22

3.3K 176 2
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

✧✧✧

Edisi berbulan madu Razzan dan Almeera sudah berakhir dari 3 hari lalu. Namun, rasa bahagianya akan selalu tertinggal di hati Almeera karena dirinya sudah menjadi istri seutuhnya untuk Razzan. Tidak bohong Almeera sungguh sangat bahagia.

Sejak bermenit-menit yang lalu Almeera sudah menghabiskan waktunya di gazebo yang berdampingan dengan rumah kaca yang diberikan Razzan untuknya. Setelah selesai menyiram bunga-bunganya Almeera duduk di sana di temani puding mangga pemberian Bundanya. Di hari kepulangannya, Sarah datang membawakan banyak sekali puding mangga kesukaan Almeera sampai Almeera merasa Bundanya itu yang membawakan oleh-oleh untuknya.

Awalnya Almeera duduk bersama Razzan, tetapi kemudian Razzan meminta izin akan bersiap ke mesjid untuk melaksanakan sholat jum'at.

Cukup lama sampai Razzan kembali menyusul Almeera yang masih berada di tempat yang sama.

"Sayang," panggil Razzan dari pintu.

Almeera beranjak menghampiri Razzan yang memanggilnya.

"Udah mau berangkat?"

Razzan mengangguk.

"Ini masih berantakan." Melihat pakaian bagian atas Razzan berantakan sementara dari pinggang ke bawah sudah sangat rapi. Almeera heran kenapa sampai hanya sarung Razzan yang terlihat rapi, tapi bajunya belum dikancing dan pecinya Razzan pakai dengan asal-asalan. 

"Sayang tolong rapiin." Razzan meminta dengan sumringah karena itu memang yang menjadi tujuannya, sengaja agar Almeera yang merapikan penampilannya. Saat ini Razzan hanya ingin bermanja pada istrinya.

"Iya sini nunduk dulu kamu ketinggian." Razzan menurut, menyamakan tingginya dengan Almeera. Kemudian dengan cekatan Almeera merapikan pakaian Razzan, mulai dari mengancingi baju Razzan yang masih terbuka sampai membetulkan letak peci Razzan.

"Sudah," ujar Almeera setelah selesai. Almeera menatap Razzan dari atas hingga bawah, melihat penampilan suaminya sudah rapi sepenuhnya membuat Almeera memamerkan senyumnya, walaupun hal itu tidak seberapa ia tetap bangga pada dirinya sebagai istri.

Razzan menegakkan tubuhnya lagi, menyempatkan diri mengacak kepala Almeera dengan gemas.

"Makasih ya istri pendek," ucap Razzan.

"Ih apaan sih aku nggak pendek!" Almeera tidak terima dikatai pendek.

"Ini apa?" Razzan terkekeh membandingkan tinggi Almeera yang hanya sedagunya.

"Kamu aja tuh yang ketinggian. Udah gede masih aja manja dasar suami bocil." Almeera balik menggoda Razzan.

"Saya bukan suami bocil."

"Terus?"

"Suaminya Almeera Azzahra."

Gagal sudah Almeera menggoda Razzan karena malah Almeera yang dibuat salah tingkah.

"Ya udah sana gih berangkat!"

"Ngusir?"

"E-enggak, itu sudah hampir waktunya." Almeera menujuk jam dinding, takut-takut dirinya membuat Razzan marah. Namun, seperti mustahil seorang Razzan marah karena setelah itu Razzan terkekeh.

"Nggak mau berangkat?"

Razzan bergeming sambil mengerutkan alisnya tampak berpikir. "Sepertinya ada yang kurang," ujar Razzan terjeda membuat tanda tanya bagi Almeera.

Buket Bunga untuk Almeera (Versi Baru) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang