34

1.9K 116 0
                                    

Almeera fokus menjalani kehamilannya dan berusaha melupakan semua kejadian yang tak ingin ia ingat.

Sudah sejak beberapa hari yang lalu Ibu hamil itu ingin makan bubur kacang ijo, tapi sampai sekarang ia belum juga mendapatkan apa yang ia inginkan.

Sedangkan Razzan sedang sibuk-sibuknya bekerja setelah waktunya dia gunakan untuk menjaga Almeera, dengan sedikit paksakan akhirnya calon Ayah itu mau kembali ke kantor. Jadi Almeera tidak mau menyita waktu Razzan lagi hanya untuk memintanya membelikan bubur kacang ijo, walaupun Almeera yakin suaminya itu pasti akan senantiasa memenuhi keinginannya.

Di depan teras, Almeera duduk pada kursi yang berada di sana. Kakinya mengayun lambat, mengusap perutnya yang masih rata. Almeera menunggu Razzan pulang dari kantor.

"Ya Allah mau bubur kacang ijo," gumam Almeera.

Gerimis sudah datang sejak sore tadi hingga setelah waktu isya kini. Tak ada tanda-tanda akan berhenti. Almeera menatap sendu rintik air yang berjatuhan.

Selang beberapa menit Almeera duduk di sana.

Seorang penjual bubur kacang ijo lewat di depan rumah Almeera, dengan jas hujan yang melekat di tubuh penjual kacang ijo itu, dia mendorong gerobaknya.

"Burjooo, bubur kacang ijo," teriak si penjual.

Mata Almeera melebar, do'a nya didengar dan dikabulkan Allah begitu cepat. Almeera berteriak girang mengucap terima kasih untuk Allah dalam hatinya.

Perempuan itu berdiri, tangannya melambai dan berseru, "Pak tunggu! Saya mau beli." Suaranya yang memang sudah kecil teredam oleh suara rintik, dia masih berusaha memanggil dengan sedikit meninggikan suara sampai batas yang dia bisa.

Beruntunglah si penjual bubur kacang ijo itu menoleh pada Almeera, tersenyum lalu berhenti mendorong gerobaknya.

Almeera membuka payung, berjalan dengan hati-hati menghampiri penjual bubur kacang ijo.

"Pak bungkusin satu ya," ujarnya memesan.

"Siap mba."

Tidak lama kemudian penjual bubur kacang ijo itu menyerahkan bungkusan bubur kacang ijo yang Almeera pesan.

"Makasih ya pak, ini uangnya." Almeera menyerahkan uang untuk membayar.

"Kembaliannya buat Bapak aja," lanjutnya tersenyum simpul. Dia Sedikit berbagi kebaikan, karena Allah sudah banyak memberi kebaikan padanya.

Penjual bubur kacang ijo itu menatap Almeera seakan tak percaya.

"Yang bener mba?"

"Iya buat Bapak."

"Ya Allah terima kasih, terima kasih mba," ucapnya.

Almeera mengangguk saja.

"Pak ini gerimis kenapa nggak neduh dulu aja, di sini. Bapak bisa neduh di rumah saya." Almeera menawari karena tak tega melihat Bapak penjual bubur kacang ijo itu menggigil karena berkeliling mendorong gerobaknya di bawah guyuran rintik pada malam hari seperti sekarang.

"Bapak lanjut keliling aja mba. Tadi Bapak sudah neduh, tapi dilihat-lihat hujannya bakalan lama, jadi Bapak terusin aja jualannya." Jeda pada perkataan Bapak itu.

Buket Bunga untuk Almeera (Versi Baru) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang