11

4.4K 283 2
                                    

“Kalau hanya ingin mengingatkan, ingatkan dengan lemah lembut karena wanita hatinya lembut dan rapuh, perlakuan juga dengan lembut agar tak sampai patah atau bahkan hancur.”

•Dari wanita untuk mewakili wanita lainnya•

✧✧✧

Akad pernikahan Razzan dan Almeera sudah selesai sebelum waktu sholat jum’at.

Almeera memeluk Aisyah yang hendak pamit pulang dari rumahnya.

“Ummi pulang ya sayang.”

“Kenapa harus pulang sih, Ummi nggak mau nginep aja? Kak Razzan juga di sini kan?” Almeera enggan melepas pelukannya pada Aisyah lantaran merasa begitu cepat Aisyah hendak meninggalkannya.

“Biar Razzan aja yang di sini,” kata Aisyah pasrah mengusap punggung menantunya.

“Tapi, Ummi.”

“Nggak pa-pa ya? Besok ketemu lagi,” ujar Aisyah yang diangguki oleh Almeera.

Aisyah beralih pada Razzan setelah Almeera mau melepaskan pelukannya. Aisyah tersenyum lembut pada Razzan.

Membalas senyuman Aisyah, lalu Razzan mendekat.

“Jadi suami yang bertanggung jawab ya nak. Ingat jangan pernah jadi suami yang kasar apalagi sampai memukul kalau hanya ingin mengingatkan, ingatkan dengan lemah lembut karena wanita hatinya lembut dan rapuh, perlakuan juga dengan lembut agar tak sampai patah atau bahkan hancur.” Aisyah berpesan pada putra semata wayangnya yang kini telah menyandang tanggung jawab besar.

“Razzan sudah berjanji dengan Allah, wallahi nggak mungkin Razzan berani menyakiti istri Razzan,” tutur Razzan.

“Razzan, cintai istri kamu karena Allah.” Ridwan menambahkan, diangguki Razzan dengan patuh.

Kemudian itu Razzan mencium punggung tangan Abah dan Umminya bergantian, mengiringi Abah dan Umminya menuju mobil yang mengantar mereka untuk pulang. Sebelum masuk ke dalam mobil, Aisyah sempat memeluk Razzan dengan erat, menyampaikan rasa bahagia yang tak terhingga.

•••

Langit sudah berubah jingga saat Almeera merasakan tubuhnya lelah, dia tak sadar dengan waktu yang berasa begitu cepat. Ingin sekali ia cepat beristirahat karena hari ini terasa sangat melelahkan sekaligus membahagiakan bagi Almeera dan tentunya juga bagi semua orang.

“Bunda, boleh kalau Almeera istirahat sekarang?”

Selesai membantu Sarah mencuci peralatan sehabis keluarga mereka makan bersama, Almeera mencoba meminta izin.

“Iya sayang, sana istirahat.” Sarah mengizinkan karena tak tega melihat Almeera yang sudah membantunya tanpa henti.

“Ajak suami kamu juga buat istirahat, pasti capek sudah bantu Ayah ngangkat ini-itu dari tadi.”

“Nggak usah deh, Bun. Almeera takut ganggu kak Razzan keliatannya lagi ngobrol asik banget sama Ayah.” Dari arah dapur Almeera melirik Razzan yang saat ini terlihat asyik mengobrol bersama Ayahnya di sofa.

“Nggak usah gimana? Yang ada kamu harus bantu suami kamu kabur dari Ayah, kalau nggak Bunda nggak yakin suami kamu bisa istirahat karena Ayah kalau ngobrol suka lupa waktu.”

“I-iya sih.” Benar apa yang dikatakan Bundanya. Almeera sangat mengenal bagaimana Ayahnya. Pernah waktu dia pulang sekolah dalam keadaan lelah, Ayahnya malah meminta ditemani mengobrol dengan waktu yang lama sampai-sampai Almeera tertidur di sofa.

Buket Bunga untuk Almeera (Versi Baru) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang