09

3.8K 271 4
                                    

Seharian ini langit cerah menyapa Razzan yang memiliki suasana cerah juga di hatinya.

Di hari yang cerah ini yang dilakukan laki-laki yang alergi bunga itu adalah menanam berbagai macam bunga di rumah kaca yang baru selesai dia bangun.

Razzan menahan dirinya untuk menanam bunga sendiri karena dia tidak ingin taman yang dia buat ditata oleh orang lain karena yang Razzan menginginkan dirinya sendiri yang menata taman yang akan diberikan pada istrinya nanti.

Sudah lebih dari puluhan kali Razzan bersin karena menghirup serbuk bunga dari bunga yang dia tanam. Razzan sudah menghabiskan banyak tisu, mungkin kalau dihiperbolakan dia sudah menghabiskan ribuan lembar tisu untuk mengelap hidungnya yang berair. Pada akhirnya laki-laki itu memilih menggunakan masker 3 lapis.

Sudah menjelang sore, Razzan baru hampir selesai menanam berbagai jenis bunga dalam rumah kaca tersebut. Tak hanya bunga, Razzan juga menanam berbagai jenis tanaman hias, ada juga kaktus dan ia juga menanam buah salah satunya stroberi.

Ketika hampir waktu ashar. Akhirnya Razzan menyelesaikan kegiatannya menata rumah kaca tersebut.

Razzan memandangi sekeliling rumah kaca dengan puas melihat hasil kerja kerasnya dan menjadi tidak sabar melihat reaksi Almeera saat Razzan menunjukkan ini semua.

Di rasa semakin dekat waktu ashar, Razzan memilih membersihkan dirinya dalam rumah kemudian pergi ke mesjid untuk melaksanakan sholat ashar berjamaah. Razzan senang rumah barunya dekat dengan mesjid tak seperti rumahnya yang lama, kalau di sini dia bisa pergi ke mesjid dengan berjalan kaki.

Sepanjang perjalanan menuju mesjid, laki-laki itu akan menyapa orang yang berpapasan dengannya dengan ramah.

Tak perlu waktu lama karena memang jarak rumahnya dengan mesjid sangat dekat sekarang Razzan sudah sampai di mesjid.

“Assalamu’alaikum.” Seorang pria paruh baya memakai sorban yang disampirkan di bahunya, menyapa Razzan yang baru hendak naik ke pelataran mesjid.

“Wa’alaikumsalam,” jawab Razzan dengan senyum ramah.

“Orang baru di sini ya?” tanya pria itu. “Kenalkan saya Imam. Seperti nama saya, saya juga sering menjadi imam di mesjid ini.” Pria itu memperkenalkan diri tapi terdengar seperti sedang menyombongkan diri.

“Alhamdulillah iya, saya orang baru di sini. Nama saya Razzan, senang berkenalan dengan Pak Imam, yang menjadi imam di mesjid ini.” Razzan meladeni.

“Oh iya kenalkan. Ini anak saya, Syifa.” Imam mengenalkan perempuan yang dari tadi diam di belakangnya.

Razzan hanya melemparkan senyum singkat, tak suka setiap gadis itu terang-terangan menatapnya.

“Sepertinya sudah waktunya ashar,” ujar Razzan melirik jam tangannya.

“Mari masuk.” Imam mempersilahkan.

“Sebelumnya boleh saya pinta sesuatu?” Razzan kembali menoleh saat mendengar suara Pak Imam.

“Bisakah nak Razzan yang adzan?”

“Saya?” tanya Razzan bingung kenapa dirinya yang diminta untuk adzan.

“Iya.”

“Baiklah.” Setuju Razzan dengan permintaan Pak Imam.

Imam tersenyum. Sebenarnya itulah tujuannya menghampiri Razzan, adalah untuk meminta Razzan adzan. Kebiasaan Imam setiap kali ada orang baru di lingkungannya, Imam akan memintanya untuk adzan.

Akhirnya setelah selesai berwudhu, Razzan masuk ke dalam mesjid lalu melaksanakan permintaan imam di mesjid ini untuk adzan.

Razzan adzan dengan sangat merdu di pendengaran orang-orang yang mendengar. Membuat Pak Imam yang di sampingnya memperhatikan dengan tidak berkedip.

“Masya Allah, nak Razzan,” ucap Imam setelah Razzan selesai mengumandangkan panggilan kepada umat islam.

Setelah iqamat semua jamaah mesjid sholat bersama. Seperti kata pak Imam, ialah yang menjadi Imam di mesjid itu.

•••

Razzan sudah selesai melaksanakan sholat ashar. Dia berjalan keluar dari mesjid tetap menyapa orang-orang yang ditemuinya dengan ramah. Sesekali berkenalan pada bapak-bapak yang menyapanya.

Di bagian sisi kanannya, Razzan tidak menyadari ada para gadis yang memperhatikannya.

“Itu tuh, yang tadi diminta Abi buat adzan. Suaranya merdu banget kan? Kalian denger?” Tunjuk seorang gadis kepada Razzan.

“Denger lah Fa, kita kan di sebeleh lo.” Yang lain menyahut.

“Iya merdu banget, mana ganteng lagi tu cowo. Masya Allah banget ciptaan-Mu ya Allah,” ujar yang lainnya mengagumi rupa Razzan yang sedang mereka lihat dari jauh.

“Mending minta Abi lo buat mintain alamatnya deh Fa.” Salah satu dari mereka menyuruh.

“Ngapain harus Abi? Gue minta sendiri aja deh,” kata yang disuruh dengan sangat percaya diri.

“Gimana caranya?”

“Lo pada liatin ya!”

Gadis yang berniat mencari tahu alamat Razzan itu berlari menyusul Razzan yang berjalan belum jauh.

“Hai! Assalamu’alaikum,” ujarnya sampai di samping Razzan. Gadis itu sangat dekat dengan Razzan sehingga Razzan menyingkir menjauh darinya.

“Wa’alaikumsalam.” Razzan menjawab.

“Kamu masih ingat aku kan? Yang tadi.”

“Yang mana ya?” Razzan tidak bisa mengingat siapa gadis di sampingnya ini yang terus mencoba mendekat padanya. Lagi pula apa pentingnya mengingat seorang gadis yang tak berkepentingan apapun dengannya itu.

“Anaknya Pak Imam. Aku Syifa,” ujarnya memperkenalkan diri lagi.

“Oh,” jawab Razzan singkat ingin cepat menghindari gadis tidak jelas ini sekarang juga.

“Rumah kamu ke arah sana ya? Berarti kita searah, boleh jalan bareng? Aku takut jalan sendirian.” Syifa menunjuk jalanan menuju kiri, berharap dia benar agar bisa tahu rumah laki-laki yang dia kagumi itu.

“Bukan, rumah saya arah sana.” Razzan berbohong, sungguh dia tidak ingin berurusan dengan lama dengan gadis itu.

“Sana? Kebetulan aku juga ternyata mau ke sana. Boleh jalan bar-“

“Maaf!” Razzan memotong. “Saya laki-laki dan kamu perempuan, saya harap kamu mengerti tentang batasan antara laki-laki dan perempuan. Saya tidak suka saat kamu terus mendekati saya, maaf saya tidak sudi disentuh wanita lain selain Ibu dan istri saya kelak.”

Razzan berhasil membuat gadis bernama Syifa itu diam.

“Saya juga sedang menjaga hati untuk calon istri saya.”

“Assalamu’alaikum,” ucap Razzan karena Syifa tak lagi membuka suaranya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Buket Bunga untuk Almeera (Versi Baru) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang