

✧✧✧

Pagi jum'at hari ini teramat cerah bagai menjelaskan bagaimana suasana hati orang-orang yang berada di sebuah mesjid yang cukup megah saat ini karena hari ini akan menjadi sejarah paling membahagiakan bagi sepasang insan Tuhan yang akan menyempurnakan agama mereka dan karena di mesjid itu akan dilaksanakan pengikraran janji suci antara dua keluarga dan juga kepada Tuhan mereka.

Di sudut mesjid yang sepi, seorang laki-laki dengan pakaian pengantin sibuk berdzikir bukannya menghafal kalimat yang akan dia ikrarkan nanti, Razzan justru memilih berdzikir untuk menenangkan hatinya yang saat ini berdebar tak karuan karena dia ingin hati yang tenang agar nanti mudah saat mengucap kalimat qabul.

"Razzan!" Razzan mendongak mendapati sang Abah yang memanggilnya.

"Iya Bah?" Memilih berdiri mendekat pada Abahnya.

"Abah cariin kamu dari tadi ternyata kamu di sini."

"Razzan di sini karena takut, Bah."

"Jangan berniat untuk kabur kamu ya?" cerca Ridwan, dia yang menjadi takut kalau sewaktu-waktu Razzan kabur dari pernikahan.

"Nggak akan," jawab Razzan cepat. Tidak mungkin laki-laki itu kabur dari pernikahannya di saat gadis yang dicintainyalah yang dia nikahi. Seberat apapun ketakutannya, Razzan pasti akan menghadapi, karena dia tidak akan mungkin melepaskan sesuatu yang sudah dia genggam.

"Tapi Bah, kalau Razzan salah mengucap ijab qabul gimana?" tanya Razzan. Dia sangat khawatir akan salah menyebut kalimat sakral itu di hadapan semua orang.

"Kalau salah diulang, tapi lebih baik kalau kamu bisa mengucap dengan lancar dalam sekali tarikan napas."

"Alhamdulillah, Razzan akan usahakan dalam sekali tarikan napas." Jauh dalam hati Razzan berdo'a agar lisannya dilancarkan.

"Ya sudah, itu kamu sudah ditunggu Ayahnya Almeera di sana."

Razzan mengiringi Abahnya menuju tempat dirinya akan mengikrarkan janji suci di hadapan Allah.

Di tengah-tengah mesjid, Razzan duduk di hadapan penghulu dan juga Ayahnya Almeera yang menjadi wali untuk Almeera.

"Nggak usah tegang gitu, Ayah nggak akan makan kamu kok." Sempat saja Akbar bercanda agar calon menantunya itu sedikit tenang. Akbar hendak tertawa saat melihat wajah kaku Razzan.

"I-iya Yah." Kaku Razzan menjawab.

"Saudara Razzan sudah siap?" Penghulu bertanya.

Sebentar Razzan menghela napas. "Bismillah, saya siap!" jawabnya tegas.

"Bismillah, bisa dimulai Pak," ujar Penghulu kepada Akbar.

Ketegangan semakin terasa saat Akbar menjabat tangan Razzan dengan kuat. Jantung Razzan memompa lebih cepat dari tadi.

"Bismillahirrahmanirrahim. Saya nikahkan dan kawinkan engkau ananda Adzriel Razzandra Atallah bin Ridwan Maulana dengan putri saya Almeera Azzahra dengan mahar berupa emas 15 gram dan hafalan surah Ar-Rahman, tunai."

Buket Bunga untuk Almeera (Versi Baru) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang