31

2.2K 119 0
                                    

Suara gaduh dari luar membuat tidur Almeera terganggu kemudian membuka mata. Almeera menyadari tidak ada Razzan di sampingnya, dia hanya melihat handphone Razzan yang berada di atas nakas. Pikirnya bertanya kemana suaminya? Padahal jam dinding menjunjukkan sudah pukul 1 malam lebih.

Almeera menghela napas mendengar suara di luar yang samar-samar memanggilnya. Dalam keadaan masih mengantuk Almeera berdiri, memilih turun dari kamar untuk melihat ada apa gerangan yang sedang terjadi.

Almeera sempat melirik ke dapur, tetapi ia tidak melihat Razzan di sana. Almeera mengira Razzan ada di luar, langsung saja Almeera membuka pintu untuk mengetahui apa yang terjadi di luar.

Ada tiga orang yang Almeera tidak kenali saat ia membukakan pintunya. Almeera sedikit kaget dan juga bertanya-tanya siapa orang itu dan kenapa mereka datang ke rumahnya ketika larut malam.

"Apa benar ini rumah saudara Adzriel Razzandra Atallah?" tanya salah seorang dari mereka yang datang ke rumah Almeera.

"I-iya, ada apa?"

"Apa anda keluarga dari Adzriel Razzandra Atallah?" tanya yang lain.

Almeera mengangguk lalu menjawab, "saya istrinya."

"Begini mba, kami datang kemari untuk mengabarkan kalau saudara Adzriel Razzandra Atallah mengalami kecelakaan dan sekarang beliau sudah dibawa ke rumah sakit."

Deg.

Apa Almeera tidak salah dengar ucapan orang tadi? Tidak mungkin, tidak mungkin rasanya suaminya mengalami kecelakaan karena baru saja Razzan berbaring di sampingnya dan memeluknya, baru saja mereka tidur dalam satu selimut yang sama. Tidak mungkin suaminya mengalami kecelakaan, Almeera sangat tidak percaya dengan kabar yang ia dengar.

"Nggak mungkin!" Almeera membantah.

"Suami saya tadi masih ada di samping saya waktu tidur."

Air mata mengalir begitu saja melewati pipi Almeera.

"Kami hanya ingin memberikan kabar ini yang mungkin tidak menyenangkan untuk anda tapi kami sama sekali tidak berbohong. Anda bisa mendatangi rumah sakit Permata, karena suami anda dibawa ke sana."

"Kalau begitu kami permisi," pamit orang-orang yang memberikan kabar kepada Almeera. Mereka pergi dari rumah Almeera setelah menyerahkan dompet dan cincin pernikahan milik Razzan.

Almeera menutup mulutnya dengan telapak tangan menahan dirinya untuk tidak menangis bersuara.

"Mas Razzan, nggak mungkin." Almeera menggeleng ia sungguh tidak percaya dengan kabar yang disampaikan oleh tiga orang itu. Walaupun ditangannya sudah ada bukti dompet serta cincin pernikahan yang dipakai oleh Razzan yang berlumuran darah.

"Mas Razzan," lirih Almeera memanggil nama suaminya dadanya begitu sesak sampai ia kesulitan bernapas.

Mimpi buruk membuat Almeera terbangun dari tidurnya. Entah kenapa dadanya begitu sesak walaupun sudah tahu tadi hanyalah mimpi buruk dan saat Almeera mengusap pipinya ada air mata yang membasahi.

Almeera menarik napas, menatap kasur di sampingnya tidak ada Razzan lalu Almeera melirik jam dinding tepat pukul 1 malam lebih, sama seperti dalam mimpinya.

Buket Bunga untuk Almeera (Versi Baru) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang